Hanya ada di Labschool - 5 Hariku Takkan Terlupakan


                Labschool adalah sekolah yang memiliki berbagai program pendidikan yang sangat banyak. Bisa dilbilang sekolah ini tidak hanya memperhatikan nilai akademik saja, tetapi nilai kepribadian agar siswa-siswinya berhasil di masa depan nanti. Banyak program yang telah saya lakukan selama hampir 5 bulan di SMA Labschool Kebayoran ini. Salah satu program andalan sekolah ini adalah Trip Observasi, yang akrab dengan panggilan TO. Program ini sudah dilaksanakan sejak angkatan pertama, saat sekolah ini didirikan.
Oktober lalu, angkatan 11 SMP Labschool Kebayoran melaksanakan sebuah program, dimana program tersebut menjadi salah satu program unggulan sekolah Labschool, baik yang ada di Rawamangun, Kebayoran, maupun Cibubur. Program itu bernama Trip Observasi atau akrab dipanggil dengan TO. Labschool adalah sekolah yang memiliki visi sebagai mempersiapkan calon pemimpin masa depan. Seorang pemimpin harus mengetahui semua seluk-beluk yang ada di dalam organisasinya. Sebagai contoh adalah presiden. Seorang presiden harus bisa mensejahterakan rakyatnya, baik yang ada di kota maupun di desa. Kembali lagi ke tujuan TO, tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan kepada siswa tentang kehidupan di sebuah desa. Diharapkan dengan kegiatan ini, siswa lebih mengenal kehidupan tidak hanya di kota, tetapi juga di desa.
                Sebelum kami melaksanakan TO, ada sebuah program dimana program tersebut bertujuan untuk mempersipakan semua yang diperlukan untuk TO, yang bernama Pra TO. Dikegiatan ini kita diberi bekal berupa cara pembuatan nametag, pengecatan tongkat, dan pemilihan ketua angkatan. Ketua angkatan adalah orang yang dipilih oleh satu angkatannya, lalu menjalani seleksi berupa minatnya apakah ia serius ingin menjadi ketua angkatan atau tidak. Selain itu, di kegiatan Pra TO ini kami melaksanakan simulasi dari kegiatan TO nanti. Simulasi itu berupa Peduli Kehidupan Desa (PKD) dan Pengamatan dan penelitian (PDP). Dan sebelum pra TO, kami melakukan pengecatan tongkat dan pembuatan nametag. Bisa dibilang cukup sulit dalam pembuatan tongkat ini karena motifnya yang rumit. Tetapi dengan pembagian tugas yang tepat, kelompok saya berhasil menyelesaikan pengecatan tongkat di urutan pertama. Sebuah awal yang baik sebelum kami melaksanakan kegiatan selanjutnya. Tidak lain dengan nametag. Nametag pun dibuat dengan motif yang susah. Semua ini dilakukan karena ada maksudnya, yaitu melatih kita agar jika kita menghadapi masalah di masa depan nanti, kita tidak pantang menyerah. Di TO ini, saya mendapat kelompk 14, yaitu Yamko Rambe Yamko, yang diketuai Akang dengan anggota saya, nadhiv, niken, bagus, nisa, fira, dan tara.
                   Seperti biasa, sebelum para murid, osis dan mpk, maupun guru yang bersangkutan diberangkatkan, semuanya wajib mengikuti apel pagi. Apel atau upacara tersebut dibina oleh prof. Arif Rahman dan dipimpin oleh osis seksi bela negara. Setelah apel selesai, pemberangkatanpun dilaksanakan. Bus-bus sudah menunggu di parkiran siap untuk mengantar kita kesana. Bus kelompok saya dan dua kelompok lainnya berada di barisan paling belakang, tepat di sebelah bus osis. Oleh karena itu, kami semua menjaga sikap dan berusaha tidak ribut sebelum keluar dari sekolah. Namun salah satu teman saya, tetap saja dan tertawa bersama-sama di dalam bus. Sebelum bus diberangkatkan, beberapa teman saya ingin buang air kecil, namun karena waktunya sudah terlalu mepet, akhirnya ditunda sampai 2 jam perjalanan ke Parakan Ceuri.
                Saat bus mulai dijalankan, semuanya duduk dengan tenang dan melambai-lambai ke orang-orang yg berada di luar parkiran. Beberapa saat kemudian, teman saya yang bernama Nadhiv mulai merusuh dengan membunyikan pluit dengan keras, lalu menyapa semua orang yang dilalui bus kami dengan kencangnya. Walaupun mengganggu orang di luar, namun pekerjaannya membuat semua anak laki-laki di bus tertawa. Sesampainya di tol, kebanyakan murid sudah tertidur. Saat saya terbangun, pemandangan sudah berubah berupa tanaman dan bukit hijau. udara yang tadinya panas, sekarang berubah menjadi dingin sejuk, sehingga kami semua terebas dari kepanasan. Beberapa saat kemudian, bus kami mulai menuju ke gang sempit yang tidak jelas sampai akhirnya berenti di tengah-tengah tanjakan. Kamipun diperintahkan untuk turun dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setelah berkumpul, kami bergerak menuju hutan yang akhirnya mengarah ke sawah yang sangat luas. Perjalanan dari tempat bus ke desa tujuan lumayan jauh, dengan membawa tongkat serta tas besar di bahu. Namun karena pemandangan indah berada di sekitar perjalanan, rasa pegalnya lama-lama hilang.
                Sesampainya di lokasi, seluruh peserta diminta untuk berbaris, lalu mengadakan apel sekaligus memperkenalkan orang tua asuh masing-masing kelompok. Sebelum itu, kami disambut dengan nyanyian pukulan lesung padi oleh ibu-ibu warga desa setempat. Apel berlangsung lama denganl disinari oleh panas matahari. Sebagian dari kami terlalu capai sehingga bergerak ke belakang menuju tenda.. Mungkin karena sedang tak enak badan, ia bergerak menuju tenda dan duduk ditemani oleh guru sekolah. Sedangkan kami yang berada di barisan belakang sibuk membuat lubang di tanah dengan menghentakkan tongkat keras-keras. Tujuan utamanya agar melupakan panas dari matahari, namun malah membuat tanahnya menjadi bolong-bolong. Tanpa rasa bersalah, setelah selesai apel, kami langsung beranjak ke rumah masing-masing orang tua asuh. Ternyata, rumah kelompok saya tak jauh dari lokasi apel, dan kami sangat beruntung karena rumah orang tua asuh kami tergolong paling bagus dan bersih. Baru saja duduk dan memperkenalkan diri, kami harus mengambil koper yang letaknya lumayan jauh di bagian bawah desa. Perjalanan menuju truk tempat koper kami diletakkan sangat enak, turunan dan jalan datar. Sedangkan ketika balik ke rumah untuk menaruh koper, perjalanannya menjadi sangat berat, seperti perjalanan dari bus berenti ke lokasi apel. Apalagi ketika saya dan teman saya berduaan membawa 3 bodypack berukuran besar dan aqua 1,5 liter yang berjumlah sangat banyak. Kami perlu bolak-balik sebanyak 3 kali untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Walaupun barang bawaannya banyak, tapi lama-kelamaan selesai juga dan kami beristirahat di dalam rumah. Ketika malam harinya, saya teringat bahwa kita harus shalat dan saya bergegas shalat.
                Orangtua asuh kami bernama Pak Lili. Rumahnya terletak di tempat yang sangat strategis, jadi mudah jika ingin pergi ke lapangan maupun mesjid. Pak Lili memiliki 1 orang istri dan 2 orang anak, yang satu berumur 17 tahun, dan yang satu seperti masih SD atau balita. Kami disambut vaik olehnya dan mereka menganggap kami adalah bagian keluarga mereka. Saat kami tiba di rumah mereka, mereka menyambut kami dengan makanan cemilan. Malam haripun datang. Ada sebuah tugas yang menurut saya mengganggu tidur, yaitu jaga vendel. Kita diharuskan untuk membalas kode yang diberikan oleh kakak osis. Giliran pertama adalah saya dan Nadhiv. Sangat berat untuk saya agar dapat terjaga sampai malam.
                Keesokkan paginya, kami dikagetkan dengan kedatangan kak Jordy ke kelompok kami. Ternyata ia member kami pita kuning yaitu pita sebagai peringatan. Lalu kegiatan kami lanjutkan dengan PDP yaitu meneliti tentang teknologi informasi yang ada di desa. Di hari terakhir TO, kami mengadakan api unggun. Kegiatan itu adalah acara puncak dari TO ini. Besoknya kami pulang!!
Read more »

