Meskipun pada tanggal 17 bulan agustus tahun 1945 menjadi tanggal yang sangat bersejarah untuk rakyat Indonesia, tetapi pada tanggal 29 Januari 1996 adalah hari yang sangatlah bersejarah untuk saya, mengapa demikian? Berbeda dengan tanggal 17 Agustus 1945 tadi, pada tanggal 29 Januari 1996 di sebuah kota di Banjarmasin lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak Insya Allah menjadi sukses di masa depan. Siapa namanya? Setelah keluarga besar merundingkan apa nama yang tepat untuk seorang bocah sulung dari pasangan suami-istri tersebut itu, maka didapatkannya sebuah nama yang alangkah indahnya yaitu Fakhry Aufar Sasmoyo Abdullah yang mempunya arti yaitu “Kebanggaan yang Sempurna yang dimilliki keluarga Abdullah” Siapa Abdullah? Abdullah adalah nama kakek dan bapak saya, siapa Fakhry? Fakhry adalah saya yang sedang mengetik tulisan ini, Mengapa mengetik tulisan ini? Fakhry menjawab “Karena disuruh guru saya”.. Pastilah akan timbul banyak pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang saya ungkapkan di atas, maka dari itu saya akan mencoba untuk menceritakan semuanya sedetail mungkin.
Dimulai dari tempat dan tanggal lahir saya, banyak orang bertanya “Banjarmasin?jauh sekali, kok bisa lahir disana?” nah, inilah jawaban singkat untuk menjawab pertanyaan tersebut ; Bapak saya (Abdullah Fadlol) dan Ibu saya (Setyo Handryastuti) pertama kali bertemu saat mereka sedang dinas di sebuah daerah terpencil di Banjarmasin, keduanya tengah menjadi Dokter Umum saat itu, karena mereka ingin menjadi dokter spesialis maka mereka harus menjadi seorang dokter di sebuah desa, nah disinilah mereka berdua bertemu lalu saling menemukan cinta, setahun setelah mereka menikah yaitu pada tahun 1995, lahirlah saya pada tahun 1996 lalu saya tumbuh di Banjarmasin tidak sampai setahun karena orangtua saya masa dinasnya sudah berakhir dan harus kembali ke Jakarta. Nah di atas ada foto saya yang masih bayi bersama orangtua saya yang paling saya cintai dan hormati.
Pada masa-masa balita hingga saya mulai bersekolah di TK, saya tidak begitu bias mengingat apa saja yang terjadi tapi seluruh perilaku saya sekarang ini merupakan sebuah cerminan dan pengembangan dari sifat-sifat yang saya peroleh pada masa-masa tersebut, saya juga belajar apa arti dari keadaan “Apa adanya” pada masa tersebut. Jujur saja ketika saya kecil dulu hidup kami sekeluarga bukanlah hidup bermegah-megahan, bisa membeli barang yang diinginkan dengan mudah, dan sebagainya, intinya kami sekeluarga hidup dengan uang yang tidak banyak, menumpang di rumah nenek saya, hidup yang berkecukupan tapi biasa saja, dan yang penting adalah “apa adanya”, orangtua saya tidak mengeluh sedikitpun tentang hal yang kami hadapi, mereka menegakkan kepala dan terus melangkah ke depan tanpa rasa takut. Aku yang masih kecil dan polos itu tidak jarang diberi hukuman oleh orangtua saya, diberi tahu bahwa saya tidak bisa membeli barang yang saya inginkan dengan alasan uang yang harus kami tabung demi kehidupan kami kelak nanti. Karena terbiasa hidup dengan cara seperti itu, saya yang masih kecil itu pertama kalinya berpikir serius bahwa hidup itu tidak perlu lebih, asalkan selama kita masih bisa mencukupi kebutuhan pokok, asalkan diberi kesehatan, hidup yang ‘apa adanya’ juga sudah cukup menyenangkan, bahkan dengan keterbatasan mainan atau apapun yang saya hadapi pada masa kecil itu, saya bisa tetap tertawa terbahak-bahak dan itu disebabkan oleh seringnya berkomunikasi dengan orang lain. Cukup cerita anehnya, sekarang saya bercerita tentang masa-masa saya yang bersekolah di TK. Saat TK, kulit saya masih berwarna putih, mata yang sipit, dan yang paling penting adalah… kurus… ya, saya kurus saat saya masih kecil, oke jadi saya bersekolah di TK yang bernama TK Bhakti yang berlokasi di Kemanggisan. Kehidupan saya sangatlah simple saat itu, bagun pukul setengah 6 pagi, ditemani oleh budhe saya pergi ke sekolah dengan mengendarai angkutan kota dan metro mini 2 kali, lalu saya sekolah sampai pukul 11 dan saya pulang. Begitulah keseharian saya di TK. Pelajaran di TK pun tidaklah susah, asalkan berani meskipun salah pasti tetap dapat nilai bagus. Di TK tersebut saya belajar bagaimana cara berkomunikasi yang baik, cara makan dan beribadah yang baik, dan lain lain. Lucunya, saat saya mengingat masa-masa TK saya itu sangatlah jauh berbeda dengan anak TK jaman sekarang yang sangatlah labil diberi peralatan elektronik yang canggih, tapi pada masa saya, tetris adalah suatu keajaiban -__-.
