Labschool Kebayoran
Nama Labschool yang melekat pada segenap institusi yang bernaung di bawah yayasan Pembina universitas negeri Jakarta (dulu IKIP Jakarta) memiliki makna sejarah didalamnya. Labschool sebuah nama sekolah yang telah hadir, berprestasi, dan mengisi lembaran sejarah pendidikan Indonesia.
Bermula dari sekolah Teladan yang didirikan tahun 1968, sebuah sekolah yang dimaksudkan sebagai sekolah laboratorium IKIP Jakarta. Sekolah ini digunakan untuk praktik mengajar, penelitian pendidikan, dan inovasi pendidikan.
Pada tahun 1972 misi Laboratory School telah dianggap selesai. Sebagai gantinya, sekolah ini berganti nama Proyek TPK (Comprehensive School). Sekolah ini mengemban tugas sebagai Tempat Pembinaan Keterampilan (Proyek TPK) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek TPK bertujuan untuk mencobakan ide-ide baru dalam bidang pendidikan.
Comprehensive School atau Proyek TPK ternyata tak berlangsung lama. Pada tahun 1974, sekolah telah memiliki nama dan fungsi yang baru. Di tahun tersebut, sekolah ini dikenal sebagai sekolah PPSP ( Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Proyek ini bertujuan untuk menguji coba ide-ide dalam pendidikan guna memberi masukan bagi pembaharuan pendidikan nasional.
Sekolah PPSP berlangsung selama dua belas tahun. Tahun 1986 proyek ini berakhir. Dengan berakhirnya proyek tersebut, maka berganti pula nama sekolah-sekolah yang dibawah naungan IKIP Jakarta ini. SD, SMP, dan SMA eks PPSP IKIP Jakarta berganti nama menjadi SD Negeri Komplek IKIP Jakarta, SMP Negeri 236, dan SMA Negeri 81. Adapun TK-nya masih tetap berstatus swasta dengan nama TK IKIP Jakarta.
Pada tahun 1992, SMP Negeri 236 berpindah lokasi ke jalan Penggilingan Komplek PIK Cakung. Sementara SMA Negeri 81 berpindah lokasi ke Komplek Kodam Cipinang Melayu. Sebagai gantinya, atas permintaan masyarakat, mulai tahun Pelajaran 1992/1993 Yayasan Pembina IKIP Jakarta membuka SMP dan SMA IKIP Jakarta dengan SK Kanwil P dan K DKI No. Kep. 854 P/I01.a1/1/93 dan No. Kep 853 A/I01.a1/1/93 masing-masing tertanggal 15 Maret 1993. Berikutnya, seiring perluasan mandat dan bergantinya nama IKIP Jakarta menjadi Universitas Negeri Jakarta, maka TK, SLTP, dan SMA IKIP Jakarta tahun 1999 berganti nama menjadi TK, SLTP, dan SMA Labschool Jakarta.
Dari paparan kronologis perjalanan sekolah-sekolah yang berlokasi di komplek Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rawamangun Jakarta timur di atas, menunjukkan bahwa TK, SLTP, dan SMA Labschool Jakarta bukanlah sekolah yang sama sekali baru, melainkan kelanjutan dari sekolah-sekolah yang telah mempunyai akar tradisi selama lebih dari 36 tahun lebih dengan reputasi yang baik dan membanggakan.
Bermula dari sekolah Teladan yang didirikan tahun 1968, sebuah sekolah yang dimaksudkan sebagai sekolah laboratorium IKIP Jakarta. Sekolah ini digunakan untuk praktik mengajar, penelitian pendidikan, dan inovasi pendidikan.
Pada tahun 1972 misi Laboratory School telah dianggap selesai. Sebagai gantinya, sekolah ini berganti nama Proyek TPK (Comprehensive School). Sekolah ini mengemban tugas sebagai Tempat Pembinaan Keterampilan (Proyek TPK) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek TPK bertujuan untuk mencobakan ide-ide baru dalam bidang pendidikan.
Comprehensive School atau Proyek TPK ternyata tak berlangsung lama. Pada tahun 1974, sekolah telah memiliki nama dan fungsi yang baru. Di tahun tersebut, sekolah ini dikenal sebagai sekolah PPSP ( Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Proyek ini bertujuan untuk menguji coba ide-ide dalam pendidikan guna memberi masukan bagi pembaharuan pendidikan nasional.