Tugas 3: Hanya Ada Di Labschool – Selama Menghasilkan Suara

Ya, selama bisa menghasilkan suara, sebuah benda dapat dijadikan sebagai alat musik.  Didasari  oleh kesamaan minat dalam memainkan musik perkusi, lahirlah sebuah komunitas yang unik di SMA Labschool Kebayoran yang di kenal dengan LAMURU. Saya memang sudah mengincar komunitas ini dari sejak tahun 2008 ketika saya masih duduk di bangku SMP. Sering sekali saya mengikuti sepak terjang kakak – kakak dari LAMURU melalui situs youtube dan LAMURU juga merupakan salah satu motivasi saya untuk masuk SMA Labschool Kebayoran. Tanggal 12 Juli 2011 itu, tanpa ragu saya menuliskan nama di lembar pendaftarannya.
                Dengan menggunakan gallon, panci bekas, ember, dan barang – barang lain yang dapat dikreasikan dan digunakan untuk menciptakan bunyi – bunyian, LAMURU menjadi media penyalur bakat dan kreatifitas murid SMA Labschool Kebayoran dalam bermusik perkusi. Tidak lupa juga ditambah dengan alat – alat perkusi asli seperti djembe, floor tom, snare, cajon, dan sebagainya.
Lamuru dibentuk pada tahun 2002 oleh kakak – kakak angkatan 2  SMA Labschool Kebayoran di bawah pimpinan Kak Belanegara Abimanyu, yang akrab dengan panggilan Kak Abe. Selama berjalan, Lamuru mengalami beberapa ketidaksamaan pandangan tentang untuk apa komunitas ini dibuat dengan pihak sekolah, sehingga terkadang dianggap sebagai komunitas liar atau semacamnya. Setelah berjalan secara mandiri selama kurang lebih 2 tahun lamanya, Lamuru mengalami ketidakcocokan antar anggota, sehingga terpaksa dibubarkan pada akhir tahun ajaran 2003-2004. Pada tahun ajaran 2004-2005 yaitu pada saat kakak – kakak angkatan 4 masuk, beberapa siswa mengusulkan untuk membangun kembali komunitas tersebut. Oleh usul Kak Herald dan kawan kawan dan dibantu dengan Kak Abe yang merupakan pelopor dari LAMURU, komunitas ini bangkit kembali. Setelah kembali dibentuk, masalah lama pun muncul kembali. Pihak sekolah kembali mempermasalahkan keberadaan Lamuru. Tapi masalah ini di ubah menjadi semangat yg positif dalam di setiap penampilan, Lamuru kembali berjalan secara mandiri.
Pertama kali saya mengenal komunitas LAMURU adalah dari kakak saya yang mendahului saya menjadi siswa SMA Labschool Kebayoran. Ya iyalah. Awalnya mendengar cerita dari kakak saya, saya tidak tertarik dengan LAMURU, malahan saya bingung untuk apa puluhan anak memukul – mukul benda dengan suara yang hampir sama di lingkungan sekolah yang pastinya akan mengganggu pihak – pihak yang tidak terlibat juga kan. Tapi saya tahu bahwa kakak saya bukan orang yang mudah tertarik pada suatu hal. Karena itu saya sedikit penasaran dan mulai bertanya – tanya pada situs google. Ketemu deh video – video LAMURU, saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Apalagi setelah saya melihat performance LAMURU dalam acara Sky Avenue 2010, Arabian Night. Mulut saya menganga, saya berteriak dan lompat-lompat dan heboh dan tindakan lainnya yang cukup membuat malu teman-teman yang menonton bersama saya. Pastinya saya bangga menjadi bukti nyata bahwa LAMURU memang salah satu icon penting bagi SMA Labschool Kebayoran dan menarik siswa baru.
                Sebelum saya resmi terdaftar sebagai anggota LAMURU, saya sudah duluan memiliki stik drum khusus warna putih untuk LAMURU, beli dari kakak saya sebagai motivasi dan bukti bahwa saya pasti masuk labschool dan menjadi anggota LAMURU. Akhirnya saya bertemu langsung dengan sang pelopor legendaris, yaitu Kak Abe, pada pertemuan pertama LAMURU di tahun ajaran 2011 ini. Namun ternyata peminat baru dalam komunitas ini lebih banyak dari yang saya bayangkan, kecuali peminat laki-lakinya yang tidak terlalu banyak. Pada mulanya kami diajari dasar – dasar dalam bermain perkusi seperti pukulan dasar, tempo, aksen, dinamik, dan sebagainya. Beberapa minggu setelah pertemuan pertama itu, datang sebuah pemberitahuan yang menggetarkan…. BBM (Black Berry Messanger).
LAMURU, kita bakal bikin video klip.”
                Siswa kelas satu yang baru belajar dasar-dasar perkusi di ajak bikin video klip? Wow banget nggak sih. Pastinya saya sangat super tertarik untuk menjadi bagian dalam video klip itu, tanpa tahu apa yang akan saya hadapi di kemudian hari. Dibentuklah sebuah struktur organisasi khusus untuk pembuatan video klip ini. Saya menjadi bagian publikasi dan dokumentasi, walaupun saya amat menyesal karena tidak banyak membantu Kak Danti dan kawan-kawan sebagai sesama pubdok. Dalam video klip nanti, seluruh anak kelas satu akan memainkan galon sambil melakukan beberapa koreografi. Pattern pertama dan kedua kami pun siap dimainkan yaitu pattern samba dan kitchen beat. Minggu – minggu awal itu menjadi hari – hari penuh pukulan dan gebrakan meja di labschool. Tak terhitung berapa banyak anak yang melatih pattern tersebut setiap saat. Tak lupa juga dengan kuantitas stik drum yang patah, entah karena mainnya pada napsu ataukah itu memang takdir. Latihan bersama sepulang sekolah menjadi saat-saat paling di tunggu setelah seharian berduka cita dengan buku-buku pelajaran. Namun semakin lama, semakin hari, latihannya makin padat ya? Durasi latihannya juga makin lama ya? Kok, yang dateng latihan makin dikit ya?
                Memang kegiatan dan tugas sekolah anak kelas satu itu jika ditumpuk mungkin bisa setinggi monas, itu juga kalau tumpukannya nggak ambruk duluan. Dan kalau – kalau kita tidak pintar dalam manajemen waktu, buang saja impianmu ke laut. Itulah yang menjadi alasan utama bagi murid-murid kelas satu yang jarang datang latihan. Takut nilainya keteteran dan tidak sempat belajar. Padahal koreografi yang dilatih bisa dibilang cukup sulit bagi kami-kami yang baru masuk LAMURU ini dan waktu terus berjalan mendekati hari h.  Tak heran salah satu penanggung jawab LAMURU angkatan saya – yang namanya mungkin tidak akan saya sebut demi cinta dan damai – kena tegur kakak kelas. Eh kakak –kakak kelasnya nggak galak kok, baik banget malah. Saya pun hampir setiap hari mengikuti latihan sampai matahari terbenam. Hari sabtu juga, setelah kegiatan ekstrakurikuler saya segera ikut latihan lagi meskipun rasanya badan saya sudah ‘ngambang’ sangking capeknya. Eits, saya tidak terpaksa sama sekali kok, malahan saya sangat menikmati momen-momen latihan yang saya idamkan itu. Dan saya tidak lupa dengan pelajaran-pelajaran sekolah tercinta.






