Tidak sedikit kegiatan-kegiatan unik yang setiap tahunnya dilaksanakan oleh SMA Labschool Kebayoran. Dikarenakan oleh Labschool yang memang sering mencoba menggunakan metode-metode baru untuk melaksanakan pembelajaran, hal ini sudah wajar. Salah satu dari beberapa kegiatan unik yang setiap tahun dilaksanakan adalah Trip Observasi.
Biasanya dilaksanakan pada semester satu, Trip Observasi ini bertujuan untuk memperluas wawasan siswa-siswi SMA Labschool Kebayoran mengenai kehidupan di desa. Tidak terlalu berbeda dengan kegiatan homestay yang sering diadakan, hanya saja siswa-siswi tidak dikirim ke luar negeri, melainkan sebuah desa di Indonesia. Selama 5 hari, siswa-siswi harus menyelesaikan berbagai macam proyek dan tugas yang diberi oleh guru-guru, serta mempelajari kehidupan sehari-hari warga desa.
Dapat dikatakan bahwa Trip Observasi adalah kegiatan yang sangat menguras tenaga dan pikiran, namun hasilnya pun sepadan dengan usaha yang dikeluarkan. Sepulang dari kegiatan Trip Observasi ini, dapat dilihat bahwa kebanyakan dari siswa-siswi yang mengikuti mendapat pengalaman-pengalaman baru yang tidak akan pernah dilupakan. Mereka pun lebih bersahaja; menysukuri segala nikmat yang telah diberikan Tuhan, dan menghargai segala pemberian orangtua.
Saya sendiri telah mengikuti kegiatan Trip Observasi (TO) yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober sampai dengan 24 Oktober, didahului dengan Pra-TO pada tanggal 14 dan 15 Oktober. Banyak hal yang harus dipersiapkan dari jauh hari untuk dapat melaksanakan TO dengan lancar, diantaranya adalah kedisiplinan dan kekuatan fisik.
Pra-TO yang wajib diikuti oleh siswa-siswi Labsky sebelum mengikuti TO bertujuan untuk melatih kekuatan mental dan kekuatan fisik, serta menumbuhkan rasa solidaritas di angkatan. Banyak kegiatan-kegiatan yang sepertinya tidak bermanfaat pada saat dilaksanakan, namun ternyata sangat bermanfaat. Contohnya adalah menjaga tongkat. Selama kegiatan TO dan Pra-TO, tongkat dianggap sebagai benda yang sakral yang harus selalu dijaga, hal ini menumbuhkan rasa peduli terhadap barang-barang milik pribadi, dan mengurangi terjadinya hilang suatu barang.
Saya mendapat banyak pengalaman baru dari TO dan Pra-TO. Pengalaman yang tidak akan pernah bisa saya lupakan. Dimulai dari briefing Pra-TO, kesan pertama saya terhadap TO tidaklah baik. Sejujurnya saya sedikit takut, karena dari pengalaman kegiatan-kegiatan Labsky yang diharuskan menginap, saya menyimpulkan bahwa kegiatan tersebut tidak menyenangkan. Ditambah dengan proyek Penelitian dan Peduli Kehidupan Desa, saya sangat meragukan akan adanya waktu luang untuk bersenang-senang.
Dari sebelum Pra-TO, semua peserta dibagi menjadi 30 kelompok, setiap kelompok terdiri dari sekitar 7 sampai 8 anggota. Saya masuk dalam kelompok 6; Kabile-bile, yang terdiri dari Yura Prasadhana, Aqil Athalla, Muhammad Nur Alif, Tasya Bellinda, Amyra Putri, Nadia Khairunnisa, Putty Ekadewi dan saya sendiri. Kelompok 6 didampingi oleh guru kimia, Bu Widya, dan kakak osis, Kak Selma.
