Tugas 3 - Hanya Ada di Labschool : TO, bukan sekedar cerita


                  Labschool sering mengadakan progam-program sekolah yang wajib dilaksanakan agar dapat memenuhi persyaratan kenaikan kelas. Salah satunya ada Trib Observasi atau TO yang dilaksanakan pada 20 Oktober 2011 di Purwakarta, tepatnya Dusun Parakan Ceuri. Kegiatan tersebut berlangsung sekitar 5 hari, dari Kamis pagi sampai Senin siang. Dalam mengikuti kegiatan tersebut, masing-masing siswa wajib membuat sebuah nametag dan tongkat yang dicat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Biasanya, dalam pembuatan kedua benda tersebut, setiap kelompok membagi anggotanya menjadi dua ( Satu untuk mengerjakan nametag, sisanya mengerjakan tongkat ). Kelompok saya terdiri dari Vito, Ozzy, Zaki, Ninis, Oza, dan Oya yang biasa kami sekelompok panggil Dormin. Saya mendapat tugas mengecat tongkat di lapangan hijau bersama anggota kelompok lainnya, seperti Maga, Iman, Eki, Mardik, dll. Dalam pengerjaannya, kami mengukur tongkat tersebut dengan detail dan mengecatnya dengan rapi. Akan tetapi, waktu memaksa kami untuk bergerak cepat dan selesai apa adanya. Di kelompok Maga, salah satu anggotanya yang bernama Eki lebih banyak bersenang-senang dibanding dengan pekerjaannya. Akhirnya, ia diberi julukan oleh kelompoknya “talk more, do less”. Namun keesokan harinya, ia sendiri mengganti julukannya menjadi “talk more, do more”, karena hasil pekerjaannya sudah meningkat dibandingkan hari sebelumnya. Di hari terakhir pengecatan tongkat, saya dan Iman masih tetap bekerja pada tahap outline garis. Saat itu, kami disinari oleh teriknya matahari siang. Namun pekerjaan akhirnya terselesaikan bersama-sama.
                Seperti biasa, sebelum para murid, osis dan mpk, maupun guru yang bersangkutan diberangkatkan, semuanya wajib mengikuti apel pagi. Apel atau upacara tersebut dibina oleh prof. Arif Rahman dan dipimpin oleh osis seksi bela negara. Setelah apel selesai, pemberangkatanpun dilaksanakan. Bus-bus sudah menunggu di parkiran siap untuk mengantar kita kesana. Bus kelompok saya dan dua kelompok lainnya berada di barisan paling belakang, tepat di sebelah bus osis. Oleh karena itu, kami semua menjaga sikap dan berusaha tidak ribut dan alay sebelum keluar dari sekolah. Namun salah satu teman saya yang bernama Ozzy, tetap saja alay dan tertawa bersama-sama di dalam bus. Sebelum bus diberangkatkan, beberapa teman saya ingin buang air kecil, namun karena waktunya sudah terlalu mepet, akhirnya ditunda sampai 2 jam perjalanan ke Parakan Ceuri.
                Saat bus mulai dijalankan, semuanya duduk dengan tenang dan melambai-lambai ke orang-orang yg berada di luar parkiran. Beberapa saat kemudian, teman saya yang bernama Vito mulai merusuh dengan membunyikan pluit dengan keras, lalu menyapa semua orang yang dilalui bus kami dengan kencangnya. Walaupun mengganggu orang di luar, namun pekerjaannya membuat semua anak laki-laki di bus tertawa. Sesampainya di tol, kebanyakan murid sudah teller, alias tertidur. Saat saya terbangun, pemandangan sudah berubah berupa tanaman dan bukit yg lumayan hijau. udara yang tadinya panas, sekarang berubah menjadi dingin sejuk, sehingga kami semua terebas dari kepanasan. Beberapa saat kemudian, bus kami mulai menuju ke gang sempit yang tidak jelas sampai akhirnya berenti di tengah-tengah tanjakan. Kamipun diperintahkan untuk turun dan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Setelah berkumpul, kami bergerak menuju hutan yang akhirnya mengarah ke sawah yang sangat luas. Perjalanan dari tempat bus ke desa tujuan lumayan jauh, dengan membawa tongkat serta tas besar di bahu. Namun karena pemandangan indah berada di sekitar perjalanan, rasa pegalnya lama-lama hilang.       