                Sebagai bagian dari konsep video klipnya, kami diharuskan untuk membuat tulisan LAMURU dengan barang-barang bekas pada tiang-hijau-pembatas-lapangan (apalah itu namanya). Nanti pas syuting bakal ada yang manjat dan mainin (atau mukulin) barang-barang bekas itu. Biarpun cuaca menggoreng dan tangan kapalan karena manjat-manjat nyantolin barang, itu semua sangat menyenangkan dan hasilnya juga sangat memuaskan. Tanggal 6 Oktober 2011 adalah hari latian paling berkesan. Terutama bagi penanggung jawab angkatan yang tadi saya singgung. Dia ulang tahun. Di tengah suramnya suasana karena yang dateng latihan cuma sedikit, seorang kakak kelas mulai berkoar dan mengaum. Si penanggung jawab berdiri gemetar. Detik-detik menuju jatuhnya air mata, kakak kelas yang lain menjejal mukanya dengan kue dan semua orang mulai bernyanyi. Habis itu dia nangis. Setelah itu rutinitas latihan kembali berjalan. Bunyi galon dan gentong, suara sepatu digesek maju mundur, jeritan maut dari marah-marah sampai ngakak, dan patahan-patahan stik, kira-kira begitulah rangkaian latihan yang kami lakukan. Penantian dan penggilaan pun berakhir pada tanggal 25 Oktober 2011, hari yang di tunggu-tunggu. Semua anggota dan pihak-pihak terlibat berkumpul disekolah dengan seragam batik khas Labschool. Dan kedatangan para tokoh LAMURU yang disebut “All Stars” itu sangat, sangat, sesuatu banget ya. Syuting pun dimulai sesuai dengan urutan scenario yang telah ditentukan. Satu kelas dijadikan ruang tunggu bagi anak-anak yang menunggu giliran untuk mejeng di kamera. Namun ternyata scene 1 saja memakan waktu lama sekali sehingga ruang tunggu ini menjadi seperti tempat pengungsian, terutama karena satu masalah. Lapar. Para pengungsi berbolak-balik mengirim utusan ke Circle K, tapi bolaknya hilang jadi balik terus (nggak jadi ke circle k) karena katanya nggak boleh kemana-mana, takut nanti tiba-tiba gilirannya yang ke circle k itu buat syuting. Yaudalah terkapar semua di lantai sampai akhirnya makan siang dateng. Syuting terus berjalan sampai tiba pada bagian klimaks, adegan kolosal di lapangan konblok. Setelah adegan terakhir itu selesai,  rasanya, selesai. Susah jelasinnya, pokoknya rasanya “God, it’s over.” Tapi pikiran itu salah. Seperti kata Kak Abe, ini semua baru permulaan. Selesai syuting, kami semua membereskan semua peralatan termasuk selusin barang-barang bekas yang nyantol di tiang-hijau-pembatas-lapangan. Dan berhubung ada beberapa orang yang ulang tahun atau habis ulang tahun, beberapa dari anggota LAMURU ikut menikmati dinner gratis di Langsat Corner. A way to end the day.

                Hari-hari penuh galau pun berlalu. Latihan tak kunjung datang. Para anggota kelas satu malah galau pengen latihan dan mencoba tampil di depan umum. Ketika deadline nilai semester satu mendekat, malah datang pemberitahuan yang menggetarkan BBM, lagi.
“Minggu depan ada latihan ya, mau nentuin manajer angkatan dan ada job untuk tanggal 25 November.”
                Ada job tepat di hari deadline nilai semester satu. Dua minggu lagi. Setelah ketiga manajer angkatan ditentukan, jadwal latihan kembali padat merayap mendadak. Tapi banyak sekali yang sering absen latihan – lagi lagi – karena ulangan, tugas, dan les. Akhirnya satu persatu anggota ditawarkan langsung mau ikut job ini atau tidak. Hasilnya adalah 10 orang angkatan 10 dan 11 orang angkatan 11 akan terjun ke panggung Pagelaran Rakyat di FHUI pada tanggal 25 nanti. Namun tetap saja setiap kali latihan, sering ada yang absen. Alhasil latihan tidak maksimal. H-1, kami berdua puluh satu menuntaskan semua yang perlu di tuntaskan hingga malam. Ternyata pada tanggal 25 itu kita tidak hanya bermain di FHUI. Pagi harinya kami tampil untuk acara hari guru dengan kaus warna-warni. Kurang lebih, itu menjadi gladi resik bagi kami.
                Bel pulang sekolah berbunyi dan kami sudah siap dengan celana jeans, kaos hitam, jaket warna-warni, tak lupa dengan stik drum putih LAMURU. Kami berangkat dari sekolah menuju FHUI dengan minibus pada pukul 3 siang. Mini bus penuh dengan gentong, panci, dan galon berserta manusianya. Sesampainya di sana kami merubah ruang tunggu menjadi ruang latihan dan melakukan rehearsal terakhir. Sehabis makan dan sholat maghrib, tiba saatnya kami menunjukkan hasil latihan selama 2 minggu terakhir. Rasanya beda sekali dengan waktu tampil di sekolah. Jauh lebih tegang namun saya jauh lebih tak sabar dan bersemangat. Saya pribadi sangat puas dengan penampilan malam itu, mengingat itu adalah pertama kalinya saya tampil di depan umum sebagai bagian dari LAMURU. Apa yang saya dapat setelah itu adalah bonus. Yang penting, saya telah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga melalui LAMURU.

