Labschool adalah sekolah yang memiliki berbagai program pendidikan yang sangat banyak. Bisa dilbilang sekolah ini tidak hanya memperhatikan nilai akademik saja, tetapi nilai kepribadian agar siswa-siswinya berhasil di masa depan nanti. Banyak program yang telah saya lakukan selama hampir 5 bulan di SMA Labschool Kebayoran ini. Salah satu program andalan sekolah ini adalah Trip Observasi, yang akrab dengan panggilan TO. Program ini sudah dilaksanakan sejak angkatan pertama, saat sekolah ini didirikan.
Oktober lalu, angkatan 11 SMP Labschool Kebayoran melaksanakan sebuah program, dimana program tersebut menjadi salah satu program unggulan sekolah Labschool, baik yang ada di Rawamangun, Kebayoran, maupun Cibubur. Program itu bernama Trip Observasi atau akrab dipanggil dengan TO. Labschool adalah sekolah yang memiliki visi sebagai mempersiapkan calon pemimpin masa depan. Seorang pemimpin harus mengetahui semua seluk-beluk yang ada di dalam organisasinya. Sebagai contoh adalah presiden. Seorang presiden harus bisa mensejahterakan rakyatnya, baik yang ada di kota maupun di desa. Kembali lagi ke tujuan TO, tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kehidupan di sebuah desa. Diharapkan dengan kegiatan ini, siswa lebih mengenal kehidupan tidak hanya di kota, tetapi juga di desa.
Sebelum kami melaksanakan TO, ada sebuah program dimana program tersebut bertujuan untuk mempersipakan semua yang diperlukan untuk TO, yang bernama Pra TO. Dikegiatan ini kita diberi bekal berupa cara pembuatan nametag, pengecatan tongkat, dan pemilihan ketua angkatan. Ketua angkatan adalah orang yang dipilih oleh satu angkatannya, lalu menjalani seleksi berupa minatnya apakah ia serius ingin menjadi ketua angkatan atau tidak. Selain itu, di kegiatan Pra TO ini kami melaksanakan simulasi dari kegiatan TO nanti. Simulasi itu berupa Peduli Kehidupan Desa (PKD) dan Pengamatan dan penelitian (PDP). Dan sebelum pra TO, kami melakukan pengecatan tongkat dan pembuatan nametag. Bisa dibilang cukup sulit dalam pembuatan tongkat ini karena motifnya yang rumit. Tetapi dengan pembagian tugas yang tepat, kelompok saya berhasil menyelesaikan pengecatan tongkat di urutan pertama. Sebuah awal yang baik sebelum kami melaksanakan kegiatan selanjutnya. Tidak lain dengan nametag. Nametag pun dibuat dengan motif yang susah. Semua ini dilakukan karena ada maksudnya, yaitu melatih kita agar jika kita menghadapi masalah di masa depan nanti, kita tidak pantang menyerah. Di TO ini, saya mendapat kelompk 14, yaitu Yamko Rambe Yamko, yang diketuai Akang dengan anggota saya, nadhiv, niken, bagus, nisa, fira, dan tara.
Seperti biasa, sebelum para murid, osis dan mpk, maupun guru yang bersangkutan diberangkatkan, semuanya wajib mengikuti apel pagi. Apel atau upacara tersebut dibina oleh prof. Arif Rahman dan dipimpin oleh osis seksi bela negara. Setelah apel selesai, pemberangkatanpun dilaksanakan. Bus-bus sudah menunggu di parkiran siap untuk mengantar kita kesana. Bus kelompok saya dan dua kelompok lainnya berada di barisan paling belakang, tepat di sebelah bus osis. Oleh karena itu, kami semua menjaga sikap dan berusaha tidak ribut sebelum keluar dari sekolah. Namun salah satu teman saya, tetap saja dan tertawa bersama-sama di dalam bus. Sebelum bus diberangkatkan, beberapa teman saya ingin buang air kecil, namun karena waktunya sudah terlalu mepet, akhirnya ditunda sampai 2 jam perjalanan ke Parakan Ceuri.