Sekolah PPSP berlangsung selama dua belas tahun. Tahun 1986 proyek ini berakhir. Dengan berakhirnya proyek tersebut, maka berganti pula nama sekolah-sekolah yang dibawah naungan IKIP Jakarta ini. SD, SMP, dan SMA eks PPSP IKIP Jakarta berganti nama menjadi SD Negeri Komplek IKIP Jakarta, SMP Negeri 236, dan SMA Negeri 81. Adapun TK-nya masih tetap berstatus swasta dengan nama TK IKIP Jakarta.
Pada tahun 1992, SMP Negeri 236 berpindah lokasi ke jalan Penggilingan Komplek PIK Cakung. Sementara SMA Negeri 81 berpindah lokasi ke Komplek Kodam Cipinang Melayu. Sebagai gantinya, atas permintaan masyarakat, mulai tahun Pelajaran 1992/1993 Yayasan Pembina IKIP Jakarta membuka SMP dan SMA IKIP Jakarta dengan SK Kanwil P dan K DKI No. Kep. 854 P/I01.a1/1/93 dan No. Kep 853 A/I01.a1/1/93 masing-masing tertanggal 15 Maret 1993. Berikutnya, seiring perluasan mandat dan bergantinya nama IKIP Jakarta menjadi Universitas Negeri Jakarta, maka TK, SLTP, dan SMA IKIP Jakarta tahun 1999 berganti nama menjadi TK, SLTP, dan SMA Labschool Jakarta.
Dari paparan kronologis perjalanan sekolah-sekolah yang berlokasi di komplek Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Rawamangun Jakarta timur di atas, menunjukkan bahwa TK, SLTP, dan SMA Labschool Jakarta bukanlah sekolah yang sama sekali baru, melainkan kelanjutan dari sekolah-sekolah yang telah mempunyai akar tradisi selama lebih dari 36 tahun lebih dengan reputasi yang baik dan membanggakan.
Labschool Kebayoran terletak di jalan K.H. Ahmad Dahlan. Ini adalah cabang dari Labschool Rawamangun. Gedung sekolahini memiliki empat lantai dan berbentuk seperti persegi panjang yang hanya memiliki tiga sisi. Sedangkan bagian tengah terdapat lapangan rumput dan lapangan konblok. Kedua lapangan ini dibatasi dengan pagar tinggi. Sedangkan di ujung kiri atas jika dilihat dari pintu masuk terdapat Masjid Baitul Ilmi.
Itulah Labshcool yang kita kenal sekarang. Hal yang tidak ada di sekolah lain tapi ada di Labschool? Itu banyak bukan hanya trip observasi, mos, dan lain lain. Peraturan di sekolah ini memang unik dan berbeda dengan sekolah lain.
Seragam, di sekolah negeri lain pada hari senin mengenakan putih-putih beserta dasi dan sepatu. Selasa dan Rabu mengenakan putih abu abu beserta dasi . Kamis mengenakan batik dan Jumat mengenakan pakaian muslim. Memang di Labshcool ini agak sedikit berbeda. Senin mengenakan putih abu abu dengan dasi. Selasa dan Rabu mengenakan putih abu abu tanpa mengenakan dasi. Kamis memakai batik dan bawahan abu abu dan Jumat mengenakan seragam muslim. Disini semua serba terbuka dalam arti transparansi. Sepatu boleh berwarna warni asalkan itu masih menjadi sepatu dan bukan sandal atau semacamnya. Boleh membawa handuk (ya memang favorit saya) lalu tidak diwajibkan mengenakan dasi saat hari selasa dan rabu itu seperti apa yang membedakan siswa Labschool dengan siswa negeri lainnya. Kenapa saya membandingkan dengan negeri? Karena labschool itu merakyat, tidak borju, sederhana tapi tetap terawat. Ahiya baju muslim tidak harus yang diberikan sekolah tapi yang penting baju itu putih polos tidak bercorak, bername tag dan berlogo Labschool. Ah nametag juga harus dipasang pada seragam agar mengenali identitas kami sebagai pelajar. Di sekolah menengah pertama diwajibkan memakai tanda lokasi di samping lengan. Namun sekolah menengah atas tidak memberlakukannya.
Fasilitas, Labschool mempunyai banyak fasilitas seperti yang dimiliki banyak sekolah lain. Lapangan futsal, lapangan rumput walau tidak terlalu besar, hall serbaguna basket, aula, kantin, masjid, kapel, koperasi dan lapangan parkir dan lain lain. Ini memang terlihat sangatlah biasa tetapi itu semua tidak biasa karena ini dimiliki oleh Labshcool Kebayoran. Kami bersyukur mendapat fasilitas seperti ini, tidak lebih dan tidak kurang. Kami sangat memanfaatkan fasilitas disini. Walaupun sabtu sekolah ini tidak pernah sepi dengan pengunjung. Ada saja yang ke sekolah untuk melakukan suatu hal. Karena disini memiliki sistem moving class, kami mendapat juga fasilitas loker agar kami tidak membawa semua dalam satu tas kami. Saya senang, saya sangat memanfaatkan loker ini sehingga saya menaruh semua buku di dalam loker. Saya membawa pulang buku yang penting untuk keesokan harinya atau untuk belajar.
