Dari serangkaian kegiatan-kegiatan di SMA Labschool Kebayoran ini, kegiatan yang paling dibicarakan dan ditunggu-tunggu adalah kegiatan Trip Observasi. Bahkan, sebelum mengikuti kegiatan tersebut pun saya tidak jarang mendengar teman-teman saya membicarakannya. Rumor-rumor mengenai betapa serunya Trip Observasi dan seperti apa kegiatan Trip Observasi itu kerap sekali menjadi bahan omongan.
Kegiatan itu pun semakin dekat. Teman-teman saya semakin antusias dan menanti-nanti datangnya Trip Observasi 2011. Ya, saya memang mengatakan ‘teman-teman saya’, bukan ‘kami’. Saya tidak dapat mengatakan hal yang sama untuk diri saya sendiri. Sejujurnya, saya tidak se-bersemangat seperti teman-teman saya. Menurut saya pribadi, lima hari tinggal di sebuah desa terpencil bukanlah sesuatu yang dapat membuat diri saya antusias. Maklum, saya memang dapat dibilang tipe orang yang mudah untuk homesick. Tidak dapat dibayangkan bagaimana rasanya tinggal di desa selama 5 hari 4 malam. Tidak hanya itu saja, saya memang kurang menyukai daerah-daerah seperti itu. Saya menyukai tempat-tempat modern, terangnya lampu-lampu kota, dan keramaian. Kegiatan Trip Observasi ini merupakan hal yang sangat asing untuk saya.
Pra Trip Observasi akhirnya tiba. Saya berusaha sebisa mungkin untuk semangat dalam mengikuti kegiatan ini. Saya masuk ke dalam kelompok 18 bersama Nadhira Nur Aqila, Ghibran Al Imran, Sarah Nadia Avianto, Fadel Arrozi, Dyah Astri, Adli Farhan, dan Teuku Fazhamy Rafiandra dengan pendamping kami yaitu Kak Dafi. Awalnya memang tidak ada yang saya kenal dengan cukup dekat di kelompok ini, namun pada akhirnya saya merasa sangat nyaman dengan kelompok saya.
Kegiatan Pra TO yang dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober hingga 15 Oktober ini dimulai dengan pengecatan tongkat dan pembuatan nametag. Katanya, desain nametag TO adalah desain nametag tersulit yang harus dibuat dari seluruh kegiatan-kegiatan Labschool yang mengharuskan membuat nametag. Dan memang benar, desain nametag TO jauh lebih rumit dibandingkan dengan desain nametag MOS. Banyak detail-detail kecil yang harus diperhatikan saat membuatnya. Awalnya kelompok kami cukup kesulitan saat membuatnya, namun untungnya kami dapat menyelesaikannya tepat waktu. Kami hanya tinggal menempel foto kami dan melaminatingnya. Saya pun akhirnya mencapai rumah jam sebelas malam demi mencari pita warna warni untuk dipakai saat kegiatan Pra TO dan TO, foto untuk nametag, dan menyelesaikan nametag saya karena nametag tersebut sudah harus dipakai keesokan harinya.
Selain itu, pada kegiatan Pra TO ada kegiatan memasak untuk latihan saat nanti sudah berada di Purwakarta, karena kami harus memasak makanan kami sendiri. Untungnya, di kelompok kami ada Ghibon (Ghibran) yang mahir memasak, sehingga kami tidak perlu khawatir mengenai menu makanan kami saat di sana. Menu makanan kami terjamin akan enak--meskipun pada akhirnya Ghibon jarang memasak saat di Purwakarta karena ia ketua dan jarang ada di rumah. Saat Pra TO kelompok kami terbengong-bengong melihat Ghibon memasak dan kami pun hanya melakukan pekerjaan yang ringan-ringan seperti memotong-motong bahan memasak dan menyicipi masakan.
