Awal perjalananku dimulai pada hari Jum’at tanggal 19 April 1996, jam 03.15 pagi. Aku dilahirkan pada kehamilan ke 39 minggu, di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. Aku terlahir dengan berat badan 3.360 gram dan panjang badan 48 cm. Semua itu berkat Allah SWT, Orangtuaku dibantu oleh seorang ginekolog Dr. Karno Suprapto. Aku Tidak terlalu ingat bagaimana detailnya tapi aku akan berusaha untuk menceritakan seingatku.
MASA BALITA
Dari sebelum menikah sampai sudah menikah dan mempunyai aku dalam keluarga, Bapakku memelihara kucing yang jumlah tepatnya ada 5. Sebagian besar kucing-kucing Bapakku berbulu panjang.
Pada waktu kecil aku sering batuk dan nafasnya berbunyi, ternyata menurut Dokter Anak yang merawatku, aku alergi dengan bulu-bulu kucing. Setelah Bapak mengetahui hal itu, dengan terpaksa Bapak memberikan semua kucing-kucingnya ke tetangga yang juga menyukai kucing.
Bapak pernah bercerita kalau kucing-kucingnya sudah seperti keluarga baginya. Sebelum Bapak menikah dan kedua orang tuanya sudah meninggal, Bapak tinggal sendiri di rumah dan pengobat sepinya adalah kucing-kucing itu. Saat Bapak memberikan salah satu kucingnya, Abu, kepada seseorang, Abu mencakar tangan Bapak dan berontak tidak mau diambil orang tersebut. Bapakku terlihat sedih sekali, tapi itulah salah satu pengorbanannya agar aku bisa sehat kembali.
Pada saat Batita aku sering terkena radang tenggorokan, hal ini biasanya terjadi karena aku memakan makanan yang salah. Sampai suatu waktu mengalami radang tenggorokan yang cukup parah, sehingga suaraku yang normal berubah menjadi memberat dan sampai ada yang mengatakan kalau suaraku seperti laki-laki.
Pada umur 3 tahun, aku masuk ke Kelompok Bermain. Aku cuma bisa mengingat kalau dulu aku sangat menyukai tempatnya karena penuh dengan permainan. Yang aku ingat lagi kalau aku suka ngompol di sana.
Pada umur 4 tahun aku masuk ke TK Fantasia. Di saat itu aku sedikit sensitive dan gampang marah. Tapi ternyata aku dikirimkan seorang sahabat yang baik dan mau menerimaku yang bernama Michelle. Dia sangat baik terhadapku. Dia selalu menghiburku sewaktu aku menangis . Jujur, aku dan Michelle sangat bertolak belakang. Michelle pintar sedangkan aku biasa saja, Michelle bertingkah lemah lembut sedangkan aku sedikit kasar, Michelle sangat ramah terhadap teman-temannya sedangkan aku hanya ramah kepada orang-orang tertentu. Aku sering bermain ke rumahnya terutama sewaktu sepulang sekolah. Rumahnya besar sekali, tapi pada waktu itu aku tidak memikirkan hal itu, yang kuingat, aku senang sekali pergi ke rumah Michelle karena aku merasa menjadi lebih dekat dan bisa bermain bersama lebih lama.
Aku mempunyai teman dekat yang bernama Eureka. Dulu aku juga dekat dengan Eureka walaupun tidak sedekat Michelle, tapi aku juga suka bermain dengan dia. Orangnya asyik, seru, dan ramah juga. Aku tidak tahu bagaimana kita bisa dekat. Aku juga masih ingat dulu dia sering mengirim surat kepadaku tapi aku tak pernah membalasnya. Bukannya aku tidak mau membalasnya, tapi aku selalu tidak sempat, karena orangtuaku selalu sibuk dan tidak dapat membantuku. Sampai hari terakhir pun aku belum minta maaf karena belum pernah membalas suratnya. Tapi sepertinya dia tidak marah padaku dan tetap main denganku seperti biasanya.
Dan salah satu temanku lagi yang kuingat, bernama Pelangi. Aku sempat tertawa karena waktu kecil aku takut dengannya walaupun badanku lebih besar dari dia, tetapi karena dulu dia suka merebut bonekaku dan bukannya melawan aku malah menangis.