Ini baru permulaan.



Read more »

Hanya Ada di Labschool

  
Hanya ada di labschool, semua ini berawal saat masuk sekolah. Dimulai dari pra-MOS, saat itu kami siswa siswi baru masuk di hari pertama di beri pengarahan tentang mos di hari ke dua , Minggu 9 Juli 2011, saya dan teman- teman kelompok Mos saya datang ke sekolah untuk menyelesaikan name tag bersama. Kami mulai pada pukul 08.00 sampai pukul 15.00.Lalu tibalah hari dimana mos di mulai, ketika itu saya masuk di kelompok 12 bersama (beberapa di antaranya) Inaz, Irdita, Syifa, Andri, Bila, Wina dan lain lain.pada saat MOS. Ada beberapa perlengkapan yang harus di bawa pada saat MOS diantaranya adalah, makanan , minuman , alat tulis dan sebagainya. Setiap hari peserta MOs juga di berikan semacam petunjuk mengenai makanan dan minuman yang harus di bawa pada esok hari contohnya seperti "teh kubur jedar jedor" itu adalah teh liang cap pistol , lalu ada juga "ses nana" yaitu pisang atau banana dan lalu ada juga "kedelai gembira" yaitu soy joy dan sebagainya. 

Di hari pertama MOS di SMA Labschool Kebayoran berlangsung, kami siswa siswi baru di haruskan untuk datang pada pukul 6 pagi yang lalu dilanjutkan dengan lari pagi, dan kami peserta MOS juga sudah harus memakai name tag yang sudah kami buat kemarin. kegiatan MOS diisi dengan berbagai macam materi, games, dan PBB. Lalu kegiatan terakhir adalah pensi, disini pensi dilakukan oleh dua kelompok yang di gabung menjadi satu dan selain itu dari kelompok ini kami akan menjadi teman satu kelas. Mos adalah kegiatan pertama yang saya dan teman teman lalui.

   Kegiatan selanjutnya adalah PILAR ( Pesantren Kilat Ramadhan ) saat Pilar, kegiatan ini dilaksanakan di sekolah. Dan kegiatan ini untuk seluruh siswa siswi SMA Labschool Kebayoran yang beragama islam. Selama Pilar kami di dampingi oleh kaka kaka dari daru tahuhid. Di kegiatan pilar ini saya dan teman teman menginap 3 hari di sekolah, sahur bersama, buka bersama, sholat berjamaah dan melakukan games dan hal hal menyenangkan lainnya.

   Lalu setelah melalui itu semua akhirnya kami sampai di bulan Oktober, ya bulan ini adalah bulan dimana kami haru menjalani kegiatan Trip Observation atau yang lebih di kenal dengan TO, tapi sebelum TO kami harus melalui tahap pra-TO. Sebelum pra-TO kami diharuskan untuk membuat name tag dan serta mengecat tongkat. Setelah name tag dan tongkat selesai pada tanggal 13-15 Oktober kami melalui pra-TO disini kami melakukan simulasi seperti apa yang harus kami lakukan nantinya disanakami bersiap untuk mengerjakan PKD dan PDP mencoba untuk memasak dan melakukan serta memepelajari banyak hal sebagai awal persiapan untuk nantinya, di pra-TO ini tetap ada lari pagi, karena nantinya disana kami juga akan tetap melakukan lari pagi.Pada saat TO nanti kami juga harus menunjukan sebuah pensi, kebetulan kelompok saya mendapatkan tema Hall in The Wall tapi sayangnya pda saat seleksi kelompok kami tidak berhasil melaluinya. Setelah itu pada pra-TO juga diumumkan mengenai siapa ketua angkatan 11 dan juga nama angkatan 11. Ketua umum angkatan 11 adalah Adhitya Bayu, ketua 1 nya adalah Maga Arsena, dan ketua 2 nya adalah Rayhan Athaya. Nama angkatan kami adalah Dasa Eka Cakra Bayangkara dengan arti angkatan 11 yang mampu menjaga keseimbangan roda kehidupan. Kami pun juga diperlihatkan bagaimana yel-yel angkatan kami.

    Setelah menjalani 3 hari pra-TO akhirnya tiba juga hari yang dinanti-nati. Ya, pada tanggal 20 Oktober 2011 kami akhirnya berangkat juga ke tempat di laksanakannya TO tahun ini, kami berangkat ke desa Parakan Ceuri yang terletak di daerah Purwakarta. Sesampainya disana kami melewati jalur yang cukup panjang, jalan di pinggir sawah, jurang, di antara pohon pohon. Setelah melewati itu semua saya dan teman-teman sampai di sebuah lapangan besar disana kami melakukan apel pembukaan lalu di pertemukan oleh orangtua asuh kami untuk pertamakalinya , kami akan tinggal bersama mereka selama lima hari mereka juga yang akan mendapingi kamidisana. Disana kami harus mengerjakan beberapa tugas ada PDP, PKD dan Lintas Budaya. Disana kami juga harus mengikuti kegiatan orang tua asuh kita selama 5 hari berturut - turut itu.

     Saya dan Kelompok satu yang lainnya mendapatkan orang tua asuh bernama ibu Tati di rumah itu Ibu Tati tinggal bersama ibunya , 2 anaknya dan 1keponakannya, ibu Tati adalah seorang Ibu rumah tangga sedangkan yang mencari nafkah adalah ibu dari ibu Tati karena suami bu Tati sudah meninggal, nenek bekerja seadanya ia bekerja apa saja asal mendapatkan uang. Rumah kami berada di ujung jalan di sebelah rumah keamanan jauh dari kelompok lainnya di depan rumah kami terbentang sawah yang sangat bagus pemandangan di depan rumah kami sangat bagus.
    