Pada kegiatan Pra TO pun ada audisi pentas seni untuk memilih 15 kelompok dengan pertunjukkan pentas seni terbaik untuk ditampilkan saat TO nanti. Kelompok kami yang mendapat tema pentas seni “Ben 7” berlatih berulang-ulang dan menampilkan pertunjukkan sebaik mungkin, namun sayangnya, pertunjukkan pentas seni kami tidak lolos audisi.
Siapa yang terpilih menjadi ketua angkatan dan nama angkatan 11 diumumkan sore hari saat Pra TO hari ketiga. Ketua umum angkatan 11 adalah Adhitya Bayu Siswonegoro, ketua 1 nya adalah Maga Arsena, dan ketua 2 nya adalah Rayhan Athaya. Nama angkatan kami adalah Dasa Eka Cakra Bayangkara dengan arti angkatan 11 yang mampu menjaga keseimbangan roda kehidupan.
Akhirnya, 20 Oktober 2011 pun tiba. Saat ini saya sudah mulai merasa antusias untuk mengikuti kegiatan TO. Dengan tas ransel di pundak, tongkat di tangan, nametag yang telah dibuat dengan susah payah, dan pita warna warni di rambut bagi yang perempuan, kami akhirnya diberangkatkan ke Purwakarta sekitar pukul 7 pagi setelah terlebih dahulu mengikuti apel pelepasan. Kami pun naik ke bus dan melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan kepada orangtua dan kehidupan kota.
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam, akhirnya saya pun berdiri di atas tanah Purwakarta dan menghirup segarnya udara pedesaan. Namun, kami harus terlebih dahulu berjalan melewati pematang sawah, hutan, dan lain-lainnya untuk mencapai Kampung Parakan Ceuri. Saat berjalan di atas pematang sawah, saya dengan bangga dapat mengatakan bahwa saya sama sekali tidak terjatuh. Bisa dibilang bahwa ternyata saya cukup mahir dalam berjalan di atas pematang sawah. Jarak yang kami tempuh saat berjalan cukup jauh dan jalanannya pun agak sulit untuk dilewati, namun itu semua tidak menjadi masalah karena indahnya pemandangan-pemandangan yang kami lihat di tengah perjalanan.
Setibanya di Kampung Parakan Ceuri, kami disambut oleh warga-warga Kampung Parakan Ceuri. Di rumah yang akan kami tempati selama 5 hari ini, yaitu rumah Pak Ade dan Bu Eneng, orangtua asuh kami, kami disambut dengan sangat ramah dan dengan makanan-makanan berupa ranginang dan pisang goreng. Kami pun melepas lelah sambil memperkenalkan diri dengan Pak Ade dan Bu Eneng.
Setelah beristirahat sebentar, sebagian dari kami berkeliling desa untuk mencari informasi untuk mengerjakan tugas PDP dan sebagian lagi menjaga rumah dan memasak. Kebetulan saya ikut berkeliling desa. Kampung Parakan Ceuri sangat sepi dan damai dan terasa sangat jauh dari dunia luar. Ternyata Kampung Parakan Ceuri adalah tempat yang sangat nyaman. Selain itu, cukup menyenangkan juga bisa melupakan tugas-tugas yang menumpuk di Jakarta selama 5 hari.
Malam hari kami diisi dengan pertunjukkan pentas seni di lapangan seperti menanyi, dan lainnya. Selain itu, sudah mulai ada juga yang menyerahkan surat cinta kepada kakak OSIS. Setelahnya, kami pun kembali ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Sebelum tidur, kelompok kami membuat tower di depan rumah terlebih dahulu. Setiap kelompok diwajibkan untuk membuatnya setiap malam. Yang sulitnya adalah tower tersebut tidak boleh jatuh saat dites. Setelah beberapa lama akhirnya tower kelompok kami pun jadi dan kami melanjutkan untuk beristirahat.
