Merancang Mimpi
Apa impian saya? Saya tidak pernah terlalu yakin. Bagi saya mimpi itu abstrak dan tidak pernah tetap; karena setiap saya merasa ada sesuatu untuk dicapai yang terdengar menarik dan menantang, saya akan memasukkannya dalam daftar panjang berisi cita-cita saya. Lagipula bermimpi dan memiliki cita-cita rasanya hebat. Intinya bukanlah apakah impian tersebut menjanjikan atau tidak, bergengsi atau tidak, tapi saya kira cita-cita adalah sesuatu yang bisa memberikan kebahagiaan dan keceriaan, dan sesuai dengan apa yang bisa kita lakukan untuk meraihnya. Jika kita tidak bisa melakukannya, itu bukanlah sebuah mimpi. Itu sebuah pengandaian. Sementara berandai-andai sama sekali tidak hebat. Berandai-andai adalah pekerjaan orang yang tidak punya cita-cita, tidak punya masa depan untuk dibangun.
Kali ini saya akan mengungkapkan sebagian besar cita-cita yang saya miliki. Saya rasa sulit untuk mengungkapkan semuanya secara keseluruhan karena ada banyak mimpi-mimpi yang sering kali menunggu untuk ditemukan di setiap sudut pikiran saya.
Pertama, profesi. Saya harap di masa depan saya adalah seorang jurnalis, arsitek, dokter bedah, desainer grafis, penulis, penulis naskah film, dan spesialis kanker. Saya punya ketertarikan yang besar di bidang seni terutama seni desain, dan saya juga senang melakukan kegiatan yang berhubungan dengan menciptakan kata-kata. Saya suka sekali mengamati bagaimana bangunan-bangunan ikut tumbuh bersama peradaban dunia—terutama bangunan-bangunan Eropa dan detail-detailnya yang sangat rumit. Saya merasa prihatin dan khawatir kelak kanker akan membunuh lebih banyak manusia yang tidak bersalah. Dan dalam enam baris terakhir saya telah memberikan alasan mengapa menurut saya profesi-profesi yang saya sebutkan layak dicoba untuk diraih. Gagasan ‘multiprofesi’ sepertinya bisa menjadi solusi.
Impian saya yang lain adalah untuk masuk di sebuah universitas di Inggris. Atau Perancis. Setelahnya saya akan membawa Indonesia ke dunia internasional dan menjadikannya sebuah kekuatan baru untuk dunia. Kemudian, karena saya sangat mengagumi entrenador Real Madrid, Jose Mourinho, saya merasa terhormat untuk mencontoh pria jenius itu. Tentu akan hebat jika saya bisa bicara setidaknya dalam 6 bahasa seperti dirinya: Indonesia, Inggris, Jerman, Spanyol, Perancis, Yunani.
Lalu, untuk saya yang satu ini wajib. Mengunjungi stadium-stadium klub sepakbola kesukaan saya. Yaitu Santiago Bernabeu (Real Madrid) dan Old Trafford (Manchester United). Saya akan menonton Liga Inggris dan Liga Spanyol dari kedua stadium tersebut lalu menjabat tangan para pemain sepakbola secara langsung. Mendapatkan jersey dan tanda tangan mereka, kemudian berfoto bersama.
Selanjutnya, tentunya saya merencanakan melakukan sebuah perjalanan keliling dunia dengan satu atau dua orang teman seperjalanan, dimana saya akan mengunjungi Jerman dan Spanyol, salah satunya. Karena Jerman adalah negara tim sepakbola nasional kesukaan saya sementara Real Madrid adalah bagian dari Spanyol. Perjalanan ini mungkin cenderung lebih mirip backpacking. Di perjalanan itu saya mempelajari seluruh budaya-budaya di tiap-tiap benua, negara, bahkan kota—karena bukankah manusia hari ini lahir dari budaya sejak ribuan tahun yang lalu? Mempelajari bahasa-bahasa baru dan alat-alat musik tradisional di perjalanan akan jadi sangat menarik. Saya menargetkan, minimal saya harus bisa memainkan 5 alat musik ketika saya dewasa.
Beberapa tahun lagi, saya adalah seseorang yang sukses dan mampu berjalan diatas seluruh jalanan di Eropa. Kelak saya akan mempunyai sebuah rumah dengan gaya arsitektur campuran yang berbentuk mirip kastil-kastil kuno Inggris atau Perancis dengan sebuah menara yang saya gunakan sebagai perpustakaan. Dalam perpustakaan itu, saya akan mengoleksi seluruh buku cerita, dongeng, kebudayaan, folktales, mitologi, sejarah, dan geografi yang ada di dunia. Rumah ini, saya sendiri arsiteknya.
Saya harus melakukan sesuatu yang bersejarah dengan kemampuan saya dalam bidang yang saya sukai seperti seni atau sastra. Saya bermimpi mendapatkan suatu penghargaan di bidang kepenulisan atau sastra, bahkan kalau bisa, sebuah nobel sastra. Saya akan membangun sebuah bangunan bersejarah sambil menulis sebuah buku dalam prosesnya. Buku yang saya tulis adalah sebuah buku bestseller di masa depan.
Terakhir, saya harus menjadi orang yang lebih baik dari hari ini. Tidak akan melupakan orang-orang yang telah berjasa bagi saya di masa lalu. Serta, pada saatnya, saya akan merencanakan keberhasilan yang lebih besar suatu hari nanti: keberhasilan setelah kematian. Kematian adalah perjalanan baru dan tidaklah menakutkan jika kita berhasil mempersiapkannya. Karena itulah Plato selalu berkata, “Death is not the worst that can happen to man—kematian bukanlah yang terburuk yang dapat terjadi pada manusia.”
