Tugas-1: Dari Labsky Menaklukan Dunia

Aspirasi Seorang Penulis yang Akan Membawa Perubahan

A. Merancang Mimpi

Cita-cita adalah sesuatu yang dimiliki oleh semua orang di dunia, tak terkecuali siapapun. Walau terkadang tidak sedikit yang masih ragu akan pilihannya, sudah dapat dipastikan bahwa mereka memiliki suatu keinginan yang akan membentuk pribadi dan karakter mereka sendiri di masa depan. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak memiliki keinginan, sedangkan cita-cita dapat dikatakan sebagai keinginan di masa depan yang sangat kuat, yang dapat menjadi pedoman untuk seseorang. Maka dari itu, bisa disimpulkan bahwa tidak mungkin bagi seseorang untuk tidak memiliki sebuah cita-cita.

Namun, cita-cita adalah sesuatu yang tidak selalu bisa dimengerti oleh orang lain. Terkadang, melihat orang yang tidak bisa menjawab saat ditanya apa cita-citanya sudah tidak asing lagi, bahkan bisa jadi kita tidak tahu dan tidak mengerti apa cita-cita kita sendiri. Hal ini biasanya disebabkan oleh interpretasi masyarakat yang salah akan kata cita-cita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cita-cita berarti; keinginan (kehendak) yang selalu ada di pikiran. Ini berarti bahwa cita-cita tidak harus berbentuk sebuah profesi, sedangkan tidak sedikit yang mengira bahwa cita-cita berarti profesi yang diinginkan oleh seseorang.

Walau cita-cita adalah suatu keinginan yang sangat kuat, hal ini tidak menutupi kemungkinan untuk terjadi perubahan cita-cita. Keinginan biasanya berjalan sejajar dengan pengalaman, dan sangat tergantung dengan keadaan psikis seseorang. Tidak jarang kita melihat seseorang yang saat kecil ingin menjadi pemadam kebakaran, namun sekarang ingin menjadi sesuatu yang berbeda. Tidak jarang juga kita melihat seseorang yang memiliki lebih dari satu cita-cita.

Sejak kecil saya sudah sering ditanyakan apa cita-cita saya, dan apa yang saya ingin lakukan saat sudah dewasa. Dengan mudahnya saya selalu menjawab; “Mau jadi lawyer seperti Ayah dan Ibu!” Kedua orangtua saya adalah pengacara-advokat dan konsultan hukum yang telah mendirikan sebuah perusahaan suasta bernama Said Sudiro & Parntners. Seringkali saya diceritakan tentang kasus-kasus hukum yang harus dibawa ke pengadilan, dan langkah-langkah yang sebaiknya diambil untuk memenangkan sebuah kasus. Dari kecil saya sudah diharapkan oleh kedua orangtua saya untuk masuk jurusan hukum dan menjadi seorang pengacara-advokat seperti mereka.

Namun seiring dengan waktu, pengalaman dan wawasan saya mengenai dunia luar bertambah, peralihan aspirasi terjadi. Dikarenakan oleh ketertarikan saya terhadap bidang seni, saya sempat beraspirasi ingin menjadi seorang pelukis yang mampu menciptakan beberapa mahakarya yang patut dicatat dalam sejarah, pada masa SD. Sejak TK, saya sudah sangat menyukai seni; rupa maupun musik, dan pendalaman dalam bidang tersebut membuat saya ingin menjadikan seni sebagai profesi dan output untuk mengekspresikan diri saya sendiri. Sayangnya ketertarikan saya dalam bidang seni musik menghilang saat saya kelas 3 SD, karena rasa ketidaksukaan pada guru musik yang saat itu mengajar saya.

Cita-cita saya berubah lagi semasa akhir SD sampai dengan sekarang; untuk menjadi seorang penulis yang telah menciptakan mahakarya berbentuk novel yang patut dicatat dalam sejarah—setidaknya seperti idola saya; J.K. Rowling, pengarang buku Harry Potter yang telah merubah hidup ratusan ribu orang. Menulis sebuah cerita tidaklah semudah yang dikira orang-orang—setidaknya menulis suatu cerita yang layak dibaca tidak mudah. Diperlukan bakat, imajinasi, apresiasi untuk bahasa, kemampuan untuk berempati, dan unsur-unsur lainnya yang tidak mudah untuk diperoleh. Menulis sebuah novel tidak jauh dari membuat dunia lain—tentunya bukan sesuatu yang dapat dikerjakan oleh sembarang orang. Di dalam dunia yang telah seseorang ciptakan, ia akan bebas untuk membuat apapun yang dia inginkan terjadi; apakah ia menginginkan dunianya mirip seperti dunia yang kita tinggali, atau kebalikannya dimana gravitasi tidak ada adalah seutuhnya haknya. Kebebasan adalah salah satu dari banyak hak yang dimiliki oleh seorang penulis, sesuatu yang tidak seutuhnya dimiliki oleh kita di dunia ini.

