MASA BALITA
Nama saya Irdita Saraswati, akrab dipanggil dengan nama Irdita. Saya lahir pada tanggal 1 Juli 1996, bertepatan dengan HUT Polri. Saya lahir di Jakarta, tepatnya di Rumah Sakit Puri Cinere. Saya adalah anak pertama dari pasangan Bambang Widjanarko dan Dwi Adhi Sasanti. Melalui proses normal, saya lahir dengan sehat wal’afiat.
Pada masa balita, saya adalah anak yang termasuk gemuk. Namun, dalam batas yang masih bisa ditolerir, alias saya bukan anak obesitas. Hidup saya pada masa balita berpindah-pindah. Dari bayi hingga umur 1 tahun, saya tinggal di Cinere, Depok. Setelah menginjak umur 1 tahun, saya berpindah rumah ke rumah dinas kantor Papa saya yang terletak di daerah Simprug, Kebayoran Baru.
Sejak umur 1 tahun, saya sudah di sekolahkan di sebuah Pre-School di daerah Kemang, bernama Pre-School Kembang. Disana, saya hanya diajari untuk mengasah motorik saya saja, belum sampai diajari membaca atau menulis. Hal ini menyebabkan saya menjadi anak yang aktif, seperti yang sering Papa saya sering katakan kepada saya, “Dulu, pas Ayas masih kecil, hiperaktif banget, pasti loncat kesana kemari mau ganggu Papa.”
Saat saya berumur 2 tahun, yaitu pada tahun 1998, adik saya lahir ke dunia ini, orang tua saya memberi ia nama, Pandu Dwi Putranto. Saya sangat senang dengan kelahiran adik saya ini, karena dengan begitu, saya bisa menambah teman bermain jikala sedang dirumah.
Tak lama setelah kelahiran adik saya, keluarga saya berpindah ke Padang, Sumatra Barat. Hal ini dikarenakan mutasi Papa saya ke daerah tersebut. Di Padang, saya melanjutkan sekolah saya. Orang tua saya mendaftarkan saya di sebuah Kelompok Bermain, bernama Kelompok Bermain Elia.
Di Padang, saya dan keluarga saya hanya menetap selama 2 tahun. Kehidupan saya disana cukup menyenangkan, karena dengan sesama tetangga kami saling kenal. Tapi, Padang adalah salah satu daerah yang sering dilanda bencana gempa bumi, hal itupun berlaku dengan rumah saya. Karena pasti setiap bulan, ada saja kejadian gempa bumi yang membuat tidur pun menjadi tak nyenyak.
Akhirnya pada saat saya berumur 4 tahun, keluarga kami pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Lagi-lagi dengan alasan untuk mengikuti pekerjaan Papa saya. Di Surabaya, saya tinggal selama 3 tahun. Yaitu sejak saya TK A hingga SD kelas 1.
Surabaya, adalah kota yang sangat menyenangkan. Saya lebih betah tinggal di Surabaya dibanding dengan di Padang. Di karenakan, Nenek dan Kakek saya tinggal di Gresik, yang tak jauh dari Surabaya. Hal ini membuat saya senang, karena bisa mengunjungi mereka lebih sering.
Untuk pendidikan saya, saya dimasukkan ke TK Dwi Matra. Disini, saya cukup berprestasi. Karena pada umur 5 tahun saya sudah lancar dalam membaca, maka TK saya ini memilih saya dan 2 teman saya untuk membacakan puisi di depan Bapak Gubernur pada saat itu. Orang tua saya pun amat bangga dengan prestasi saya tersebut.
Akhirnya saat saya menginjak umur 6 tahun, saya lulus dari TK dan melanjutkan pendidikan saya ke SD Muhammadiyah Pucang Anom, Surabaya.
Foto Masa Balita
MASA SD
Alhamdulillah, saya setelah lulus dari TK, saya diterima di SD Muhammadiyah Pucang Anom, Surabaya. Disini, saya bersekolah hanya untuk 1 tahun. Namun, dalam 1 tahun itu, saya sudah bisa membaca Al-Qur’an dan menulis sambung dengan baik.
