Tugas-1: Dari Labsky Menaklukkan Dunia
Pecinta Musik Dengan Impiannya Untuk Dunia
Merancang Mimpi
“Kalau sudah besar nanti, mau jadi apa?” Pertanyaan ini rasanya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga saya. Bagaimana tidak, seingat saya, sudah dari usia sangat kecil pertanyaan tersebut diberikan kepada saya oleh papa, mama, nenek, kakek, dan masih banyak lagi. Dan seperti layaknya seorang anak kecil, jawaban saya masih sangat sering berubah-ubah. Sesekali ingin menjadi seorang dokter, sesekali ingin menjadi guru, dan sebagainya. Tetapi kata mama, dari berbagai macam jawaban profesi yang saya pilih, saya paling sering menjawab menjadi seorang penyanyi. “Kamu bilang mau jadi apapun, pasti ujung-ujungnya tetap bilang mau jadi penyanyi” ceritanya.
Saya dari dulu memang orang yang menyukai bidang kesenian, tepatnya musik. Musik tentu merupakan sebuah bagian dari hidup setiap orang, tanpa terkecuali, tidak hanya dalam hidup seseorang yang berprofesi dan berkarya dalam musik. Musik juga pastinya merupakan bagian besar dari hidup saya. Bagaimana tidak, saya sudah dikenalkan pada musik di umur yang sangat dini dan sudah merasa terikat dengan music semenjak itu. Sewaktu saya balita, papa dan mama sering sekali membelikan CD yang berisi lagu-lagu dengan berbagai jenis musik, dari mulai lagu anak-anak, lagu-lagu klasik yang biasa dijadikan lagu di dalam sebuah dongeng, hingga lagu-lagu kreasi orang Jepang yang khas dan unik. Mereka lalu selalu mengajak saya mendengarkan lagu-lagu tersebut dan bernyanyi mengikutinya.
Selain itu, mereka juga sering mengajak saya menonton pertunjukan-pertunjukan musical di Broadway, kemudian film-film musical dari Disney, dan lain lain. Yang menjadi favorit saya pada waktu itu adalah lagu-lagu klasik dari Disney. Saya sangat menyukai alunan agu-lagunya dan selalu terpukau setiap kali mendengarnya. Saya merasakan bahwa terdapat sebuah fantasi dan cerita dibalik kesemua lagu-lagu tersebut. Beberapa judulnya adalah When You Wish Upon A Star, A Whole New World, Someday My Prince Will Come, Zip-a-dee-doo-dah, dan masih banyak lagi. Nenek dan kakek saya yang kebetulan juga seseorang yang pekerjaannya adalah mendalami musik, sangat mendukung saya untuk belajar musik.
Pada usia 5 tahun, ketika saya masih menduduki bangku TK-B, saya sudah diikutkan les musik berupa belajar piano juga sambil bernyanyi dalam bentuk group di sekolah music Yamaha. Setelah lama mengikuti kegiatan tersebut, tumbuh sebuah keinginan pada diri saya untuk menggantung cita-cita yang lebih menantang dan tetap pada bidang musik. Yaitu ingin menjadi guru senior dan pianis. Maka dari itu, kegiatan saya diperlukan keseriusan yang lebih mendalam.
Akhirnya, pada usia 8 tahun, saat masih menduduki bangku kelas 3 SD, mama dan papa menambah les piano klasik privat ke dalam jadwal kegiatan saya waktu itu. Tujuan dari menambah kegiatan ini adalah untuk memperkuat bakat musik yang telah saya miliki, menambah ilmu tentang musik, dan tentunya agar ilmu dan pikiran tentang musik saya tidak “kendor”, jadi ibaratnya adalah ini seperti sebuah olahraga dan latihan rutin bagi seorang atlit agar otot-ototnya tidak menjadi kendor dan gerakan-gerakannya tidak menjadi kaku.
Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa ujian yang telah saya hadapi, banyak step yang telah dilampaui, akhirnya sampai juga pada titik dimana saya merasa jenuh melakukannya. Pada usia 14, saya di kelas 2 SMP, saya memiliki ketertarikan untuk belajar piano pop. Selain untuk menambah wawasan, ini juga mungkin salah satu cara untuk mengurangi kejenuhan tersebut. Lalu mama pun langsung menambahkan satu les lagi, yaitu piano pop privat. Alhamdulillah, hasilnya pun baik. Saya menjadi lebih termotivasi semenjak mempelajari pop.
Dan semenjak itu juga, tumbuh lagi sebuah keinginan baru. Dalam pikiran saya, saya tidak lagi ingin menjadi seorang pianis, karena profesi tersebut kurang menjamin dan tidak menetap. Melainkan, saya bermimpi setelah saya berhasil menjadi seorang guru dan dikategorikan sebagai guru senior, saya ingin membangun sebuah sekolah musik. Mengapa, karena pekerjaan ini akan menjadi sangat berjasa, karena saya ingin sekali dapat mewujudkan mimpi anak-anak pecinta music di generasi berikutnya. Saat itu, saya merasa mimpi saya yang kali ini sudah cukup matang. Tapi siapa yang tahu, bisa saja sewaktu-waktu berubah lagi.
Ketiga les tersebut masih saya tekuni sampai sekarang, sebab itu semua harus dituntaskan sampai saya lulus dan mendapat sertifikat dan ijazah resmi dari Yamaha, tempat saya menuntut ilmu musik yang juga merupakan sebuah industri musik ternama di dunia. Selama menuntut ilmu di Yamaha, saya juga telah mendapatkan berbagai pengalaman melihat pemusik-pemusik seumuran saya dari berbagai negara di dunia dan bekerja sama dengan mereka dalam festival-festival tertentu. Terkadang saya suka melihat dan memperhatikan karakteristik dan motif mereka dalam bermain musik dan membandingkan antar negara juga dengan negara sendiri.
Dan dari sini, muncullah sebuah mimpi yang lebih baru lagi. Saya pikir, musik memang sudah mendunia di jaman sekarang, namun masih jarang sekali terdengar menyatu/dipersatukan. Mimpi saya adalah, saya ingin mewujudkan impian pencinta musik di seluruh dunia, dan ingin menyatukan impian mereka. Saya juga ingin menanamkan suatu pemikiran kepada seluruh pecinta musik bahwa “musik itu membahagiakan”. Jadi, keinginan seseorang untuk menciptakan sebuah karya musik sama nilainya dengan keinginan untuk membahagiakan orang lain. Dan saya sangat ingin menjadi pencetusnya.
Target target mewujudkan mimpi
Keinginan saya untuk mewujudkan mimpi sangat besar, dan itu pun telah menyelimuti pikiran saya untuk masa depan. Karenanya, saya juga telah memikirkan dan merancang berbagai target-target dalam meraihnya. Sebab suatu hal tentunya tidak langsung terjadi bukan, tetapi harus dimulai dari 0 dan melalui proses yang tidak singkat tentunya. Namun, bagaimana pun juga saya ini masih muda dan menurut saya, saya sendiri belum bisa berfikir matang untuk menyusun hal-hal tersebut sendiri tanpa bantuan orang lain. Untungnya, saya sudah mendapat banyak bekal dan nasihat dari orang-orang yang lebih berpengalaman, seperti guru-guru senior saya, kakek, nenek dan saudara-saudara yang berprofesi di bidang musik. Mereka juga sangat membantu dan memotivasi dalam memberikan setiap arahan.
Target pertama saya adalah, menyelesaikan ketiga studi piano yang sedang saya tekuni hingga sekarang ini. Yaitu group, piano klasik dan juga piano pop. Karena, setelah menyelesaikannya, saya akan mendapat ijazah resmi dari Yamaha. Tidak hanya ini akan sangat membantu dikala saya ingin meneruskan pekerjaan saya dalam bidang musik, juga karena saya ingin sekali mewujudkan impian saya ini dengan tetap berada di bawah lindungan Yamaha dan berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Yamaha.