Aspirasi saya untuk menulis sayangnya bukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia, melainkan Bahasa Inggris. Hal ini dikarenakan saya merasa lebih nyaman menggunakan bahasa yang telah saya gunakan sehari-hari semenjak kecil. Dapat dikatakan bahwa saya tidak terlalu nyaman berbicara maupun menulis dalam Bahasa Indonesia. Namun akan lebih bagus apabila saya dapat menulis dalam kedua bahasa tersebut—sesuatu yang tidak dianggap jarang diantara penulis-penulis ternama. 

B. Target-target Mewujudkan Mimpi
Sebagai seorang murid SMA, saya belum dapat mendedikasikan seluruh waktu saya untuk menuliskan ide-ide yang sering muncul di kepala saya. Dikarenakan keharusan untuk membagi waktu untuk sekolah, belajar, istirahat, dan bermain, waktu yang saya peroleh untuk menulis sangatlah terbatas. Ditambah lagi dengan fakta bahwa saya bisa dikatakan tertinggal dibelakang oleh teman-teman sekelas saya dalam pelajaran sekolah membuat saya harus belajar lebih keras. Tidak jarang hal ini membuat saya ingin berhenti bersekolah dan langsung memasuki dunia menulis. Walau sebenarnya saya sudah melewati prosedur ‘9 Tahun Wajib Belajar’ sampai SMP, saya tidak dapat meminta kedua orangtua saya untuk berhenti sekolah.   

Saya sangat sadar bahwa tidak sedikit orang-orang yang bercita-cita untuk menjadi seorang penulis terkenal, seperti saya sendiri. Apalagi dengan keharusan saya untuk menggunakan bahasa asing menambah kerugian yang beresiko ketidaksampaian saya pada cita-cita saya. Secara realistis, sangat sedikit kemungkinan saya untuk mencapai cita-cita saya menjadi seorang penulis terkenal, dikarenakan faktor-faktor yang menghambat. Namun saya sebagai seseorang yang idealistis tetap memiliki keyakinan bahwa dengan kerja keras, bakat, dan doa, saya dapat menjadi apapun yang saya mau. 

Dikarenakan saya masih menduduki bangku SMA dan memiliki kewajiban untuk belajar, saya akan memprioritaskan sekolah dahulu. Namun semua tindakan saya akan didasari oleh cita-cita saya. Selama kelas 10 ini, saya akan berusaha untuk belajar sebaik mungkin karena untuk menjadi seorang penulis saya harus menguasai banyak topik agar dapat menulis suatu cerita yang meyakinkan. Tidak ada yang menutupi kemungkinan akan saya memasukan rumus-rumus fisika pada tulisan saya apabila itu yang diperlukan.

Mengenai jurusan semasa SMA, saya sendiri masih belum terlalu yakin. Apabila ada jurusan Bahasa, sangat memungkinkan untuk saya masuk ke jurusan tersebut, tetapi karena pilihan tersebut tidak ada; sampai sekarang saya masih belum memutuskan. Kedua orangtua saya, dan beberapa kerabat telah menasihati saya untuk sebaiknya memilih jurusan IPA, karena lebih banyak pilihan fakultas yang dapat saya masuki, namun saya tidak terlalu yakin nilai-nilai saya dapat memasukan saya ke jurusan IPA. Saya rasa sebaiknya saya menjalani tahun ini tanpa memikirkan tentang jurusan terlalu banyak, dan memilih pada saatnya untuk memutuskan.

Target-target saya selama SMA sebenarnya tidak terlalu banyak. Saya sadar bahwa saya bukanlah seorang murid yang cerdas dan dapat mengikuti kurikulum sekolah tanpa berusaha, ditambah dengan kebiasaan buruk saya untuk menunda tugas-tugas, bukan sesuatu yang mustahil bagi saya untuk tidak lulus. Karena itu semasa SMA ini, saya ingin fokus dengan sekolah dan meraih prestasi yang dapat membanggakan orangtua dan mengharumkan nama sekolah.