     Hari-hari di sana kami lalui denganpenuh suka cita, selama di sana kamu tidur malam untuk menjaga vendel kami juga harus bersih bersih rumah dan membuat PKD serta PDP kami juga ada Lintas Budaya, kebetulan kelompok kami mendapatkan budaya Korea jadi disana saya dan Shadiq yang menjadi model harus berparade dan menjelaskan tentang budaya budaya yang ada di Korea. Semala disanajuga tetap ada lari pagi sama seperti yang dilakukan selama pra-TO ada senam juga yang kita lakukan di pagi hari. Selama di sana tidak banyak yang saya lakukan ehehe disana saya hanya menjaga rumah dan memasak untuk teman kelompok saya sayapun tidak ikut penjelajahan . yang paling saya ingat adalah ketika saya datang kerumah kelompok 21 dan membeli susu secara diam diam untuk anak ibu tati, Karena ia sangat menyenangi susu di malam terakhir di adakan acara api unggun kami bernyanyi dan berkumpul bersama di sana karena itu hari terakhir  kita di sana banyak kejadian kejadian di malam terakhir saat api unggun itu kami saling berpelukan bersama dan lain lain. Lagu yang kami nyanyikan adalah lagu lagu to yang tidak terlupakan salah beberapanya adalah:

Lagu TO
" Lima hari bersama-sama bersuka cita di purwakarta
Jalani hari penuh makna, bercanda tawa, kita gembira
Teringatku di saat itu kita terjatuh tapi tersenyum tertawa dan terus berlari takkan kulupa
Menjelajahi medan sampai matahari terbenam lewati semua haling rintang yang menghadang
Indahnya bulan Oktober saat musim kemarau menghangatkan jiwaku
Kulihat pesona alam yang telah tuhan cipta
Kudengar suara hutan seperti nyanyian
Kini api ungun menyala di antara kita menjadikan kebersamaan
Rasa indah dan manisnya
Kasih saying di antara kita
Pahit pun kita lalui
Dihati kan selalu bersama."
Indah TO
" Di Oktober ini kita kumpul bersama bernyanyi dan menari ada canda ada tawa suka ria dan gembira di dalam hati kita
Hari demi hari yang kita alami dan kita lalui bersama dan berbagi dalam rasa cinta kasih di antara kita
Indah TO tahun ini masa yang terindah di dalam hidupku takkan pernah kulupakan selama hidupku u...u...u...
Satu rasadalam hati yang telah bersemi di Purwakartra ini takkan pernah kulupakan TO tahun ini. "

Di hari terakhir sebelum pulang kami mengadakan apel penutupan setelah selesai apel saatnya kami untuk kembali ke Jakarta, tetapi sebelum kembali ke Jakarta ada sedikit masalah bis yang saya akan naiki untuk pulang bersama kelompok 2 dan 3 tidak ada di tempat kami sudah mecari dari ujung sampai ujung tetap tidak ada ternyata bis kami telat datang setelah menunggu akhirnya bis kami pun sampai. Di bis setelah semua makan akhirnya di bis kami semuanya tidur karena kelelahan. Lalu setelah beberapa hari setelah TO saya dikirimi sms oleh keluarga saya di purwakarta sedih rasanya mendapatkan sms seperti itu. Tapi TO adalah masa yang indah dan takkan terlupakan:)
Read more »

Tugas 3 - Hanya Ada di Labschool: Oktober Penuh Cerita

Kurang lebih satu bulan lagi, tahun 2011 akan berakhir dan akan tiba lah tahun 2012. Di tahun 2011 ini, banyak sekali cerita dan pengalaman baru dalam hidup saya, namun sejauh ini bulan Oktober adalah bulan yang paling berkesan di tahun 2011. Saya dan teman-teman se-angkatan akan mengikuti progam sekolah saya, SMA Labschool Kebayoran yang disebut "Trip Observasi". kegiatan ini sudah tidak asing lagi bagi saya, karena kedua kakak saya telah mengikuti kegiatan ini sebelumnya. Mendengar cerita mereka, saya makin tidak sabar untuk mengikuti kegiatan Trip Observasi ini. Kira-kira satu minggu sebelum melaksanakan kegiatan Pra Trip Observasi, pembagian kelompok sudah diumumkan di papan pengumuman. Saya menjadi bagian dari kelompok 28, Ondel-ondel yang beranggotakan Adif, Dary, Afiq, Dwiki, Nillam, Nisya, Kalista, dan saya sendiri serta Kak Didu dan Kak Dinda sebagai pendamping kami. Sehari setelah pembagian kelompok diumumkan, seluruh kelompok diperintahkan untuk menetapkan siapa yang akan jadi ketua kelompok. Kami memilih Dwiki sebagai ketua kelompok kami.


Pra Trip Observasi

Hari Kamis, 14 Oktober 2011 kami melaksanakan kegiatan Pra-TO hari pertama. Kami diharuskan membagi tugas kepada setiap anggota kelompok kami. Sebagian dari kelompok kami diberi tugas untuk mengecat tongkat, dan sebagian lagi diberi tugas untuk membuat nametag. Saya dapat bagian mengecat tongkat. Mengecat tongkat tidaklah mudah seperti yang saya bayangkan. tongkat mula-mula harus di amplas dan dicat warna dasar, baru lah digambar sesuai ukuran dan bentuk yang ditentukan, setelah itu baru di cat dengan warna-warna yang juga sudah ditentukan Kakak-kakak OSIS seksi kesenian. Membuat nametag TO juga tidak mudah, pembuatan nametag TO jauh lebih sulit dibandingkan dengan nametag MOS. Hal ini dikarenakan desainnya yang sulit dan detail nya yang banyak serta batas waktu yang terbatas. Namun dengan usaha yang kami lakukan, nametag dan tongkat selesai tepat waktu.

Tongkat TO


Nametag TO


Hari ke dua Pra Trip Observasi dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2011. Hari ke dua Pra-TO ini berbeda dengan hari pertama. Seluruh calon peserta Trip Observasi diharuskan mengenakan seluruh atribut yang telah diperintahkan Kakak OSIS untuk dikenakan. Kami semua bergaya culun namun tujuan dari semua ini adalah supaya kami semua terlihat sama, tanpa ada satupun yang berbeda serta membangun kekompakkan antarsiswa. Kegiatan Pra-TO sangat melelahkan, segala keluhan terlontarkan saat saya melakukan kegiatan ini, namun semua itu terbayar oleh karena angkatan kami mendapat nama dan ketua angkatan pada hari terakhrir Pra-TO. Dasa Eka Cakra Bayangkara atau disingkat Dasecakra yang berartikan "angkatan ke-sebelas yang menjaga keseimbangan roda kehidupan". Ketua angkatan Dasecakra adalah Bayu, Maga, dan Abon.