Setelah lulus dari TK Bhakti tercinta, saya melanjutkan sekolah ke SDI Al-Azhar 08 Kembangan yang berlokasi di Meruya, Jakarta Barat. Ketika pertama kali mendapat seragam SD, saya langsung memakainya karena senangnya bukan main telah menjadi murid SD, saya merasa sangat dewasa saat itu. Hari pertama sekolah di SD dimulai saya menegok kanan-kiri karena kebingungan, ya saya sangat kebingngan ketika melihat kelas yang banyak, malah saya tersesat dan masuk ke ruangan kelas 6 dan semua kakak kelas saya memandang dengan heran, siapa yang tidak akan heran?saya juga bingung sampai sekarang. Setelah diarahkan oleh guru akhirnya saya masuk ke kelas yang benar yaitu 1-B. Acara pada hari itu hanyalah perkenalan diri dan disitulah saya menemukan seorang anak bernama Fikry yang masih satu sekolah dengan saya sampai SMA ini. Kembali ke topic saya menjadi anak yang senang sekali ngobrol, berain-main dan mempunyai nilai yang buruk saat kelas satu itu, karena sudah berkali-kali dipanggil guru, maka orangtua saya pun juga ikut dipanggil, saya dimarahi habis-habisan pada saat itu, karenanya saya mencoba berubah menjadi orang yang lebih baik. Oh iya dan pada saat saya naik ke kelas 2 SD kabar yang menurut saya agak menegangan hadir yaitu Adik saya telah lahir dengan selamat sehat wal afiat dan ibu saya pun juga Alhamdulillah selamat, adik perempuan saya yang satu ini diber nama Annisa Aulia Rahma Hanum Abdullah yang kerap dipanggil Nisa, Hanum, Adek, tapi yang jelas buka dipanggil Abdullah karena sekali lagi Abdullah adalah nama kakek dan bapak saya, Adik saya lahir pada tanggal 30 September 2002 lalu dan sampai saat ini dia sudah berumur 9 tahun dan duduk di bangku 4 SD di Al-Azhar BSD, dan antara adik saya dan saya mempunya selisih umur 7 tahun dan itu adalah salah satu alasan mengapa kami sulit sekali menemukan topic pembicaraan yang pas dan sesuai. Semua orang pasti tahu tentang cinta monyet, cinta monyet bukanlah kisah cinta antara monyet jantan dan monyet betina, bukan juga antara monyet jantan dengan monyet jantan maupun monyet betina dengan monyet betina, pokoknya cinta monyet adalah bisa disebut juga “Cinta-Cintaan” yang sangatlah labil dan bisa menular ke anak-anak SD yang masih sangatlah ingusan ini, menagapa demikian?karena anak-anak SD banyak yang suka menonton sinetron, siapakah contoh dari anak SD itu? Saya akan menjawab diri saya sendiri. Ya, saya adalah salah satu anak yang mengalami ‘Cinta Monyet’ saat SD entah kenapa dan itu terjadi saat saya sudah memiliki HANDPHONE yaitu pada saat saya duduk di kelas 5 SD, saya yang dari awal sudah dekat dengan seorang teman saya mulai lebih akrab karena sering saling meng-sms satu sama lain setiap hari,tanpa kenal lelah, sepulang sekolah pasti kami selalu meng-sms satu sama lain. Karena saya mulai labil disaat itu maka saya pun merasakan rasa suka kepada teman saya tersebut, saya mulai merasa kehilangan jika tidak meng-sms dia satu hari saja, tapi anehnya saya tidak berani untuk menyapa dia secara langsung di sekolah jadi saya hanya berani jika di sms, seperti yang sudah saya katakan tadi bahwa saya mulai labil pada saat terjadinya hal ini. Akhirnya saya pun menyatakan rasa suka kepadanya dan lucunya dia pun juga mengatakan hal yang sama, sesimpel itu kami berdua jadian cinta-monyet dan bertahan selama setahun -___-, kalau dingat-ingat kadang saya berpikir “buset…” tapi saya mengesampingkan anggapan saya dan tetap berpikir bahwa cinta monyet adalah salah satu proses perkembangan diri individu, bisa saja mereka mengambil palajaran dari sana dan sekarangpun saya dan teman saya yang tadi itu menjadi sahabat meskipun berbeda SMA. Yah, jadi itulah kehidupan saya semasa SD: dimarahin, cinta monyet, dan juga menjadi…… gendut… ya saya menjadi gendut sekali karena saya rajin makan 5 kali sehari seperti halnya melakukan ibadah shalat 5 kali sehari. Meskipun gendut, saya tetaplah tampan.