Tetapi pada hari terakhirku bersekolah di TK Fantasia, saat itu aku cuma tinggal berdua dengannya di tempat bermain. Dan entah kenapa kita seperti 2 anak yang baru berkenalan. Kita mengobrol dengan tenang dan akrab, menanyakan tentang satu sama lain. Seakan ketakutanku padanya saat itu sudah hilang.
Selain orang-orang itu yang membuatku kangen terhadap Fantasia. Di Fantasia aku juga mempunyai guru yang baik dan sabar membimbing kami. Kadang-kadang kami juga harus berhadapan dengan native speaker. Dan di TK ini aku merasa belajar sama asyiknya seperti bermain. Setelah dari TK ini aku melanjutkan pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar di SD Cendrawasih.
BERSAMA ALM KAKEK, ALM NENEK DAN SEPUPU
AKU BERUMUR 3 BULAN
KETIKA AKU MASIH CANTIK
FOTO KELULUSAN TK
AKU DAN RIZKI
MASA SD
Ketika memasuki SD, aku menjadi sedikit lebih terbuka walaupun sifat sensitive aku masih belum hilang. Yang bisa aku deskripsikan tentang sekolah ini adalah, sekolah ini tidak terlalu besar, tapi sangat rapih dan nyaman. Aku tidak terlalu bersemangat pada saat masuk ke sekolah ini karena aku masuk ke lingkungan baru lagi. Tapi ternyata proses perkenalan tidak seburuk yang dibayangkan. Kelas pertamaku adalah kelas 1B. Wali kelasnya adalah Bu Yuni. Aku mengingatnya karena dia sangat menyenangkan dan karena dia juga adalah guru pertamaku di SD ini.
Dari kelas 1 sampai 6 aku tidak pernah berganti-ganti teman sekelas. Kelas ku dari kelas 1 sampai 6 selalu saja B. Satu angkatanku terbagi 2 kelas yaitu kelas A dan B. Anak-anak kelas A juga sama seperti anak kelas B, anak-anak yang sama di kelompok kelas yang sama, karena itu anak kelas A dan kelas B tidak pernah akur. Dan sampai terakhir kelas 6, kelas B hanya beranggotakan 12 anak dan kelas A sekitar 14 anak. Awalnya, di kelas 1 kelas B dan kelas A beranggotakan 30 anak. Kebanyakan yang pindah dari sekolah ini, karena orangtuanya dialih ditugaskan ke luar negeri (Deplu) atau keluar daerah. Karena jumlah murid yang tidak terlalu banyak, maka dari itu setiap kelas anak-anaknya kompak.
Di masa ini, aku baru mengenal kegiatan les. Seperti les bahasa Inggris atau melukis. Di sekolah, aku adalah salah satu murid dengan gambar-gambar yang bagus, maka aku sering diajak untuk mengikuti lomba melukis/menggambar baik oleh pihak sekolah, maupun oleh sanggar dimana aku les melukis. Bahkan aku pernah mengikuti pameran lukisan selama 1 (satu) bulan di Hotel Grand Mahakam. Masa-masa aktif berlomba ini dimulai dari kelas 3 sampai kelas 5. Sepertinya semakin aku besar, aku tidak terlalu suka melukis lagi seperti dulu. Tapi aku tetap melanjutkan kegiatan sanggar melukisku untuk tetap mengasah kemampuanku.
Salah satu kegiatan yang aku suka dari sekolah ini adalah kegiatan Marching Bandnya. Hampir semua anak dari kelas 3 sampai kelas 6 mengikutinya. Setiap tahun sekolahku selalu tampil di Wijaya Festival. Sekolah kami juga pernah pentas di tempat selain Wijaya Festival. Tapi, aku sudah tidak ingat. Alhamdulillah pentas kami selalu berakhir sukses. Salah satunya berkat guru kesenian kami yaitu, Pak Soer. Pak Soer sangat galak dan tegas. Aku sempat takut dengannya. Tapi berkat sifat Pak Soer yang seperti itu, Tim Marching Band SD Cendrawasih 2 bisa tampil dengan baik. Di kelas 3 dan kelas 4, aku bermain pianica dan pada saat kelas 5 aku meminta Pak Soer untuk pindah posisi menjadi pemain xylophone, karena aku sudah bosan bermain pianica, jadi aku putuskan untuk mengganti posisi. Awalnya, aku hanya menjadi pemain pengganti xylophone yang tidak hadir, tapi setelah Pak Soer melihat kemampuanku bermain dengan baik, akhirnya aku menjadi pemain tetap. Setelah kelas 6 Semester 2, aku dengan teman seangkatanku tidak bermain lagi karena harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional.