Target-Target Mewujudkan Mimpi
Mimpi-mimpi yang saya ceritakan diatas adalah mimpi yang selalu saya goreskan dengan tegas dalam pikiran saya. Saya tidak akan menjadi seseorang yang berandai-andai, karena dengan seluruh usaha, saya akan mencapai semua itu.
Seorang guru saya sewaktu SMP mengatakan pada saya dan teman-teman saya, “Bisikkan mimpi-mimpi itu dan camkan. Jangan pernah gunakan kata ‘ingin’, yakinlah kalian akan mencapainya.” Jadi itulah yang saya lakukan, tidak menggunakan kata ‘ingin’ sama sekali. Karena kata-kata magis yang hebat itulah saya memilih Seorang Pemimpin Masa Depan dengan Jejak Langkah di Seluruh Dunia sebagai judul tulisan ini. Anda tidak percaya? Saya percaya saya adalah orang dalam judul itu.
Apa yang akan saya lakukan?
Saat ini yang akan saya lakukan adalah belajar dengan maksimal dan mendapatkan yang terbaik yang bisa saya usahakan. Yang terbaik tidak selalu berarti menjadi yang nomor satu, yang terbaik adalah bagaimana kita mendapatkan kepuasan setelah kita mencoba melakukan sesuatu. Saya berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk diri saya sendiri—karena siapa lagi yang akan merasa bangga untuk sebuah pencapaian jika bukan diri saya.
Kedengarannya beberapa mimpi saya sedikit diluar batas (baca: tidak mungkin). Tapi saya memercayai kata-kata ‘there are no boundaries between you and your dream’. Saya juga tidak pernah melupakan motto dari commercial Adidas kesukaan saya: impossible is nothing. Segalanya mungkin jika saya mulai membangun masa depan saya sejak saat ini.
Setelah lulus SMA dengan nilai yang memuaskan dan harus bagus, tentu saja, saya akan memasuki universitas yang juga bagus dan berkualitas untuk membentuk saya sebagai seseorang yang berpemikiran internasional. Untungnya, Labschool sudah banyak sekali membantu dalam pembentukan kepribadian pemimpin masa depan yang ideal. Di universitas nanti, saya akan mengupayakan segalanya dan mengerahkan usaha untuk menunjukkan potensi yang saya miliki.
Lulus dari universitas di Indonesia dengan sejumlah angka-angka meyakinkan yang bisa menjadi sangat persuasif untuk membantu saya mendapatkan pekerjaan atau pendidikan lanjutan, saya akan mulai menulis buku yang saya rencanakan dengan lebih serius. Setelahnya saya akan melanjutkan ke tingkat S2 di luar negeri. Mungkin di Inggris, Australia, Singapura—atau negara lain yang berbahasa Inggris. Karena setahu saya, beberapa negara menolak menggunakan bahasa Inggris alih-alih menggunakan bahasa mereka karena mereka merasa bahasa mereka harus dihargai. Bahkan kalau bisa dengan jalur beasiswa. Untuk itulah saya harus terus dan terus mengasah kemampuan bahasa Inggris saya dan mendapat nilai TOEFL yang tinggi.
Untuk target-target minor saya yang tidak punya deadline, yaitu menguasai 6 bahasa dan sekurang-kurangnya 5 alat musik, saya akan melakukannya dengan cara begini: 2 bahasa dalam satu tahun, entah dalam masa liburan atau di saat-saat senggang, dan mempelajari satu alat musik di hari libur selama dua atau tiga jam dalam satu minggu.
Sambil meneruskan pendidikan S2, saya akan melakukan pekerjaan sambilan. Yang berhubungan dengan seni atau tulis-menulis agar seimbang dengan tugas pendidikan yang sudah cukup berat, untuk menambah penghasilan dan pengalaman. Saya harus menjaga nilai-nilai saya tetap stabil pada bagian ini, sekaligus melakukan pekerjaan sambilan saya secara maksimal.
Kemudian saya akan lulus dari S2 di luar negeri dengan nilai yang baik. Nilai ini harus setidaknya cukup untuk membuat saya mendapatkan pekerjaan besar yang punya prospek yang baik. Lalu selama satu atau dua tahun saya akan fokus dalam pekerjaan besar yang sesuai dengan major saya ini, sambil melakukan pekerjaan sambilan. Setelah mengumpulkan uang, saya akan perlahan-lahan menjalankan impian-impian saya yang berhubungan dengan keliling dunia.
Setelah cukup mapan, saya pikir saya akan melanjutkan ke S3, juga di luar negeri. Saat itu saya sudah akan memiliki rumah yang saya bangun sendiri di luar negeri (bisa jadi di Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Andorra, atau Spanyol). Saya akan tetap menulis selama melakukan pendidikan ini, juga bekerja. Saya akan tetap mementingkan keseimbangan dan kestabilan walaupun saya akan berusaha sekuat tenaga secara total dalam segala hal. Lulus dari S3 dan setelah diri saya sudah cukup meyakinkan, saya akan mewujudkan impian-impian saya yang lebih besar dan lebih mendunia, seperti membangun bangunan bersejarah dan sebagainya. Indonesia punya kekuatan dan akan menjadi sebuah kekuatan besar untuk dunia di masa depan—dimana saya adalah salah satu orang yang akan turut mewujudkannya.
Saya percaya pada mimpi-mimpi saya dan juga pada diri saya sendiri. Saya percaya Labsky adalah tempat yang tepat untuk memulainya.
0 comments:
Post a Comment