Nametag dan tongkat—dua benda penting yang wajib dimiliki setiap peserta TO dan Pra-TO—harus sudah selesai dan siap dipakai pada tanggal 14 Oktober, hari pertama Pra-TO. Saya memilih untuk membuat nametag, dan opini pribadi saya mengenai nametag adalah bahwa nametag sangatlah susah untuk dibuat. Rumit dan memerlukan banyak ketelitian, tangan saya seperti mati rasa setelah selesai membuat nametag. Walaupun susah, kelompok saya, kelompok 6; Kabile-bile, dapat menyelesaikan nametag dan tongkat tepat waktu.
Pada hari kedua Pra-TO, 3 ketua angkatan yang terpilih diumumkan, serta nama angkatan 11; Dasa Eka Cakra Bayangkara. Saat itu saya merasa sangat bangga terhadap angkatan saya sendiri.
Saya tidak mengikuti semua rangkaian kegiatan Pra-TO, seperti lari pagi dan siaga tongkat, karena kondisi saya yang pada saat itu sedang sakit, tidak memungkinkan. Ada sedikit rasa penyesalan karena tidak dapat mengikuti kegiatan siaga tongkat, karena kegiatan tersebut sangatlah seru.
Dibawah ini saya akan menceritakan tentang pengalaman TO saya.
Trip Observasi (Hari ke-1)
Terbangun oleh alarm pada jam 5 pagi, saya segera bersiap diri untuk berangkat ke sekolah. Memakai kaos TO berwarna biru dan pita berwarna-warni di rambut, saya siap untuk melaksanakan TO. Tidak lupa membawa nametag dan tongkat, saya pun akhirnya berangkat ke sekolah—tentunya setelah berpisah dengan barang-barang elektronik tersayang; blackberry, ipod, dan laptop.
Sesampai di sekolah, saya berjalan ke Hall, dimana peserta TO lainnya sudah berbaris sesuai kelompok. Tidak lama kemudian, Apel Keberangkatan dimulai. Setelah apel selesai, semua peserta keluar dari Hall dan menuju ke bis di parkiran, namun saya menemani Dini, seorang peserta TO, untuk mencari tongkatnya. Karena suatu hal, dia tidak memiliki tongkat, dan pada akhirnya saya membawanya kepada kakak osis terdekat. Tanpa banyak kata, Dini segera diberi tongkat oleh kakak osis dan kami pun berjalan ke tempat parkir.
Perjalanan ke lokasi TO; Kampung Parakan Ceuri, yang terletak di Purwakarta, dapat dikatakan membosankan. Tidak banyak yang dapat dilakukan di dalam bus karena tempat yang sangat terbatas, dan kebanyakan peserta tertidur. Saya sendiri pada akhirnya tertidur karena merasa sangat bosan.
Sekitar 2 jam setelah keberangkatan, saya pun sampai di lokasi—awalnya saya pikir sudah sampai, tetapi ternyata masih harus berjalan melewati sawah dan kebun untuk mencapai lokasi. Perjalanan tersebut lumayan melelahkan, karena belum terbiasa melewati jalan-jalan yang sempit dan licin sambil membawa tongkat dan ransel yang cukup berat. Namun saya merasa bahwa perjalanan tersebut memang diperlukan karena dapat memberi sedikit gambaran akan Penjelajahan yang akan dilaksanakan pada hari ke-4.
Pada akhirnya semua peserta dan semua orang-orang yang membantu pelaksanaan TO sampai di lokasi; lapangan, dan Apel Penyerahan Siswa-Siswi Kepada Warga dilaksanakan. Warga Kampung Parakan Ceuri menampilkan sebuah pentas seni dimana wanita-wanita dari desa tersebut memainkan sebuah alat musik. Setelah apel selesai, peserta TO diperkenalkan kepada orangtua asuh menurut kelompoknya dan langsung menuju ke rumah milik orangtua asuh masing-masing. Pak Nurdin, seorang petani dari Kampung Parakan Ceuri, adalah orangtua asuh kelompok 6.