                Sesampainya di lokasi, seluruh peserta diminta untuk berbaris, lalu mengadakan apel sekaligus memperkenalkan orang tua asuh masing-masing keompok. Sebelum itu, kami disambut dengan nyanyian pukulan lesung padi oleh ibu-ibu warga desa setempat. Apel berlangsung lama sambil disinari oleh panas matahari. Sebagian dari kami terlalu capai sehingga bergerak ke belakang menuju tenda, salah satunya adalah Ikko. Mungkin karena sedang tak enak badan, ia bergerak menuju tenda dan duduk ditemani oleh guru sekolah. Sedangkan kami yang berada di barisan belakang sibuk membuat lubang di tanah dengan menghentakkan tongkat keras-keras. Tujuan utamanya agar melupakan panas dari matahari, namun malah membuat tanahnya menjadi bolong-bolong. Tanpa rasa bersalah, setelah selesai apel, kami langsung beranjak ke rumah masing-masing orang tua asuh. Ternyata, rumah kelompok saya tak jauh dari lokasi apel, dan kami sangat beruntung karena rumah orang tua asuh kami tergolong paling bagus dan bersih. Baru saja duduk dan memperkenalkan diri, kami harus mengambil koper yang letaknya lumayan jauh di bagian bawah desa. Perjalanan menuju truk tempat koper kami diletakkan sangat enak, turunan dan jalan datar. Sedangkan ketika balik ke rumah untuk menaruh koper, perjalanannya menjadi sangat berat, seperti perjalanan dari bus berenti ke lokasi apel. Apalagi ketika saya dan ozzy berduaan membawa 3 bodypack berukuran besar dan aqua 1,5 liter yang berjumlah sangat banyak. Kami perlu bolak-balik sebanyak 3 kali untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Walaupun barang bawaannya banyak, tapi lama-kelamaan selesai juga dan kami beristirahat di dalam rumah. Ketika malam harinya, saya teringat bahwa saya harus mempersiapkan diri untuk kultum setelah solat subuh. Oleh karena itu, saya mengambil Al-Quran dan mempelajarinya sebelum tidur.
                Keesokan harinya, jam setengah 5an saya dan semua peserta sudah berada di dalam mesjid untuk melaksanakan solat subuh. Karena setelah ini saya dijadwalkan untuk kultum, saya berdoa sungguh-sungguh saat solat, dan ternyata, kultum saya ditunda hingga 2 hari mendatang. Semua jeri payah menghafal hilang dalam sekejap. Pagi harinya, saya dan ozzy tidak ikut lari pagi karena mendapat bagian memasak sarapan dibantu oleh pdp kami yg bernama kak Rizky. Saat memasak, Ozzy berkata bahwa ia sering membuat orak-arik telor, oleh karena itu ia ditugaskan untuk membuat orak-arik telor, sedangkan saya dan kak Rizky membuat nasi goreng kornet. Setelah nasi gorengnya jadi, saat kami melihat kearah Ozzy, ternyata orak-arik telor yang dimaksudnya adalah telor orak-arik garing, sehingga hampir mirip dengan kulit ayam, namun dengan rasa telor goreng. Disaat kami bercanda dan tertawa, datang kakak pdp osis perempuan yang bermuka cantik dari kelompok lain, ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepada pdp saya, yaitu ka Rizky, karena hari itu ia berulang tahun. Setelah itu, ia masuk dan bermain sejenak, mengicipi kulit ayam yang berasa telor buatan Ozzy dan nasi goreng kornet buatan saya. Kakak pdp itu akhirnya balik beberapa saat kemudian. Saya baru sadar kalau di TO ini, kami disuruh untuk membuat surcin (surat cinta) ke osis atau mpk yang lawan jenis. Langsung terlintas kakak pdp yang tadi menghampiri rumah kami, lalu saya bertanya kepada Ozzy, “Zzy, tadi pdp yang maen kesini siapa namanya??”. Ozzy pun menjawab, sekaligus menanya, “Ka Saly, emang napa ga?”. saya hanya dapat menjawab, “Oh.. Gak papa..”. Dan dari saat itulah, saya mulai merancang surcin untuknya.
                Di malam harinya, saya dan Ozzy mendapat tugas lagi, yaitu menjaga vendel yang nantinya akan disinari oleh lampu senter berwarna-warni, lalu kita harus menjawabnya dengan benar. Sebelum kami jaga, sudah ada Ninis dan Oza yang jaga dari jam 10 sampai 12, sedangkan yang laki-laki kebagian jam tengah malam, yaitu 12 sampai 2 malam. Sekitar jam 1an, kami bosan karena osis tak datang-datang untuk menguji konsentrasi kami. Oleh karena itu, Ozzy pergi ke dapur untuk membuat teh hangat. Persis sekali dengan yang di iklan  Teh Sariwangi. Tak lama kemudian, datang 2 osis dengan membawa senter dan kertas plastik 4 warna. Salah satu osis tersebut adalah kakak dari Rafi Helmi yang biasa dipanggil Biji. Ia duduk di luar jendela sebelah kanan saya bersama kak Riandri. Untungnya, saya dapat dengan mudah melihat plastik yang disenterinya lewat jendela sebelah saya. Dan hasilnya, semua kode terjawab dengan benar dan kami bisa tidur dengan nyenyak.