Malam itu adalah malam yang sangat menegangkan karena merupakan malam pertama menjaga vendel. Saya dan Sarcil (Sarah) mendapat shift kedua yaitu dari jam 11 hingga jam 12. Dengan setengah tertidur dan mata yang sudah sangat berat kami duduk sambil menunggu sinyal-sinyal warna warni dari senter kakak OSIS. Kebetulan kakak-kakak OSIS sie. Bela negara datang untuk mengecek tower kami dan mengirim sinyal tepat pada saat shift saya dan Sarcil. Kami pun dengan tegang memperhatikan kakak-kakak OSIS mengecek tower kami dan membalas sinyal dengan saya yang mencatat sinyal yang diberikan dan Sarcil yang membalasnya dengan senter dan kertas mika warna-warni. Menurut saya kami melakukannya dengan cukup baik. Setelah shift kami selesai kami pun membangunkan dua orang lainnya untuk bergantian shift dan kami pun pergi tidur.
Hari kedua dan hari ketiga di Purwakarta dipenuhi dengan kegiatan PKD, educare, presentasi PDP, dan lintas budaya. Bagi yang tidak mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut mereka menjaga rumah, bersih-bersih, dan memasak. Bila tidak ada kegiatan, maka kami semua pun akan duduk melingkar di ruang utama dan bercerita-cerita sambil diiringi dengan tawa.
Berhubung dengan keinginan saya untuk menambah pita hijau kelompok saya yang saat itu masih sedikit, saya pun memutuskan untuk memberikan surat cinta saya ke kakak OSIS yang saya pilih pada malam hari kedua setelah pentas seni. Pada awalnya saya ingin memberikannya lebih cepat, namun terdapat bagian yang rusak pada surat cinta saya sehingga saya harus memperbaikinya terlebih dahulu.
Hari ketiga TO diisi dengan persiapan-persiapan untuk penjelajahan esok harinya. Di kelompok kami, saya dan Rafi diharuskan untuk mengikuti medical check-up untuk menetapkan apakah kami dapat mengikuti penjelajahan atau tidak, oleh karena penjelajahan membutuhkan fisik yang sehat karena kegiatan tersebut akan sangat melelahkan. Saya diharuskan mengikuti medical check-up dikarenakan saya demam dan tidak ikut lari pagi pada saat kegiatan Pra TO hari terakhir. Cukup khawatir juga saat mengikuti medical check-up karena saya ingin sekali mengikuti kegiatan penjelajahan. Untungnya, saya dan Rafi diloloskan dan semua anggota kelompok kami diperbolehkan mengikuti penjelajahan.
Untuk kegiatan lintas budaya, kelompok kami yang bertema Mexico diwakilkan oleh Ghibon dan Sarcil. Pada awalnya perwakilannya adalah saya dan Ghibon, namun berhubung kostum yang dipinjam oleh Sarcil dari teman SD-nya tidak muat di saya, akhirnya Sarcil lah yang menggantikan saya dikarenakan oleh postur tubuhnya yang kecil. Pada kegiatan ini kelompok kami mendapatkan juara 4, meskipun tidak mendapatkan posisi saat penjelajahan.
Hari penjelajahan pun tiba. Setelah shalat Shubuh, kami buru-buru makan pagi dan mengambil tas kami yang sudah dipersiapkan malam sebelumnya lalu bergegas berangkat ke lapangan agar bisa mendapatkan posisi penjelajahan di urutan awal. Kelompok kami merupakan kelompok ke 19 yang diberangkatkan oleh Bu Ulya. Bukan merupakan urutan yang terlalu buruk.
Baru berjalan sebentar saya sudah merasa cukup lelah dikarenakan jalannya yang menanjak, namun kami terus berjalan mengikuti panah-panah merah penunjuk jalan. Akhirnya sampailah kami pada pos pertama yaitu pos OSIS seksi kesenian. Di sini muka kami dicoret-coret dengan menggunaka lipstick. Dahi kami ditulisi dengan nama kakak OSIS penerima surat cinta kami, pipi kiri dengan nama kakak OSIS yang dibenci, dan pipi kanan dengan jabatan OSIS yang ingin kami duduki bila kami menjadi pengurus OSIS pada periode berikutnya.
