A. Merancang Mimpi
Ketika saya masih kecil, saya mempunyai banyak cita-cita yang berubah-ubah. Mulai dari dokter, arsitek, dokter gigi, sampai ustadzah. Meskipun begitu, saya memiliki satu cita-cita utama yang tidak pernah berubah, yaitu menjadi seorang guru. Saya memiliki mimpi-mimpi lain, tentunya. Salah satunya, adalah menjadi perancang pakaian. Tidak hanya itu, saya juga ingin memiliki toko milik saya sendiri. Ada banyak alasan kenapa saya ingin membuka toko pakaian, tepatnya pakaian muslimah, tetapi satu yang paling membuat saya semangat mengejarnya adalah untuk kepuasan diri saya sendiri.
Ibu saya memiliki sebuah toko pakaian dengan koleksi pakaian buatannya sendiri. Dari sinilah awal ketertarikan saya terhadap pakaian. Sejak saat itu, saya selalu memperhatikan cara-cara ibu saya membuat pola, menggunakan mesin jahit, dan lain sebagainya. Tetapi, saat itu saya belum memiliki keinginan untuk membuat pakaian. Mimpi saya dimulai ketika saya beurmur 12 tahun. Sejak saya mulai menggunakan kerudung saat kelas 6 SD, saya sering kesulitan memilih pakaian. Orangtua saya membawa saya ke berbagai toko pakaian muslimah, termasuk toko milik ibu saya, tetapi saya sebenarnya tidak begitu menyukai pakaian khusus muslimah.
Kebanyakan pakaian muslimah yang saya temui adalah pakaian untuk muslimah dewasa. Saya tidak begitu menyukai bentuknya yang polos dan tanpa variasi. Ditambah lagi dengan warna-warna yang terkesan suram dan dewasa seperti hijau, ungu tua, atau penuh manik-manik. Pilihan lainnya adalah pakaian muslimah anak-anak yang, meski dengan bentuk polos yang tidak terlalu berbeda dengan pakaian muslimah dewasa, penuh dengan warna-warni.
Tentu saja, saya bisa memilih baju yang tidak dirancang untuk muslimah, tetapi tetap memenuhi persyaratan, namun agak sulit menemukan yang cocok dengan selera saya. Pakaian yang menarik perhatian saya, seringkali terlalu pendek, tidak terlalu menutupi bentuk tubuh, tidak memiliki lengan panjang, atau memiliki hiasan di leher, yang tentunya akan tertutupi oleh kerudung. Ketika saya menemukan pakaian-pakaian seperti ini, saya selalu memiliki dorongan dan ide untuk membetulkan dan merancang ulang pakaian tersebut.
Karena itu, saya mulai berpikir untuk membuat pakaian-pakaian saya sendiri. Dengan begitu, saya bisa mendapatkan pakaian sesuai selera saya, sekaligus memenuhi syarat pakaian muslimah. Kemudian saya berpikir, kenapa hanya untuk saya sendiri? Kenapa tidak sekalian membuat toko dan menjualnya? Saya selalu merasa senang ketika saya membeli pakaian baru, dan saya ingin membantu orang lain mendapatkan rasa senang itu. Lebih dari itu, saya juga ingin toko pakaian saya dikenal banyak orang dan saya dapat mengembangkan usaha saya sebesar-besarnya. Saya juga akan mendapatkan kepuasan ketika saya selesai membuat sebuah pakaian dan melihatnya membuat orang lain senang. Orang tua saya juga selalu mengatakan, membuat orang lain senang, dalam bentuk sekecil apa pun, dihitung sebagai perbuatan baik yang nantinya akan dibalas dengan kebaikan juga.
Ibu saya mengatakan, membuka dan mengurus toko pakaian tidak semudah kelihatannya, tetapi saya dapat melihat bahwa ibu saya menikmatinya. Saya juga ingin melihat pakaian-pakaian saya dibeli dan dipakai orang lain, dan melihat kesenangan dan kepuasan mereka. Saya ingin terus dapat merasakan kepuasan dan rasa bangga akan diri saya sendiri ketika karya saya diakui oleh orang lain. Saya tahu, kesulitan-kesulitan itu akan terbayar dengan kepuasan, dan lama-kelamaan saya akan dapat mengatasi kesulitan itu sendiri. Lagipula, pepatah mengatakan bahwa “sesuatu yang didapat dengan kesulitan akan sulit pergi, dan sesuatu yang didapatkan dengan mudah akan hilang dengan mudah juga”.
B. Target-Target Mewujudkan Mimpi
Target saya adalah membuka toko pakaian muslimah dengan koleksi pakaian buatan saya sendiri. Karena itu, tentu saja saya harus bisa membuat pakaian. Pertama-tama, saya harus belajar bagaimana caranya membuat pola potongan kain. Saya sering melihat ibu saya membuat pakaian, dan ibu saya menunjukkan bahwa untuk tiap bagian pakaian, dibutuhkan cara mengukur yang berbeda, pola yang berbeda, dan bahkan bentuk penggaris yang berbeda. Jika model pakaiannya berbeda, maka pola yang berbeda juga dibutuhkan. Saya pernah membuat pakaian boneka menggunakan pola-pola yang digunakan ibu saya, dan saya cukup kesulitan, terutama karena saya memang belum pernah diajari. Saya membutuhkan pengajaran dan pelatihan untuk setidaknya dasar-dasar pembuatan pakaian
Kreativitas juga sangat penting dalam membuat pakaian. Saya tidak ingin pakaian buatan saya monoton dan pasaran. Saya harus membuat sesuatu yang baru dan berbeda, dan hanya satu di dunia. Sama seperti karya seni, saya harus menciptakan karya saya sendiri. Saya mungkin akan membuat pakaian-pakaian sesuai pesanan pembeli, seperti ibu saya. Dengan begitu, saya dapat mengerti keinginan pembeli, sekaligus memuaskan pembeli dengan memberikan pembeli apa yang mereka inginkan. Menjual pakaian sesuai pesanan yang diterima juga tidak membutuhkan tempat yang besar untuk memajang barang jualan dan lebih ada jaminan pakaian buatan saya akan dibeli.