Selain semua itu aku juga ingat kalau semua guru SD Cendrawasih 2 baik. Tapi dari semua itu yang akan selalu kuingat adalah Bu Rita Manurung yang selalu dipanggil Bu Rita. Beliau adalah Wali Kelasku di kelas 5 dan kelas 6. Beliau mempunyai cara mengajar yang unik. Jika kita melakukan kesalahan, dia selalu memberikan hukuman antara 2, yaitu, menarik salah satu kuping ke atas dan sedikit memutarnya atau yang dinamakan dengan “jewer” dan yang kedua adalah memukul tangan dengan penggaris besi atau yang kita sebut hukum “ceples”. Setiap ada yang kena jewer atau ceples, anak-anak kelas B suka histeris (bukan dalam arti yang sebenarnya) walaupun tidak semuanya. Yang aku paling ingat adalah di kelas 6, ketika semuanya akan kena hukuman ceples, semua tanpa terkecuali pun histeris. Hukuman itu memang menyeramkan, tapi Bu Rita memberikan hukuman itu dengan senyuman, jadi tidak terlalu mengerikan. Karena hukuman seperti itu, aku dan teman-teman sekelas jadi belajar serius untuk UN . Kelas kami dulu termasuk kelas yang berisik tapi sepertinya semenjak Bu Rita menjadi Wali Kelas kami di kelas 5B tidak terlalu berisik seperti biasanya. Walaupun hukumannya mengerikan seperti itu tapi dia sangat baik. Dia selalu mendengarkan keluhan atau cerita dari murid-muridnya dan selalu sabar dalam mengajar. Sampai sekarang setiap aku Ulang Tahun atau Idul Fitri, dia selalu mengirimku SMS dan mengucapkan selamat. Ketika aku akan mempersiapkan UN SMP, aku di sms olehnya dan mendo’akanku semoga aku bisa lulus dengan nilai yang baik. Intinya dia tidak pernah melupakan muridnya dan selalu berusaha agar bisa tetap keep in touch dengan muridnya.
Aku sempat mencoba untuk mengikuti test masuk SMP Labs School, tetapi mungkin karena aku tidak mempersiapkan diri dengan baik, sehingga testku tidak lolos. Seusai Ujian Nasional, karena NEMku yang dikategorikan “baik” aku mendaftarkan dan diterima di SMPN 19, bersama beberapa teman sekelas SD-ku.
BERSAMA BAPAK DAN IBU
FOTO SEKELAS (kelas 6 SD)
MARCHING BAND
MASA SMP
Pertengahan tahun 2008 aku resmi menjadi murid SMPN 19 Angkatan ke 22. Di hari pertama sebelum MOS dimulai aku bertemu dengan teman SD-ku kembali, kemudian aku juga bertemu dengan teman TK-ku, yang membuatku kaget adalah aku bertemu kembali dengan Eureka (teman baikku di TK). Tapi sepertinya kita tidak berbicara lagi seperti waktu di TK, kita hanya sekedar menyapa dan tidak tahu lagi apa lagi yang akan dibicarakan. Waktu MOS pun dimulai. Kita diberi kakak OSIS arahan seperti apa yell kita, lalu makanan apa yang harus kita bawa, membuat surat cinta kepada kakak OSIS dan seperti apa name tag kita. Sepertinya aku sedikit merasa aneh karena aku belum pernah menerima arahan orang lain di sekolah selain guru. Tapi justru jadi mengasyikan karena kegiatan ini diselingi oleh tingkah kakak OSIS yang lucu. Kami mengikuti MOS selama 3 hari.