Barikade tongkat 




Trip Observasi



Hari yang dinanti-nanti pun tiba. Kamis, 20 Oktober 2011, Dasecakra dan Kakak-kakak OSIS&MPK akan berangkat ke Kampung Parakan Ceuri, Purwakarta. Kami berkumpul di Hall pada pukul 06.30 untuk melaksanakan acara apel pelepasan, dan kami pun berangkat pada pukul 07.00, menggunakan bis yang telah ditentukan. Hawa panas selama perjalanan yang tak kunjung hilang bukan menjadi alasan untuk mengurangi perasaan senang dan semangat saya. Setelah kurang lebih dua setengah jam menunggu dengan sabar, akhirnya kami tiba. Namun kami masih harus melewati sawah dan jalan yang sangat panjang dan melelahkan hingga akhrinya tiba di Kampung Parakan Ceuri dengan sambutan hangat yang diberikan oleh warga desa. Setelah melaksanakan apel, kelompok saya diserahkan ke orang tua asuh. Kami pun lansung berjalan menuju rumah orang tua asuh yang mana akan kami singgahi selama lima hari empat malam. Setelah tiba, kami berkenalan dengan orang tua asuh kami, setelah itu kami beristirahat,mengobrol serta bercanda tawa.
Setelah beristirahat, kami melakukan kegiatan PDP. Sesuai dengan nama kegiatannya, kami diharuskan melihat dan mengobservasi tempat orangtua asuh kami bekerja. Karena orang tua asuh kami adalah seorang ibu rumah tangga, maka kami hanya ikut membersihkan lingkungan rumah sambil mewawancara. Pada malam hari, dilaksanakan pentas seni. Pentas seni merupakan kegiatan yang mengharuskan kelompok-kelompok yang lolos audisi pada saat Pra-TO untuk menampilkan kembali kesenian yang telah mereka persiapkan. Malam itu saya tidak ikut menonton pentas seni karena harus menjaga rumah bersama Nillam. Sekitar pukul 21.30 teman-teman sekelompok saya yang menonton pentas seni kembali ke rumah. Pada malam pertama kami di Trip Observasi ini, dua orang dari kelompok kami diharuskan untuk menjaga vendel. Penjagaan vendel terdiri dari dua shift. Shift pertama dilakukan dari jam 22.00 hingga jam 24.00, sedangkan shift dua dilakukan dari jam 24.00 hingga jam 02.00. Sistemnya, kedua penjaga tidak dibolehkan tertidur atau berganti shift hingga kakak OSIS datang memberi sinyal berupa sorotan cahaya lampu senter ke kertas mika berwarna. Setelah itu, kedua penjaga diharuskan membalas cahaya tersebut dengan warna yang sama.

Hari Ke-dua Trip Observasi. Kami memulai aktivitas dengan sholat subuh berjamaah, dan dilanjutkan dengan sarapan bersama di rumah orang tua asuh. Setelah itu, kami melaksanakan olahraga pagi yaitu lari pagi. Berlari di jalanan yang naik turun bukan hal yang biasa bagi saya, dengan kondisi saya yang kurang sehat pada saat itu, hingga akhirnya saya menyerah dan berhenti di tengah perjalanan. Untungnya, saya diizinkan untuk beristirahat sejenak dan melanjutkan kembali kegiatan lari pagi hingga selesai. Setelah kegiatan lari pagi, kami melakukan bersih diri lalu dilanjutkan dengan persiapan kegiatan PDP, PKD, dan Lintas Budaya. Kebetulan, saya memegang tanggung jawab sebagai pengurus Lintas Budaya bersama Kalista. Lintas Budaya adalah kegiatan dimana dua orang dari masing-masing kelompok harus menampilkan dan mempresentasikan kebudayaan-kebudayaan daerah sesuai yang telah ditentukan. Kelompok kami mendapatkan tema Amerika Latin. Saya dan Adif bertugas sebagai yang menampilkan Lintas Budaya ini. Pada hari itu, yang mempresentasikan Lintas Budaya hanya kelompok 1 sampai 15 saja, sementara kelompok saya mempresentasikannya pada hari ke-3. Malam harinya kelompok kami menampilkan pentas seni yang bertemakan Si Bolang. Awalnya kami terheran-heran mengapa bisa kelompok kami lolos audisi, namun dengan segala keyakinan, kami tetap percaya diri menampilkan pentas seni malam itu, dan Alhamdulillah berjalan lancar.

Hari ke-tiga Trip Observasi. Seperti biasa, kami memulai hari dengan sholat subuh berjamaah lalu dilanjutkan dengan sarapan bersama. Saya dan Nillam tidak mengikuti olahraga pagi dikarenakan harus menjaga rumah dan memasak untuk makan siang. Di hari ke-3 ini, saya menyerahkan surat cinta yang telah saya buat di rumah. Saya memberikan surat cinta ini kepada Kak Riandri. Usaha saya tidak sia-sia, Kak Riandri memberi saya dua pita hijau dan sebuah coklat kitkat. Pita hijau merupakan hal yang paling dilomba-lombakan setiap kelompok untuk menjadi kelompok terbaik. Kelompok saya mendapat cukup banyak pita hijau, namun kami mendapat 3 pita kuning karena kelalaian kami. Tapi kami tidak bersedih hati. Siang harinya, saya bertugas untuk ikut membantu program kesehatan masyarakat bersama Tikka, Dahlia, Bilah, dan Rama. Pada sore hari, saya dan Adif mempresentasikan Lintas Budaya. Rasa grogi menghantui saya pada saat itu. Namun Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar. Tepat seusai acara Lintas Budaya, hujan mengguyur kami seangkatan, sehingga kami terjebak dibawah tenda. Ketiga ketua angkatan berdiri didepan seluruh barisan angkatan sebelas, dan mulai mempimpin menyanyi yel-yel angkatan serta lagu-lagu lainnya. Saat-saat seperti inilah yang takkan bisa dilupakan. Dingin dan derasnya suara air hujan pun terkalahkan dengan kehangatan kebersamaan dan suara kami, Dasecakra.

Bersama Adif, Lintas Budaya.

 Hari ke-empat Trip Obesrvasi merupakan hari yang paling dinanti setiap peserta dikarenakan kegiatan penjelajahan. Penjelajahan merupakan kegiatan dimana setiap kelompok akan menjelajahi hutan dan melewati pos-pos yang ada. Kelompok kami mendapatkan urutan ke- 10 untuk berangkat. Penjelajahan memang kegiatan yang paling seru selama Trip Observasi. Banyak kejadian lucu hingga kejadian yang membuat takut, tetapi inilah yang membuat kami semakin dekat satu sama lain. Sesaat setelah sampai dan melaporkan kedatangan, saya langsung bersih diri dan beristirahat.  Malam hari setelah penjelajahan, Dasecakra dan Kakak-kakak OSIS dan MPK berkumpul di lapangan untuk menonton pentas seni, dan melakukan kegiatan api unggun. Kegiatan api unggun sangat sangat sangat berkesan bagi saya. Segala rasa bahagia bergabung menjadi satu pada saat itu. Terasa sekali hangatnya kebersamaan kami semua saat kami bernyanyi sambil merangkul mengelilingi api unggun. Sungguh takkan terlupakan.

Hari terakhir di Purwakarta, lima hari yang indah berlalu begitu saja. Rasa sedih menyelimuti kami semua yang harus berpisah dengan orang tua asuh dan dengan segala kenangan indah yang ada. Kami melakukan perpisahan dengan foto bersama dan memberikan kenang-kenangan. Setelah itu, kami berjalan menuju lapangan utama untuk melaksanakan apel penutupan. Setelah itu, kami berjalan menuju bis masing-masing dan berangkat kembali ke Jakarta. Lima hari yang indah, yang menjadi bagian dari sejarah perjalanan hidup saya. Beruntung rasanya saya bisa menjadi siswi SMA Labschool Kebayoran, dan menjadi bagian dari angkatan ke-11, Dasa Eka Cakra Bayangkara.