Namun, apabila saya memiliki waktu senggang, maka sudah dapat dipastikan bahwa saya akan menulis. Banyak sekali ide-ide yang sering muncul di kepala saya secara spontan, karena itu sangat susah bagi saya untuk menyelesaikan sebuah cerita. Hal ini adalah salah satu dari banyak kelemahan saya yang sangat beresiko bagi kesuksesan saya.

Alangkah baiknya apabila saya berhasil menyelesaikan satu karya yang menurut saya memuaskan untuk diterbitkan sebelum lulus SMA. Tetapi diperlukan sebuah keajaiban agar keinginan ini dapat menjadi kenyataan, karena itu, saya tidak membuat keinginan ini menjadi target, melainkan hanya sebuah keinginan yang tidak pasti.

Prestasi-prestasi yang ingin saya raih juga saya harap melibatkan sastra kalau tidak seni, kedua bidang yang sangat saya cintai. Contohnya mungkin; sebuah lomba menulis cerita, atau kompetisi debat, ataupun lomba melukis. Memenangkan kompetisi-kompetisi seperti ini dapat memberi saya pengalaman lebih—sesuatu yang diperlukan bagi seorang penulis apabila ingin meyakinkan orang lain. Memenangkan suatu lomba internasional dalam menulis juga akan berpengaruh besar pada impian saya, tidak ada yang menutupi kemungkinan akan sebuah perusahaan penerbit asing untuk menunjukan interes pada karya-karya saya.

Setelah lulus SMA, tentunya saya akan mendaftarkan diri di universitas-universitas ternama di Indonesia (apabila memungkinkan di luar Indonesia juga). Namun sampai saat ini saya belum pasti akan pilihan jurusan universitas. Saya tidak akan mengambil sastra karena alasan-alasan tertentu seperti; kebencian saya akan diajari sesuatu yang saya anggap saya sudah kuasai. Selain itu saya cukup yakin akan kemampuan saya untuk menulis tanpa memasuki fakultas sastra. Kedua orangtua saya sangat menginginkan saya untuk memasuki Fakultas Hukum Universitas Indonesia, namun saya tidak yakin akan kemampuan saya untuk dapat diterima, dan saya tidak merasa ketertarikan apapun dengan bidang tersebut.

Sejujurnya sampai saat ini saya benar-benar belum yakin akan masa depan saya dan bagaimana saya akan menggapai cita-cita saya. Selama ini saya tidak pernah mempunyai target-target sendiri, karena semuanya telah ditetapkan oleh orangtua saya. Belum pernah saya dibebaskan untuk memilih sesuatu yang melibatkan masa depan, karena itu saat ini saya merasa sangat kesusahan untuk menentukan pilihan-pilihan. 

Saya juga sadar akan kesombongan saya untuk mengejar hanya impian saya dan tidak mementingkan yang lain. Cita-cita untuk menjadi seorang penulis bukanlah hal yang asing di masyarakat, bahkan karena seringnya, cita-cita ini sering dianggap tidak realistis dan gila. Di Indonesia, penulis-penulis tidak dihargai dan dianggap sebagai profesi yang tidak menguntungkan. Hal ini memang benar, hanya penulis-penulis yang sangat hebat yang dapat memperoleh keuntungan dari karya mereka, dan sampai sekarang belum ada penulis dari Indonesia yang telah merubah pandangan mereka. Ditambah dengan novel-novel teenlit tidak berkualitas berbahasa Indonesia yang sekarang banyak dijual di rak-rak toko buku, tidak mengagetkan kalau derajat seorang penulis di Indonesia sangatlah rendah. Karena itu, saya ingin menjadi seorang penulis yang akan membawa perubahan pada pandangan umum.

‘Idealistis.’ Tentunya ada banyak orang yang menganggap cita-cita saya hanya sekedar impian yang tidak mungkin terwujud. Saya sendiri tidak yakin akan kemampuan saya untuk mewujudkannya. Tetapi tidak ada larangan bagi saya untuk mencoba, karena bagaimana pun juga, kehidupan adalah tentang mengambil resiko. Kalau tidak saya coba, maka saya tidak akan tahu hasilnya, dan saya berani mengambil resikonya. 

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Historical X For Labsky, All Rights Reserved. Design by DZignine