Sebagai sekolah islami, di SD Muhammadiyah Pucang Anom ini saya diwajibkan untuk memakai kerudung setiap hari (Senin – Sabtu), hal ini diperuntukkan agar saya terbiasa untuk memakai kerudung.
Akhirnya saat saya naik ke kelas 2 SD, keluarga saya pindah kembali ke Jakarta. Tepatnya, kembali ke rumah dinas kantor Papa saya yang berada di Simprug, Kebayoran Baru. Dikarenakan kepindahan ini, saya pun jadi melanjutkan pendidikan SD saya ke SDI Al-Azhar Pusat.
Di SDI Al-Azhar Pusat, saya harus menyesuaikan diri dengan kurikulum di sekolah ini. Pada sekolah saya yang terdahulu, saya menggunakan buku tulis untuk mencatat. Sedangkan di sekolah saya yang baru ini, saya hanya perlu menggunakan Lembar Kerja untuk mencatat sekaligus mengerjakan tugas.
Di SDI Al-Azhar Pusat ini, banyak sekali memori yang menyenangkan dan berguna bagi hidup saya. Disini, saya bertemu teman-teman yang sangat baik dan bersahabat. Banyak juga kegiatan dari sekolah saya ini yang membantu saya dalam belajar. Contohnya, kegiatan Pesantren Kilat, yang diadakan di Pusat Pendidikan dan Latihan Al-Azhar di Cigombong, Sukabumi. Kegiatan ini adalah kegiatan favorit saya, karena melatih saya untuk lebih rajin beribadah, sekaligus bisa mendekatkan diri ke teman-teman saya.
Di SDI Al-Azhar Pusat ini, saya juga sempat berprestasi di bidang sains. Saya sempat masuk ke dalam pelatihan anak-anak yang akan mengikuti olimpiade sains se Al-Azhar di Indonesia. Hal ini sangat mengejutkan saya, karena sejujurnya sains bukan materi pelajaran yang menjadi andalan saya. Namun, dikarenakan beberapa hal saya tidak jadi mengikuti olimpiade sains tersebut. Tetapi, rasa bangga tersebut masih ada, karena termasuk sulit untuk menjadi anak yang dilatih ikut olimpiade sains.
Pada akhirnya, tibalah saya di kelas 6. Mungkin karena masih SD, saya belum merasakan atau memikirkan bagaimana cara lulus dari SD sekeras itu, mungkin karena pikiran polos saya yang berpikir semua pasti lulus. Ternyata, angkatan saya yaitu Angkatan 39, menjadi angkatan percobaan dari pemerintah. Angkatan kami, malah seluruh angkatan SD yang tahun itu akan lulus SD, diharuskan untuk mengikuti UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional). Hal ini cukup mengejutkan saya, karena saya sudah berpikir bahwa ujian yang akan saya tempuh akan sama seperti kakak-kakak kelas saya terdahulu.
Sekolah saya pun mempersiapkannya dengan matang, dengan melakukan penambahan materi, try out, dan yang terakhir doa bersama. Memang, dalam setiap usaha kita harus tetap berserah diri kepada Allah yang Maha Kuasa.
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang, hal yang mengejutkan terjadi. Selama ini, sekolah saya melatih murid-muridnya untuk membulatkan jawaban, ternyata pada saat hari UASBN tiba, jawabannya harus disilang. Tetapi, hal itu tidak membuat saya panik dalam mengerjakan soal, saya tetap tenang dalam mengerjakan dan berusaha dengan sebaik-baiknya.
Tapi, hingga saat ini, ujian kelulusan SD saya yang paling berkesan adalah ujian praktek. Disitu, saya diwajibkan untuk berpidato, menghafal surat-surat pendek Al-Qur’an, menyetrika, bercerita dalam Bahasa Inggris, dll. Hal itu sangat melatih saya untuk lebih percaya diri untuk tampil di depan publik, terutama dalam ujian berpidato dan bercerita dalam bahasa Inggris. Karena, dulu saat SD saya adalah anak yang tidak berani berbicara di depan umum. Seperti yang sering Mama saya katakan, “Kamu tuh, dulu pas SD, penakut banget kalo disuruh ngomong di depan umum. Nggak PD gitu.”