“Bu, aku SMP mana nih?” itulah pertanyaanku yang sudah lama kusimpan di benakku, lalu ibuku menjawab “Labschool aja ya kak? Bagus lho anaknya temen ibu masuk sana terus katanya seru gitu kak, di kebayoran kok ga jauh, deket sama restoran lagi” karena mendengar restoran maka saya pun ingin masuk Labschool tapi saya masih penasaran gimana sih sekolahnya? Kayak apa? Gede gak? Apa bener deket restoran? Kalo masuk situ gimana ya? Banyak sekali pertanyaan tapi semua pertanyaan itu terjawab setelah ibuku mengajakku mengunjungi SMP Labschool yang dibicarakan olehnya itu. Kesan pertamaku ketika melihat itu “wow gede banget sekolahnya, ini gabung sama SMA ya?” lalu setelah melihat-lihat maka aku jadi sangta ingin masuk ke sana, maka dengan berbekal pengetahuan yang kuperoleh dan izin sehari sebelum tes Labschool untuk belajar, aku hanya tes di 1 SMP yaitu SMP Labschool dan setelah seminggu kemudian ada pengumuman yang menyatakan bahwa aku lulus! Aku pun menanti-nanti bagaimana sekolah di Labschool nanti. Aku tidak ingat itu tanggal berapa tapi aku ingat pada hari jumat semua anak kelas 7 yang berhasil masuk ke Labschool diberitahukan bahwa hari jumat akan diadakan Pra- Masa Orientasi Siswa (Pra-MOS) dan diharapkan memakai seragam putih-biru dasil lengkap dengan ikat pinggang, saat sampai di Labschool Kebayoran pagi itu yaitu pada pukul 6 pagi, sudah banyak anak yang berkumpul disana bersama orang tuanya sama halnya seperti aku. Setelah pukul 7, sederetan kakak kelas yang memakai jas berwarna biru gelap dan hitam muncul dan berbaris, ternyata ,ereka adalah kakak-kakak kelas 9 yang menjabat sebagai OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan MPK (Majelis Perwakilan Kelas), kakak OSIS memakai jas berwarna biru gelap sedangkan kakak MPK memakai jas berwarna hitam. Kami pun dipecah menjadi 20 kelompok dan aku menempati kelompok 20 bersama 10 teman baruku yang lain, aku berkenalan dengan mereka dan bertukar nomor handphon, seminggu penuh kami melaksanakan salah satu program wajib sekolah yaitu Masa Orientasi Siswa (MOS) dimana kami diperkenlakan dengan lingkungan Labschool yang baru bagi kami. Hari demi hari pun berlalu aku mendapat banyak teman disini dan langsung skip saja ke kelas 9 karena pada kelas 9 inilah tahun yang menurutku palng berkesan selama aku beajar di sekolah, untuk menghadapi UAN yang menanti kami, kami semua berusaha keras, saling memotivasi, rela pulang larut untuk belajar tambahan, dan rela membuang waktu bermain kami untuk belajar dan untuk masuk ke SMA yang kami tuju, banyak senang dan sedih yang saya alami pada masa kelas 9 ini dan terasa sekali solidaritas akan satu angkatan kami dan kami merasa bahwa “kita lulus bentar lagi?bukannya kemaren kita masih kelas 7?” ya, seperti kata orang luar negri “Time flies when you’re enjoy yourself” dan itu sangatlah benar, oh iya dan dikelas 9 ini saya mempunyai target yang hamper saya raih yaitu…. Menjadi kurus…. Tapi sekali lagi saya gagal dan saya masih gendut.. Oh dan ada sebuah fakta menarik bahwa saya selalu mendapat nama panggilan yang tidak biasa dan itu didapat dari teman-teman saya. Sebagai contoh pada saat saya SD saya kerap dipanggil ‘cumi’ karena alasan yang tidak jelas dan ‘koala’ karena saya sering tidur di kelas. Begitu pula saat SMP saya kerap dipanggil “marmut’ karena alasan yang (lagi) tidak jelas dan ‘panda’ karena saya mempunyai darah cina yang didapat dari bapak saya, selama hampir 6 bulan SMA ini saya juga kadang disebut mirip ‘penguin’ karena saya gendut?... haha oh iya lanjut saja..
Akhirnya selama saya 15 tahun hidup di dunia ini, saat ini saya tengah berada di SMA kels 10-F dan saya mengetik semua ini selain untuk mengumpulkan tugas, tapi juga untuk mem-flashback semua kejadian-kejadian yang telah saya lalui, saya sangat bersyukur dan berdoa agar bisa menjadi orang yang lebih baik lagi dan membanggakan orangtua saya. Amin.
1 comments:
boleh tau dong, itu kata aufar dari bahasa apa ya
Post a Comment