Setelah MOS berakhir kemudian ditentukan kelas murid masing-masing. Aku mendapatkan kelas 7G. Disanalah aku bertemu dengan sahabatku Permata Adinda dan Kariza Gritania yang dipanggil Tata dan Ijah. Kelas 7G memang termasuk kelas yang berisik, tapi warga kelas ini termasuk anak-anak pintar. Lalu aku naik dan masuk ke kelas 8F. Kelas ini juga berisik, malah melebihi 7G, sampai guru-gurupun pusing kalau berhadapan dengan kelas kami, karena banyak anak-anak yang terkenal berisik menjadi warga 8F. Walaupun aku tidak sekelas lagi dengan Tata dan Ijah, aku masih suka bermain bersama mereka. Disini aku berkenalan dan menjadi lebih dekat dengan banyak orang.
Akupun naik kelas lagi dan kemudian memasuki 9D. Di 9D aku sekelas lagi dengan Tata dan teman-teman dekat aku di 8F. Aku pernah berpikir kalau 8F adalah kelas terusuh tapi ternyata aku salah. 9D adalah kelas yang benar-benar rusuh sampai ada salah satu guru kami yang senang apabila dia tidak terlalu lama mengajar di kelas kami. Karena kami tidak memperhatikan pelajarannya. Sepertinya 9D hanya tenang ketika pelajaran Matematika, tetapi walaupun begitu, kelas kami benar-benar solid, dan tidak mengenal perbedaan. UN semakin mendekat, kelas kamipun terasa semakin akrab karena kami mempunyai kekhawatiran yang sama dan akan menghadapinya bersama.
April 2011, aku dan Angkatan 22 pun menghadapi UN. Aku takut tidak mendapatkan nilai yang bagus, aku takut usaha belajarku sia-sia dan juga takut mengecewakan kedua orangtuaku. “Ya sudah gak usah takut. Kamu kan sudah belajar dengan maksimal. Yang penting kamu melakukannya dengan baik dan jujur” begitulah kata Ibuku. Dan, Alhamdulillah aku berhasil melewati UN dengan NEM 35,95.
Salah satu kegiatan yang aku kenang adalah kegiatan Super Camp. Super Camp adalah kegiatan menginap selama 3 hari di suatu villa dan menginap disana untuk mengganti suasana belajar agar bisa mempersiapkan UN. Tapi sayangnya tidak semua ikut karena biayanya yang termasuk mahal. Walaupun mahal, tapi aku tidak percuma mengikuti Super Camp. Satu hal yang tidak dapat kulupakan adalah di malam terakhir, dimana semua anak perempuan di 9D berkumpul di satu kamar dan tidur bersama, sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang direncanakan. Walaupun bersempit-sempitan dengan sekitar 14 orang di satu kamar yang tidak terlalu besar, aku dengan yang lain saling bercanda, berbincang-bincang, dan lainnya yang membuat kami lupa betapa sumpeknya disini.
Aku juga senang ketika pada saat perpisahan 9D di Puncak, sayangnya lagi ada beberapa teman yang tidak bisa datang karena alasan tertentu. Satu hal lagi yang akan selalu menjadi kenangan, adalah pada saat kami berhujan-hujanan di Taman Safari, kemudian semua anak perempuan 9D menaiki kora-kora bersama dan meneriaki nama SMA impian masing-masing.
Memang terdengar cliché, tapi di 19 aku belajar banyak hal selain pelajaran, seperti persahabatan, perilaku, dan menjadi lebih dewasa. Dengan adanya senioritas yang tidak berlebihan, aku belajar agar menghormati dan lebih sopan terhadap yang lebih tua. Aku sangat berterima kasih kepada guru-guru kami yang sangat sabar menghadapi kenakalan kami.
Alhamdulillah sekali aku bisa masuk SMA Labschool. Dan aku berharap setelah masuk SMA Labschool aku bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, berjiwa pemimpin dan berahlak mulia.
FOTO BUKU TAHUNAN SEKOLAH
HARI TERAKHIR BERSEKOLAH
SUPER CAMP
PERPISAHAN 9D (GRADAS)
0 comments:
Post a Comment