Sebelum pengumuman kelulusan, sekolah saya mengadakan acara perpisahan di Lembang. Acara tersebut sangat mengasyikkan, karena itu termasuk acara terakhir saya bersama teman-teman di Angkatan 39, karena pastinya sekolah kami selanjutnya akan terpisah-pisah. Saya amat menikmati acara itu, namun pada malam terakhir, kami bersalaman dengan guru-guru, hal itu membuat saya menangis. Karena selama 5 tahun bersekolah di SDI Al-Azhar Pusat saya sudah sangat dekat dengan guru-guru disana.
Akhirnya, pengumuman kelulusan pun datang. Saya sangat takut, saya takut hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Walaupun, saya tidak menargetkan untuk mendapatkan nilai 9 atau sempurna, tetapi saya tidak mau juga jikalau hasilnya mengecewakan.
Setelah mengetahui bahwa Angkatan 39 lulus 100%, tiba saatnya dibagikan kertas hasil NEM. Orang tua saya yang pertama membuka, muka mereka hanya tersenyum. Hal ini sedikit mengurangi kecemasan saya. Ternyata saya mendapatkan NEM yang cukup baik, karena rata-ratanya 8.
Saya bangga dengan hasil yang saya dapat, walaupun sebenarnya saya tahu saya bisa lebih baik lagi, tapi tak ada gunanya menyesal. Lagipula, saya memang tidak mengincar SMP negeri yang menggunakan sistem NEM. Karena pada saat itu, saya alhamdulillah sudah diterima di SMP Labschool Kebayoran.
Pada saat pengumuman nilai tertinggi, alhamdulillah saya mendapatkan peringkat 3 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, dan peringkat 1 untuk pelajaran IPS. Saya amat bersyukur akan prestasi saya tersebut.
Setelah lulus dengan sukacita, akhirnya saya melanjutkan pendidikan saya ke SMP Labschool Kebayoran.
Foto Masa SD
MASA SMP
Lega rasanya, saya telah meninggalkan SD dengan nilai yang memuaskan dan bisa diterima di SMP Labschool Kebayoran. Saya sangat senang, karena beberapa teman dekat saya juga diterima di SMP Labschool Kebayoran ini.
Pertama-tama saya mengikuti MOS. Saya cukup kaget dengan MOS di SMP Labschool Kebayoran ini, karena saya diharuskan untuk membuat nametag yang menurut saya sulit, dikuncir 6 dengan pita, membuat tas, dan membawa makanan yang cukup aneh.
Tapi mungkin hal tersebut dikarenakan ini adalah pengalaman MOS pertama saya. Hari-hari MOS saya lewati, menemukan banyak teman baru dari SD lain. Akhirnya saya dimasukkan ke kelas 7E.
Di kelas 7, saya mulai beradaptasi dengan pelajaran dan lingkungan di SMP. Disini, saya melewati beberapa aktivitas, yaitu KALAM dan AKTUAL.
KALAM itu, semacam Pesantren Kilat. Namun disini OSIS dan MPK ikut serta dalam kepanitiaannya. Kami dilatih untuk disiplin dan juga lebih dekat dengan Allah disini. Saya senang saja dan menikmati kegiatan ini.
Kalau AKTUAL, adalah kegiatan field trip. Angkatan saya, pada saat itu mengunjungi daerah Pasir Mukti. Saya sangat senang karena pada akhir kegiatan, saya dan teman-teman saya malah bermain lumpur dan itu sangat menyenangkan.
Naik ke kelas 8, saya ditempatkan di kelas 8A. Ini adalah masa-masa yang paling menyenangkan selama di SMP. Bagaimana tidak? Dengan kakak kelas yang sudah sibuk dengan UAN, dan akhirnya saya mempunyai adik kelas. Disini saya menemukan banyak teman baru yang sangat bersahabat. Di kelas 8, sudah mulai muncul kegilaan-kegilaan semasa SMP. Mungkin karena kondisi tersebut tadi. Teman saya mengatakan, “Irdita sih pas kelas 8 gila banget, frontal.”