Moving class, memang ini merupakan ciri khas labschool. Seperti yang dikatakan diatas kami diberi fasilitas loker. Moving class memang melelahkan, kadang macet kadang berdesak desakkan dengan orang yang melewati tangga yang sempit . Walaupun begitu kami tidak ada yang merasa keberatan dengan sistem moving class ini.
Peraturan di sini tidak terlalu ketat seperti sekolah lain. Tidak harus mengenakan dasi saat hari selasa dan rabu, sepatu berwarna bebas, rambut tidak harus selalu pendek melainkan harus rapih, boleh mengemudi mobil dan motor ke sekolah, sekolah buka sampai malam dan lain lain. Memang ini hanya peraturan yang sepele tetapi kami bersyukur tidak mendapat perlakuan ketat dan tidak terlalu longgar karena itu dapat melatih kedisiplinan kami. Sebelum tahun pengajaran 2011-2012 dimulai, sekolah masuk jam setengah tujuh dan pulang jam setengah tiga. Namun setelah itu sekolah masuk jam tujuh dan pulang jam setengah empat. Memang ini aneh tapi sekarang macet dimana mana dibandingkan dengan dulu. Sekolah menengah pertama harus shalat ashar terlebih dahulu sebelum pulang sedangkan sma tidak.
Kegiatan, seperti masa orientasi siswa, latihan dasar orientasi siswa, pesantren semuanya ada disini. Tetapi yang menjadi kegiatan yang spesial adalah trip observasi. Disini kami pergi ke desa dengan tidak membawa alat komunikasi, membawa alat masak dan bahan masak sendiri, bermalam di rumah penduduk dan lain lain. Memang ini suatu kegiatan yang tidak akan terlupakan. Ada penjelajahan yang melelahkan. Kami harus berjalan beberapa kilometer untuk melewati seluruh pos pos osis yang ada di dalam pennjelajahan ini. Ada juga api unggun, memang itu suatu hal yang sangat biasa tapi ini mempunyai arti sendiri bagi kami, siswa labschool. Disini kami mengenang seluruh apa yang sudah terjadi dalam trip observasi ini. Walaupun hanya empat atau lima hari tapi itu berasa seperti dua minggu pada awalnya tetapi pada akhirnya saya merasa kenapa kegiatan ini sangatlah cepat dengan banyak penderitaan yang saya rasakan di dalam trip observasi ini. Saya merindukan sambal yang dibuat oleh orang tua asuh saya. Tiada yang bisa mengalahkan sambel tersebut…. Saya galau
Ekstrakulikuler disini sudah seperti di sekolah lain. Ada futsal, basket, bulutangkis, dan lain lain. Tetapi yang menjadi khas disini adalah lamuru. Apa itu? Sebuah grup perkusi yang didirikan oleh kak Abe Belanegara dengan instrumen seperti galon aqua bekas, panci bekas, dan drum minyak bekas sebagai alat yang dipukulnya. Unik memang walaupun hanya memukul galon tetapi dapat menghasilkan suara yang unik dan pola perkusi yang nyaman didengar. Tidak hanya dengan ketukan perkusi, Lamuru juga memfokuskan pada gerakan dan koreografi bagaimana para anak Lamuru berdansa sambil memukul alat perkusinya.
Memang saya tidak menceritakan pengalaman saya saat trip observasi seperti teman teman lainnya. Ini karena saya buruk dalam menceritakan pengalaman. Saya juga suka generalisasi dengan mengambil tema seluruh Labschool bukan hanya dengan salah satu kegiatannya saja. Saya bangga dengan Labschool.
Toh pada akhirnya banyak yang mengatakan bahwa tulisan ini jelek, tidak bermakna, copy paste dan lain lain. Kenapa saya mengcopy paste? Karena itu sejarah labschool. Ditulis dalam situs resmi Labschool. Kalau mengeditnya saya secara tidak langsung memplagiat karya orang. Biarkan tulisan itu menjadi apa yang sudah tertulis dan saya hanya mencantumkan sejarah Labschool.
0 comments:
Post a Comment