Read more »

TUGAS 3 - Hanya Ada di Labschool : 5 Hari Tak Terlupakan 5 Hari Bersama Dasecakra

Kegiatan TO dan praTO, yang hanya ada di labschool. Saat pertama saya memasuki SMA labschool kebayoran, saya sudah mengetahui adanya kegiatan TO dan praTO dari beberapa teman, saya sangat tertarik dan tidak sabar untuk menjalankan kegiatan tersebut. Dan akhirnya bula Oktober pun tiba. Kurang lebih seminggu sebelum praTO kelompok TO pun di umumkan. Saya masuk ke kelompok  21 yang bernama Gambang Suling dan beranggotakan Bhagas sebagai ketua kelompok, saya (Dissa), Vinny, Syahla, Putri, Ridho, Sarah, dan Ario.
kelompok 21, Gambang Suling

PRA-TO                                                                                                                                                                              Jumat tanggal 14 Oktober 2011 adalah hari pertama praTO, namun pada hari sabtu sebelumnya angkatan 11 telah berkumpul perkelompok untuk memilih ketua kelompok yang nantinya akan dipilih menjadi ketua angkatan, mengamplas dan mengecat dasar tongkat, dan merencanakan sedikit tentang apa yang akan kita lakukan saat audisi pensi, lintas budaya, PKD, dan lain-lain. Dan pada hari kamis, kami telah mengerjakan nametag dan melanjutkan pengecatan tongkat. Nametag TO lebih sulit di bandingkan dengan nametag pada saat MOS. Dan foto nametag untuk angkatan kami harus mengangkat kedua tangan agar membentuk angka sebelas sesuai dengan angkatan kami yaitu angkatan ke sebelas. Saat praTO juga ada atribut wajib yang harus kami pakai. Yaitu nametag, tongkat, dan bagi yang perempuan menguncir rambut dan mengenakan pita berwarna-warni dan bagi yang laki-laki mencukur rambut hingga botak. Kami pun harus membawa makanan yang telah ditentukan dan makan dengan hitungan komando pada saat praTO. Yang paling saya ingat dari praTO adalah kami harus merayap menyebrangi lapangan bersama-sama, lari pagi yang menurut saya jauh, siaga tongkat dan barikade tongkat. Pada saat hari terakir praTO, yaitu hari Sabtu, terpilih 3 orang ketua angkatan angkatan sebelas beserta nama angkatannya. Angkatan kami bernama Dasa Eka Cakra Bayangkara yang berarti angkatan sebelas yang bisa menjalani atau melewati roda kehidupan. Dan singkatannya adalah Dasecakra. 
saat praTO