Setelah meninggalkan pos seksi kesenian dan melanjutkan perjalanan, sampailah kami pada pos bayangan yaitu pos OSIS seksi olahraga. Di sini kami disuruh untuk menyanyikan lagu-lagu TO, lagu Labschool dan sebagainya dalam posisi buta tuli.
Selanjutnya, kami sampai pada pos OSIS seksi bela negara. Saat baru sampai, kami langsung disuruh untuk melepas sepatu dan meletakkan tas dan langsung merayap di dalam lumpur lalu melakukan seri sambil disirami dengan air lumpur. Saya tidak begitu memperhatikan keadaan saya oleh karena mata saya yang tertutup lumpur.
Dengan badan yang basah dan penuh lumpur, kami pun berjalan menuju tempat tujuan kami selanjutnya, yaitu air terjun. Meskipun letaknya cukup jauh dan jalannya sangat menanjak, kelompok kami terus berjalan menuju air terjun karena keinginan untuk bersih diri. Sesampainya disana, sebelum kami diberi kesempatan untuk bersih diri, pertama kami harus ke pos OSIS seksi rohani terlebih dahulu untuk menjawab pertanyaan mengenai nama-nama kakak OSIS seksi rohani dan urutan jabatannya. Barulah kemudian kami bersih diri di air terjun yang curugnya sudah berwarna coklat dikarenakan oleh 18 kelompok yang bersih diri di tempat tersebut sebelum kami. Namun, airnya tetap sangat sejuk dan nyaman. Setelah bersih diri, kami pun beristirahat sebentar sambil makan pop mie sebelum melanjutkan perjalanan.
Jalanan yang kami lewati berikutnya adalah menuruni kebun teh dan melewati pematang sawah. Pemandangan yang kami lihat sangat indah, sehingga kami memutuskan untuk berhenti sebentar dan berfoto-foto. Tujuan kami berikutnya adalah pos OSIS seksi kesehatan, seksi dana dan logistik, dan seksi edukasi. Setelah melewati pos-pos tersebut, kami pun berjalan kembali dengan jarak yang cukup jauh dan akhirnya sampailah kami kembali di Kampung Parakan Ceuri sekitar pukul jam 2 siang. Kami pun segera kembali ke rumah untuk bersih diri. Bagi sebagian besar anggota kelompok kami, siang itu dihabiskan dengan tidur karena kelelahan yang amat sangat setelah penjelajahan.
Malam hari pun tiba. Kami semua pergi ke lapangan untuk menyaksikan pentas seni terakhir dan acara api unggun. Di antara api unggun yang menyala, kebersamaan dan keakraban kita semua sangat terasa. TO telah menumbuhkan persahabatan di antara kita. Selain itu, ditambah dengan iringan nyanyian dan musik, suasananya membuat saya ingin tetap berada disitu bersama semuanya sampai kobaran api terakhir padam.
Lima hari berlalu dengan sangat cepat. Tanpa terasa waktunya untuk pulang telah tiba. Kami pun berpamitan kepada keluarga Pak Ade dan Bu Eneng. Melihat mata Bu Eneng yang berkaca-kaca, rasanya saya ingin menitikkan air mata pula. Setelah berfoto bersama, kami pun melaksanakan apel penutupan lalu menaiki bus yang akan membawa kami kembali ke Jakarta. Sebagian dari diri saya ingin tetap disitu, ingin mengulang 5 hari yang singkat namun sangat indah itu. Namun bus kami pun akhirnya meninggalkan Kampung Parakan Ceuri, tetapi kenangan saya tentang semua yang kami alami di sana akan selalu berbekas di dalam diri saya.
Senam Pagi |
Lintas Budaya |
Penjelajahan: saat melewati kebun teh |
Saat buta tuli |
Ghina Karisma X-F
0 comments:
Post a Comment