                Hari ke tiga, saya mengorbankan lari pagi saya dengan kembali memasak sarapan bersama Ozzy. Mungkin karena ingin lari pagi bersama, saya putuskan agar besok mengikuti lari pagi bersama. Di hari ini, semua kelompok kebagian untuk presentasi, namun saya bukan bertugas di bidang tersebut, sehingga sehari menjadi hari paling tenang dan paling tentram sepanjang TO. Saya sempat singgah ke rumahnya Maga dan bernyanyi bersama sampai mendapat pita kuning dari kak Aji karena salah menyanyikan lagu. Setelah itu, saya kembali mengerjakan tugas lainnya, seperti membuat komik berukuran besar dan menghias surcin. Karena terlalu ngantuk, saya tertidur saat sedang menggambar komik. Lalu beberapa teman dari kelompok saya membangunkan saya dan menyuruh untuk menyerahkan surcin. Karena saya masih ngantuk dan belom bangun sepenuhnya, saya mencoba untuk mencari suratnya dan keluar rumah, lalu membacakan surcin yang berisi tentang puisi gombal yang lumayan kece. Setelah membacanya, saya diberi 2 pita hijau oleh kak Saly dan berfoto bareng dengan muka saya yang masih teler. Malam harinya, giliran Vito dan Zaki yang jaga vendel pada jam 12, dan saya bisa tidur dan bersiap untuk Penjelajahan di hari esok.
                Hari yang ditunggu-tunggu kebanyakan peserta tiba, hari dimana kita melaksanakan penjelajahan. Apesnya, saya yang kemarin ingin merencaakan lari pagi bersama gagal karena kita hanya melakukan senam di sepanjang jalan. 2 orang di kelompok kami tak diijinkan untuk mengikuti penjelajahan, yaitu Vito dan Oza. Vito yang merupakan ketua kelompok Bolelebo tak diijinkan dengan alasan matanya yang masih sakit, jadi ia hanya menunggu di rumah beserta murid lainnya yang tidak ikut penjelajahan. Jadi, ketua kami digantikan oleh Ozzy. Sebelum dimulainya penjelajahan, kami berbaris dan menuggu untuk dipanggil per kelompoknya.  Beberapa saat setelah kelompok kami dipanggil, kami sampai di pos kesenian, dimana muka kami dicoret-coret dengan lipstick. Bagian atas menunjukkan orang yang diberi surcin, pipi kanan menunjukkan jabatan yang ingin dicapai, dan pipi kiri menunjukkan osis/mpk yang kurang disukai. Karena dulu saya seangkatan dengan Aldy, saya memberitahu kakak osis kesenian kalau yang kurang disukainya adalah Aldy. Namun sat sampai di pos olahraga, Aldy sempatmelihatnya, dan ia memberi tugas kepada saya saat penjelajahan, yaitu memberikan bunga kecil kepada kak Widya di pos bela negara. Saat memberikan bunga kepadanya, ia sempat bingung dan akhirnya mengijinkan saya untuk pergi. Dari pos bela negara, kami menempuh perjalanan yang lumayan jauh sampai akhirnya berada di air terjun dan kami diminta untuk membersihkan diri. Untungnya, setelah itu kami diberikan  makan berupa pop mie yang lumayan bisa mengganjal perut sampai pulang nanti. Diperjalanan pulang, kelompok kami sempat berfoto-foto di lahan teh, yang membuat kelompok lain menunggu dengan sabarnya, terutama kelompoknya Norman yang tepat dibelakang kelompok saya.
                Malam terakhir kami disana ditutup dengan api unggun dan menyanyi serta menari bersama-sama. Semuanya tampak bahagia sampai beberapa orang mulai menyatakan perasaan ke lawan jenis dan ada yang jadian pada malam itu. Api unggun diakhiri dengan bersalam-salaman antar sesama, osis, mpk maupun peserta. Hari terakhir diawali dengan operasi semut dan diakhiri dengan pemulangan kami ke Jakarta serta apel penutupan di sekolah. Sungguh suatu moment yang tak akan lepas dari diri saya



 Faktor penyebab macetnya barisan di area kebun teh


 Foto sebelum berangkat penjelajahan


 Vendel kelompok kami


 Foto bersama walaupun wajah masih teler


 Foto terakhir sebelum pulang ke Jakarta

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Historical X For Labsky, All Rights Reserved. Design by DZignine