Sesampai di rumah orangtua asuh, kelompok 6 bersilaturahmi dengan keluarga Pak Nurdin. Setelah itu, kami seharusnya memulai mencari data untuk presentasi PDP, namun kami tidak bisa melakukan riset karena tema yang kami dapat; budidaya ikan air tawar, tidak ada di Kampung Parakan Ceuri. Saya pun menghabiskan waktu dengan menyusun barang-barang dan lebih mengenal anggota kelompok saya dan keluarga Pak Nurdin.
Pada malam hari, diadakan kegiatan Jaga Vendel, dari jam 10 malam sampai dengan 2 pagi. Saat itu, kelompok saya tidak tahu bahwa setiap shift hanya boleh 2 orang, karena itu pada shift pertama (jam 10 sampai 12) semua perempuan di dalam kelompok saya ikut menjaga vendel. Bagi saya, kegiatan ini sangat seru, sekaligus menegangkan. Banyak juga kejadian lucu yang terjadi saat menjaga vendel pada hari pertama ini, salah satunya saat kakak osis memberi rangkaian warna yang harus dibalas, semua yang ikut menjaga vendel membisikan warnanya dengan sangat keras sampai kakak pendamping kelompok kami terbangun dan menyuruh kami untuk diam.
Trip Observasi Hari ke-2
Diawali dengan bangun untuk sholat Subbuh pada jam 3:30 pagi, saya merasa sangat tidak enak badan. Mungkin karena udara yang sangat dingin, saya sendiri tidak terlalu tahu. Karena kondisi saya yang tidak memungkinkan untuk sholat berjamaah, saya bersama 1 orang lain shift menjaga rumah dan memasak sarapan.
Tidak terlalu banyak kegiatan yang saya lakukan pada hari kedua ini, namun hari tersebut tetaplah hari favorit saya. Kebanyakan dari anggota kelompok 6 memberi surat cinta pada hari ini, termasuk saya sendiri, dan mendapat pita hijau. Hari yang sangat berkesan bagi saya.
Saya tidak mengikuti kegiatan presentasi PDP karena mendapat giliran shift jaga rumah. Selama shift, saya membereskan rumah dan membantu Imas, anak keempat Pak Nurdin, dengan pr matematikanya. Menurut saya, pada hari itu saya cukup produktif karena juga telah menyelesaikan riset untuk menulis essai PKD.
Pada sore hari, kegiatan Lintas Budaya dilaksanakan. Kelompok saya mendapat tema Sunda untuk kegiatan lintas budaya ini. Amyra dan Yura menjadi modelnya sedangkan saya menjadi devile. Awalnya saya kira tidak akan jadi kegiatannya karena sudah sangat mendung, namun ternyata tidak hujan.
Malam hari itu, kelompok saya dipanggil untuk mempertunjukan pentas seni yang lolos penyisihan. Tema kelompok 6 adalah Sinetron Perhiasan, tema yang susah menurut saya. Dengan waktu yang sangat terbatas, kelompok kami tidak dapat latihan pentas seni dengan baik, dan pada akhirnya pentas seni kami pun berantakan. Untungnya ada beberapa bagian lucu dari pentas seni kami yang berhasil membuat penonton tertawa.
Trip Observasi (Hari ke-3)
Tidak banyak kegiatan yang saya lakukan pada hari ketiga ini. Bangun pada jam 3:30 pagi seperti biasa, kemudian memasak sarapan untuk anggota kelompok lainnya, dan olahraga pagi dipimpin oleh tentara yang bertugas. Saya sudah mulai terbiasa dengan pola hidup yang sederhana di Kampung Parakan Ceuri.