TO                                                                                                                                                                                                                Pada tanggal 20 Oktober 2011, tepatnya pada hari Kamis, saya dan teman-teman Dasecakra berkumpul di Hall tepat pada pukul  07.00 pagi. Kami melaksanakan apel di Hall dan sekitar pukul 08.00 kami berangkat menuju Purwakarta dengan menaiki bis yang tidak berAC. Saat itu saya duduk bersebelahan dengan putri. Perjalanan cukup panjang dan memakan banyak waktu, sehingga saya lebih memilih untuk tidur dan sesekali memakan bekal cemilan. Kira-kira pukul 11.00 siang kami sampai di Purwakarta tepatnya di desa Parakan Ceuri. Sampai disana, kami masih harus menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam dengan berjalan kaki, melewati kebun teh, rerumputan, sungai kecil, jembatan kayu dan pematang sawah. Akhir nya kami sampai di lapangan dengan sambutan dari warga desa Parakan Ceuri, yang paling menarik adalah tarian yang menggunakan alat penumbuk padi, tak lupa kami pun menyanyikan yel-yel angkatan. Setelah selesai acara penyambutan, kami pergi kerumah yang akan kami tumpangi selama lima hari bersama kelompok dan pdp masing-masing. Kelompok saya menumpang di rumah bapak Toto yang berprofesi sebagai seorang petani. Rumahnya termasuk yang cukup besar di desa tersebut. Rumah panggung yang terbuat dari kayu namun bersih dan sangat nyaman. Pak Toto memiliki seorang istri yang bernama ibu Epon dan dua orang anak laki-laki yang bernama Husni dan Rusli. Di hari pertama kami belum banyak melakukan aktivitas, kami lebih sering dirumah, oleh karena itu kami banyak mengobrol dengan keluarga pak Toto. Saya dan Syahla mendapatkan tugas memasak dihari pertama, sementara kami berdua memasak, teman-teman sekelompok yang lain bertugas untuk mengerjakan tugas PDP, yaitu semacam penelitian yang dilakukan dengan tema yang berbeda-beda tiap kelompoknya. Kelompok saya mendapatkan tema tentang pengaruh pupuk berbahan kimia dengan yang tidak pada tanaman. Namun saya tidak bertugas untuk mengerjakan PDP. Saya bertugas untuk mengerjakan PKD (Peduli Kehidupan Desa). Untuk mengerjakan PKD, beberapa dari kelompok kami harus ikut pak Toto bertani. Pertama-tama kami diajarkan cara membajak sawah secara langsung, dan kami pun ikut terjun langsung untuk mencobanya. Setelah itu kami diajak untuk menanam padi. Kemudian kami diajak memanen padi dengan cara disambit dan menggeprak padi-padi yang telah di panen diatas papan untuk memisahkan gabah padi. Dan terakhir kami menjemur gabah yang telah di geprak. Suatu pengalaman baru yang menarik bagi saya mengingat saya belum pernah melihat sawah dari dekat apalagi bertani. Saya pun selalu mendapatkan tugas berpasangan dengan Syahla, saat menjaga rumah, PKD, dan saat menjaga vendel. Pada hari kedua, aktivitas kami mulai padat. Pada pagi hari kami harus bangun pagi dan pergi kemajlis taklim untuk melaksanakan solat subuh bersama-sama teman-teman kelompok lain, setiap hari memang harus begitu. Setelah melaksanakan solat subuh, kami harus berolahraga pagi. Namun selalu ada dua orang dari kami yang harus berjaga rumah. Mereka yang nantinya akan membereskan rumah dan memasak pada waktu itu. Olah raga di hari kedua adalah lari pagi, menurut saya itu adalah lari pagi yang paling melelahkan. Beda dengan lari pagi yang biasa kami lakukan di desekolah yang jalurnya mendatar, saat itu kami harus menempuh jarak yang tidak terlalu jauh namun banyak sekali tanjakan dan turunan. Namun, olahraga pagi berikutnya hanyalah senam, jadi tidak terlalu secapek saat olahraga hari pertama. Dan kegiatan kami pada siang hari disana berbeda-beda. Setelah saya pergi kesawah untuk mempelajari PKD, saya dan Syahla pulang kerumah. Saya membuat komik tentang apa yang telah kita lakukan tadi siang di kertas yang sangat besar. Saya membuat komik tersebut di teras rumah pak Toto yang cukup luas ditemani Husni, anaknya yang masih berumur lima tahun. Sedangkan Syahla membuat karangan tentang apa yang telah kita lakukan di PKD secara detail. Kami memiliki banyak waktu senggang saat di Purwakarta. Dan kadangkala saya mengunjungi rumah kelompok lain untuk mengobrol dan berjalan-jalan keliling desa bersama teman-teman. Saat waktu luang juga banyak anak-anak yang memberikan surat cinta kepada kakak osis dengan harapan di beri pita hijau. Pita hijau adalah pita yang kita dapatkan sebagai reward dan pita kuning adalah pita yang kita dapatkan jika melakukan kesalahan misalnya tidak membawa tongkat, tidak memakai nametag ataupun tidak menguncir rambut dengan pita seperti peraturan seharusnya. Kemudian, acara yang ada disana adalah lintas budaya. Kelompok kami mendapatkan lintas budaya dengan tema minang kabau. Yang mendapatkan tugas adalah Putri, Ario, dan Vinny. Putrid an Ario harus mengenakan busana adat daerah minang dan berjalan keliling lapangan dan kemudian sedikit berbicara menggunakan bahasa minang dan memperkenalkan budaya tradisionalnya. Sedangkan Vinny membawa papan yang bertuliskan ‘minang kabau’. Pada malam hari, saya mendapatkan pengalaman berjaga vendel. Saya bertugas bersama syahla. Saat itu kami menunggu kakak osis sambil mengobrol dan akhirnya kakak osis pun datang. Saat mereka menyorotkan senter, saya yang akan memberi tahu warna apa saja dan Syahla yang menyorot senter balik. Dan karena tidak ada warna yang salah, kami mendapatkan pita hijau. Tapi kami hanya berjaga sampai jam dua belas malam. Dan yang akan meneruskan menjaga vendel sampai jam dua pagi adalah anak laki-laki. Pada hari ketiga, diadakan lintas budaya yang ke dua. Namun saya tidak dapat berikut serta untuk menontonnya karena saya bertugas menjaga rumah. Ternyata saat teman-teman pulang dan acara lintas budaya sudah selesai, mereka menceritakan kalau tadi sempat hujan, mereka semua beserta anak-anak kelompok lain dan kakak-kakak osis berteduh di tenda dan saling menyanyikan yel-yel angkatan. Dan setiap hari pada malam hari pun ada pentas seni, namun kelompok saya tidak tampil karena tidak lolos saat diaudisi di praTO. Pentas seni sangat menghibur. Kami dudul di atas tikar bersama teman-teman seangkatan.  Hari ke empat adalah hari yang menurut saya paling seru. Kami bangun pagi-pagi dan bersiap-siap ke lapangan. Kami akan melakukan penjelajahan. Kelompok saya pun mendapatkan urutan ke empat karena PKD kami mendapatkan juara dua. Berjelajah adalah pengalaman pertama seumur hidup saya. Saya dan teman-teman sekelompok sangat bersemangat. Namun Sarah dan Ridho tidak dapat ikut karena kondisi kesehatannya kurang baik. Kami menjelajahi hutan, sungai, sawah, rerumputan, dan kebun teh. Disana kami akan menemukan pos-pos. Pos yang paling seru adalah pos bela Negara. Kami dimarahi dan disuruh merayap di lumpur. Itu adalah pertama kali nya saya masuk lumpur. Rasanya dingin dan seru. Disana juga ada pos rohani, di pos rohani kami membersihkan diri setelah mandi lumpur di air terjun yang sangat bersih dan airnya sangar dingin. Setelah ke pos rohani, kami diberikan pop mie untuk menambah tenaga, ternyata perjalanan kami masih panjang. Pos-pos lain yang ada adalah pos kesenian, olah raga, danlog, edukasi, dll. Saat penjelajahan kami juga mendapatkan teka-teki untuk berfoto bersama ‘ruangan diletakan’ yang maksudnya kami harus berfoto dengan rumput. Kami sampai dirumah sekitar jam dua belas siang. Karena mendapatkan giliran awal kami tidak perlu menunggu lama jadi sampai dirumah pun cepat. Sampai dirumah, kami langsung membersihkan diri, setelah itu mengobrol dengan teman-teman sekelompok dan kelompok lain yang rumahnya cukup dekat dengan kami. Dan pada sore hari kami persiapan untuk pergi ke lapangan untuk menyaksikan pensi. Namun malam itu acara kami tidak berakir saat pense selesai melaikan ada acara selanjutnya yaitu api unggun. Kami seangkatan duduk ditikar mengelilingi api unggun yang besar. Menurut saya itu adalah momen yang paling seru di TO. Kami bernyanyi bersama-sama, menyanyikan yel-yel angkatan dan dibalas oleh kakak-kakak osis mpk dengan yel-yel angkatan mereka. Kemudian semua  penerangan dipadamkan dan tiga ketua angkatan dasecakra menyalakan api unggun dengan obor. Setelah api menyala kami semua berangkulan dan bernyanyi lagu-lagu to. dan acara pun berakhir pada jam dua belas lebih. Sampai dirumah pun kami semua langsung tertidur. Hari terakhir yaitu hari senin, kami bersiap-siap untuk pulang. Rasanya tidak sabar untuk pulang sampai dirumah. Setelah berolah raga pagi dan sarapan, kami apel di lapangan kemudian pulang menaiki bus yang berAC. Saya duduk bersama syahla. Sepanjang perjalanan pulang, saya pun tertidur. Akirnya sekitar pukul satu siang kami sampai di SMA Labschool kebayoran. Kami langsung menuju hall dan melakukan apel penutupan dan kemudian pulang kerumah masing-masing. Saya sangat senang saat pulang karena bisa tidur dan istirahat. Menurut saya TO sangat seru dan menyenangkan. Saya merasa lebih dekat dengan teman-teman seangkatan setelah pulang TO. Dan yang paling saya ingat dari TO adalah hari ke empat. Penjelajahan dan api unggun. Saya sangat menyukai momen-momen itu. Meskipun disana capek, tidur hanya sebentar, makan seadanya dan harus memasak sendiri, saya belajar untuk lebih mandiri dan lebih dekat dengan teman seangkatan. Saya belajar untuk bersyukur. Mensyukuri makanan dan semua kemudahan yang telah ada. Dan semoga angkatan Dasa Eka Cakra Bayangkara akan lebih dekat, solid dan seru setelah trip observasi.
malam hari setelah menonton pensi
dihutan saat penjelajahan
dirumah pak Toto sesaat sebelum kembali pulang ke Jakarta


Read more »
 

Copyright © 2010 Historical X For Labsky, All Rights Reserved. Design by DZignine