Pada saat kelas 8, banyak sekali hal-hal yang tak akan saya lupakan. Contohnya adalah kegiatan EXASKY (Ekspresi Anak Labsky), yaitu kegiatan drama kelas. Saya berperan sebagai sutradara, hal itu merupakan hal yang baru bagi saya, dan saya amat sangat menikmatinya. Dengan kerjasama teman-teman sekelas, akhirnya drama kami sukses.
Di kelas 8, saya juga ikut kegiatan BIMENSI (Bina Mental Siswa). Kegiatan ini bertempat di SPN Lido. Disana saya dilatih dengan Polisi untuk menjadi lebih disiplin dan kuat. Kegiatan ini kesannya menyeramkan, karena menginap di tempat Polisi dan diperlakukan dengan disiplin yang cukup keras, tapi saat kegiatan ini berakhir, tetap saja banyak kenangan yang menyenangkan serta lucu yang tak akan terlupakan.
Naik ke kelas 9, tekanan untuk lulus dengan maksimal telah terasa sejak awal. Tetapi, saya dan kelas saya 9E, tidak membuat hal itu menjadi beban dan stress, kami tetap menikmati masa-masa SMP kami dengan bahagia dan semaksimal mungkin.
Pada saat kelas 9, Angkatan 8 yaitu angkatan saya, akhirnya diberi nama Scavolendra Talvoreight. Pada saat kelas 9 pula, saya terpilih menjadi sekertaris Buku Kenangan. Dengan sibuknya belajar dan sibuk menjadi panitia buku kenangan, saya dituntut untuk lebih serius dan lebih baik dalam membagi waktu.
Pada kelas 9 juga, saya mengikuti program Lintas Budaya Jepang. Yaitu program yang mengharuskan saya pergi ke Jepang selama hampir 2 minggu, untuk pertukaran pelajar serta budaya. Disana, saya amat bahagia, karena mendapat banyak pengalaman baru dan tentu saja dapat membawa nama Bangsa Indonesia.
Kegiatan-kegiatan kelas 9 dilalui, penambahan materi, try out, TO UAN (persiapan menuju UAN diluar sekolah), ujian-ujian pun terlewati. Saya berusaha semaksimal mungkin agar semua hasilnya bisa sesuai dengan harapan saya.
Ujian Nasional pun tiba, jerih-payah belajar selama SMP dipertaruhkan disini. Walaupun, lagi-lagi pada angkatan saya, pemerintah merubah sedikit aturan kelulusan SMP. Yaitu, dengan memakai 60% hasil nilai Ujian Nasional, dan 40% hasil nilai Ujian Sekolah serta rapor.
Saya berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan Ujian Nasional, walaupun lagi-lagi saya tidak berniat melanjutkan ke SMA yang memakai NEM sebagai pertimbangan masuknya, karena saya telah diterima di SMA Labschool Kebayoran.
Setelah selesai dengan segala ujian, saya mendapatkan libur yang cukup lama, kalau dihitung sudah hampir 2 bulan. Liburan ini saya gunakan untuk beristirahat, dan tentu saja bermain dengan teman-teman saya.
Pengumuman kelulusan pun tiba, saya amat takut, lebih takut daripada saat saya di SD. Akhirnya orang tua saya yang mengambil hasil nem saya. Alhamdulillah nilainya amat sangat memuaskan dan jauh dari perkiraan saya, saya menargetkan untuk mendapatkan NEM dengan rata-rata 9 saja. Tapi ternyata Allah memberikan saya NEM yang lebih dari perkiraan saya. Saya sangat bangga dan tidak menyangka, begitu pula dengan kedua orang tua saya. Mereka juga kaget dan bangga, karena saya bisa mendapatkan NEM yang cukup tinggi dengan satu pelajaran dengan nilai yang sempurna.
Akhirnya setelah saya lulus dari SMP, saya melanjutkan pendidikan saya ke SMA Labschool Kebayoran.
Foto Masa SMP
Irdita Saraswati X-F
0 comments:
Post a Comment