Siang harinya, saya menjalani medical check up di Pos Kesehatan. Saat dicek tensi, saya kaget, karena bisa dikatakan tensi saya sangat rendah; 71/55. Saya sudah hampir seratus persen yakin bahwa saya tidak akan dibolehkan mengikuti kegiatan Penjelajahan, padahal kegiatan yang saya tunggu-tunggu dari TO adalah penjelajahannya. Setelah medical check up, saya menjadi devile lagi untuk sesi kedua Lintas Budaya. Seusai Lintas Budaya, hujan yang sangat deras membuat semua peserta TO yang mengikuti kegiatan tersebut harus berteduh dibawah tenda. Sambil menghabiskan waktu, ketua angkatan memimpin menyanyikan yell-yell angkatan dan lagu-lagu TO.
Pada malam hari seusai makan malam, kakak osis pendamping memberitahu bahwa semua anggota kelompok 6 dibolehkan mengikuti Penjelajahan. Awalnya saya kaget karena saat medical check up, dokternya berkata bahwa dengan kondisi saya sangat tidak memungkinkan untuk dibolehkan mengikuti Penjelajahan. Tetapi saya juga sangat senang karena Penjelajahan adalah kegiatan yang sudah saya tunggu-tunggu.
Trip Observasi (Hari ke-4)
Kelompok 6 belum mendapat posisi urutan untuk Penjelajahan karena tidak memenangkan PKD, PDP, maupun Lintas Budaya. Dikarenakan hal itu, kelompok 6 berinisiatif untuk datang paling pertama agar mendapat urutan depan untuk Penjelajahan. Jam 5 pagi, seusai sholat Subbuh, semua anggota kelompok saya segera bergegas ke lapangan. Sepertinya kelompok lain tidak terpikir untuk datang pagi-pagi karena kelompok 6 adalah kelompok pertama yang sampai di lapangan—kami pun mendapat urutan ke-9 untuk Penjelajahan.
Melelahkan, namun tidak akan dilupakan. Itulah hal yang saya pikirkan selama Penjelajahan. Rasa sakit yang dirasakan di kaki bukan main, namun karena saya tidak mau membebani kelompok saya, maka saya tetap berjalan. Banyak sekali kejadian-kejadian lucu maupun menyeramkan yang saya alami selama Penjelajahan, semuanya tidak akan pernah bisa dilupakan. Dimulai dari pos kesenian dimana muka saya dicoret-coret dengan lipstick, sampai pos terakhir dimana kaki saya lecet dan berdarah karena terkena batu, semuanya adalah bagian dari penjelajahan yang saya jalani.
Kelompok 6 sampai di Kampung Parakan Ceuri pada urutan ke delapan, padahal kami berangkat pada urutan ke sembilan. Tanpa mengabiskan banyak waktu, seusai melapor kedatangan, saya langsung menuju ke rumah dimana saya tertidur sebentar sambil menunggu giliran mandi. Setelah bersih diri, saya langsung mengambil sleeping bag dan tertidur karena sangat lelah.
Pada malam hari, diadakan kegiatan api unggun—kegiatan yang menandakan bahwa TO akan segera selesai. Bagi saya, malam itu adalah malam yang…menggalaukan, namun menyenangkan. Saya bernyanyi dan tertawa bersama teman-teman selama api unggun masih menyala.
Trip Observasi (Hari ke-5)
Terasa sangat cepat bagi saya hari kelima ini. Mungkin memang karena ini adalah hari terakhir, dan kami semua berangkat dari Kampung Parakan Ceuri jam 10 pagi. Berpamitan dengan orangtua asuh dan keluarga sementara selama TO cukup menyedihkan, namun di sisi lain saya juga bahagia karena sebentar lagi bisa pulang ke rumah di Jakarta.
Apel yang dilaksanakan di Parakan Ceuri maupun di Hall sekolah sangatlah lama dan melelahkan, namun setelah akhirnya dibubarkan, saya merasa sangat senang karena bisa beristirahat dengan bebas.
Trip Observasi adalah satu dari banyak kegiatan Labsky yang tidak akan saya lupakan. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat diambil, dan kesan-kesan selama TO yang menyenangkan.
0 comments:
Post a Comment