Saat bus mulai dijalankan, semuanya duduk dengan tenang dan melambai-lambai ke orang-orang yg berada di luar parkiran. Beberapa saat kemudian, teman saya yang bernama Nadhiv mulai merusuh dengan membunyikan pluit dengan keras, lalu menyapa semua orang yang dilalui bus kami dengan kencangnya. Walaupun mengganggu orang di luar, namun pekerjaannya membuat semua anak laki-laki di bus tertawa. Sesampainya di tol, kebanyakan murid sudah tertidur. Saat saya terbangun, pemandangan sudah berubah berupa tanaman dan bukit hijau. udara yang tadinya panas, sekarang berubah menjadi dingin sejuk, sehingga kami semua terebas dari kepanasan. Beberapa saat kemudian, bus kami mulai menuju ke gang sempit yang tidak jelas sampai akhirnya berenti di tengah-tengah tanjakan. Kamipun diperintahkan untuk turun dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setelah berkumpul, kami bergerak menuju hutan yang akhirnya mengarah ke sawah yang sangat luas. Perjalanan dari tempat bus ke desa tujuan lumayan jauh, dengan membawa tongkat serta tas besar di bahu. Namun karena pemandangan indah berada di sekitar perjalanan, rasa pegalnya lama-lama hilang.
Sesampainya di lokasi, seluruh peserta diminta untuk berbaris, lalu mengadakan apel sekaligus memperkenalkan orang tua asuh masing-masing kelompok. Sebelum itu, kami disambut dengan nyanyian pukulan lesung padi oleh ibu-ibu warga desa setempat. Apel berlangsung lama denganl disinari oleh panas matahari. Sebagian dari kami terlalu capai sehingga bergerak ke belakang menuju tenda.. Mungkin karena sedang tak enak badan, ia bergerak menuju tenda dan duduk ditemani oleh guru sekolah. Sedangkan kami yang berada di barisan belakang sibuk membuat lubang di tanah dengan menghentakkan tongkat keras-keras. Tujuan utamanya agar melupakan panas dari matahari, namun malah membuat tanahnya menjadi bolong-bolong. Tanpa rasa bersalah, setelah selesai apel, kami langsung beranjak ke rumah masing-masing orang tua asuh. Ternyata, rumah kelompok saya tak jauh dari lokasi apel, dan kami sangat beruntung karena rumah orang tua asuh kami tergolong paling bagus dan bersih. Baru saja duduk dan memperkenalkan diri, kami harus mengambil koper yang letaknya lumayan jauh di bagian bawah desa. Perjalanan menuju truk tempat koper kami diletakkan sangat enak, turunan dan jalan datar. Sedangkan ketika balik ke rumah untuk menaruh koper, perjalanannya menjadi sangat berat, seperti perjalanan dari bus berenti ke lokasi apel. Apalagi ketika saya dan teman saya berduaan membawa 3 bodypack berukuran besar dan aqua 1,5 liter yang berjumlah sangat banyak. Kami perlu bolak-balik sebanyak 3 kali untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Walaupun barang bawaannya banyak, tapi lama-kelamaan selesai juga dan kami beristirahat di dalam rumah. Ketika malam harinya, saya teringat bahwa kita harus shalat dan saya bergegas shalat.
Orangtua asuh kami bernama Pak Lili. Rumahnya terletak di tempat yang sangat strategis, jadi mudah jika ingin pergi ke lapangan maupun mesjid. Pak Lili memiliki 1 orang istri dan 2 orang anak, yang satu berumur 17 tahun, dan yang satu seperti masih SD atau balita. Kami disambut vaik olehnya dan mereka menganggap kami adalah bagian keluarga mereka. Saat kami tiba di rumah mereka, mereka menyambut kami dengan makanan cemilan. Malam haripun datang. Ada sebuah tugas yang menurut saya mengganggu tidur, yaitu jaga vendel. Kita diharuskan untuk membalas kode yang diberikan oleh kakak osis. Giliran pertama adalah saya dan Nadhiv. Sangat berat untuk saya agar dapat terjaga sampai malam.
Keesokkan paginya, kami dikagetkan dengan kedatangan kak Jordy ke kelompok kami. Ternyata ia member kami pita kuning yaitu pita sebagai peringatan. Lalu kegiatan kami lanjutkan dengan PDP yaitu meneliti tentang teknologi informasi yang ada di desa. Di hari terakhir TO, kami mengadakan api unggun. Kegiatan itu adalah acara puncak dari TO ini. Besoknya kami pulang!!