Kemudian, saya juga harus mengerti mode dan selera yang disukai orang banyak, karena bukan hanya saya saja yang akan menggunakan pakaian-pakaian buatan saya. Ini, menurut saya, cukup sulit. Karena sebenarnya, saya tidak begitu peduli akan mode. Saya selama ini merasa pakaian apa saja bagus dan tidak ada salahnya dipakai asalkan saya menyukai pakaian yang saya gunakan, dan tidak ada orang yang berhenti untuk menertawakan saya setiap kali saya pergi ke luar. Tentu saja, jika saya tidak ingin toko pakaian saya kosong tanpa pembeli nantinya, saya tidak boleh hanya memikirkan selera saya sendiri. Saya harus mengerti apa yang diinginkan pembeli, dan apa yang akan mereka pikirkan ketika melihat pakaian buatan saya.
Selain itu, saya juga membutuhkan tempat di mana saya akan membuka toko saya. Saya membutuhkan tempat yang strategis, dimana banyak orang berlalu-lalang dan memiliki banyak waktu untuk masuk dan melihat-lihat. Saya juga harus mengerti tentang biaya dan modal yang harus saya keluarkan, dan juga harga-harga pakaian yang harus saya tetapkan. Saya tidak dapat melakukan semua ini sendirian, maka saya membutuhkan orang lain yang membantu saya dan bekerja untuk saya. Saya juga harus bisa memperhitungkan upah mereka, juga keuntungan untuk saya sendiri. Saya juga harus menyiapkan modal.
Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang saya sebutkan di atas, saya harus melakukan banyak hal. Pertama, saya harus mengikuti kursus menjahit, atau meminta ibu saya mengajari saya menjahit. Saya harus mengerti setidaknya dasar-dasar menjahit dan bagaimana cara untuk mengembangkannya. Saya juga harus mulai membaca buku-buku tentang mode dan variasi pakaian, mulai dari buku-buku yang ada di rumah saya. Dengan begitu, saya akan tahu variasi-variasi dan model-model pakaian dan dapat mengembangkannya sendiri. Kemudian, saya juga harus terus berlatih dan menambah pengalaman. Wawasan yang luas juga diperlukan.
Dulu, saya pernah diajari bagaimana caranya menggunakan mesin jahit, dari cara memasukkan benang hingga bermacam-macam sistem yang dapat dilakukan mesin jahit. Sejak saya dapat menggunakan mesin jahit, saya belum pernah menggunakannya untuk membuat pakaian atau membuat karya sungguhan. Ibu saya selalu melarang saya menggunakan mesin jahit untuk ‘main-main’ karena berbahaya. Karena itu, saya mencoba memulainya dengan menggunakan jarum dan benang biasa dan kain-kain perca. Baru setelah saya sudah lebih mahir saya akan mencoba menggunakan mesin jahit.
Ketika saya sudah dapat menggunakan mesin jahit dengan baik dan mengerti bagaimana caranya membuat pakaian, saya akan terus berlatih sambil membuat rancangan-rancangan pakaian yang akan saya buat nantinya. Dengan begitu, ketika saya sudah sepenuhnya dapat membuat pakaian saya dapat mulai mewujudkan rancangan-rancangan saya menjadi pakaian sungguhan. Tentu saja apada awalnya saya tidak akan langsung menjualnya. Saya akan meminta pendapat dan masukan banyak orang terlebih dahulu.
Sepertinya, pada awalnya saya akan lebih banyak membuat pakaian pesanan, karena dengan begitu saya dapat langsung mengerti keinginan pembeli, dan saya tidak membutuhkan tempat yang besar. Saya akan terus berusaha memenuhi keinginan para pembeli sambil menambah pengalaman dan mengumpulkan modal. Barulah ketika modal sudah terkumpul dan saya sudah benar-benar terampil dan berpengalaman, saya akan membuka toko saya dan menjual koleksi-koleksi pakaian rancangan saya. Saya mungkin masih akan membutuhkan bantuan ibu saya untuk saran dan nasihat, karena beliau sudah lebih lama bergelut dalam bisnis ini. Saya masih akan membutuhkan saran-saran, seperti misalnya untuk lokasi toko, pemasaran, harga-harga, dan bahkan tempat untuk mencari bahan baku.
Pada akhirnya, setelah saya sudah berusaha dan mencoba semampu saya, saya harus menyerahkan sisanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Saya tidak boleh melupakan berdoa dan meminta setelah berikhtiar agar saya diberi kemudahan dalam mencapai mimpi saya, atau seperti kata guru saya dulu : diberi kesulitan, namun mampu mengatasinya. Mimpi yang saya jelaskan di atas tadi adalah mimpi dunia saya, dan itu pun masih membutuhkan bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa. Saya juga memiliki mimpi untuk akhirat saya yang harus saya kejar.
Itulah mimpi yang saya kejar, dan juga misi-misi yang harus saya selesaikan sebagai jalan saya menuju mimpi saya. Saya tidak akan berhenti berusaha, karena tujuan hidup adalah mimpi yang saat ini kita kejar.
0 comments:
Post a Comment