Kemudian, waktu yang saya targetkan untuk menyelesaikannya adalah kira-kira 3 tahun kedepan. Jadi, insya Allah kira-kira setelah saya lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), akan bersamaan dengan kelulusan akademi musik saya. Sesudah saya dinyatakan lulus, saya akan mengikuti “Audisi Guru” dan insya Allah saya bisa lolos di 2 bagian pengajaran, yaitu group dan klasik privat. Sementara untuk pop, saya akan simpan sebagai hobi pribadi saja. Saya memang sengaja menargetkan waktu yang cukup cepat dan menyelesaikannya di usia cukup muda. Keuntungan yang di dapat dari hal tersebut adalah, saya bisa menggunakan ilmu yang saya miliki sebagai profesi, yaitu menjadi guru piano, di saat saya menuntut ilmu di perguruan tinggi nanti. Walaupun nanti statusnya adalah pekerjaan tambahan, tetapi ini akan menjadi awal dari karir saya kedepannya. Kedua orang tua saya selalu menegaskan kepada anak-anaknya bahwa kami sudah harus bisa mencari uang sendiri di usia muda, agar kami terbiasa dengan menghargai uang dan tidak terus-terusan meminta.
Setelah saya lulus dari perguruan tinggi nanti, saya akan menjalani profesi saya lebih serius juga meningkatkan standarnya. Saya akan mengikuti sebuah program yang dinamakan “Masterclass”, di mana ini adalah sebuah kelas ekstensi untuk para guru musik. Andai kata saya lulus dari Masterclass, ijazahnya akan menaikkan senioritas saya sebagai pengajar di Yamaha.
Lalu, setelah saya menjadi guru senior, target berikutnya yang akan saya lakukan adalah membangun sekolah musik sendiri dengan menggunakan sistem Yamaha, insya Allah jika Allah memberikan jalannya. Salah satu komponen dalam impian saya adalah dapat membagi ilmu kepada murid-murid pecinta musik, juga sekaligus menjadi pemilik sekolahnya. Dan mungkin, dalam jangka waktu tertentu, saya juga akan membangun beberapa cabang di Jakarta, kemudian bahkan melebar lagi di beberapa kota besar di Indonesia. Namun, untuk mewujudkan ini tentu sangat tidak mudah. Banyak sekali hal yang harus dipelajari dan dipahami terlebih dahulu sebelum melakukannya. Maka dari itu mungkin saya akan meminta beberapa bantuan dari orang-orang yang lebih berpengalaman, seperti guru senior dan kakek nenek saya.
Dalam rangka menyatukan musik dari seluruh dunia, yang juga merupakan impian saya, saya pernah berpikir sesekali dan membayangkan untuk membangun sebuah sekolah musik juga, menggunakan sistem yang sama yaitu Yamaha, di beberapa negara lain. Ide ini mungkin terdengar begitu besar dan rumit, apalagi ide ini muncul dari seorang anak berumur 15 tahun. Tetapi saya benar-benar akan berusaha untuk mewujudkannya karena saya sangat ingin ini dapat terwujud, sebab ini mungkin adalah langkah yang sangat membawa pengaruh yang berbeda dan besar.
Untuk target yang telah saya pikirkan, mungkin saya akan mencoba membangunnya di beberapa negara terdekat di benua Asia terlebih dahulu, seperti Malaysia, dan Singapura. Pembangunan tersebut juga tentunya akan dilakukan dalam jangka waktu yang teratur dan secara perlahan, tetapi pasti tanpa ada terburu-buru. Kemudian, setelah selang beberapa waktu saya akan lihat hasilnya. Apabila hasilnya ternyata bagus dan memuaskan dan sesuai dengan apa yang saya harapkan, tentunya saya akan meningkatkan dan memperluas lagi lingkupnya.
Bila memungkinkan, saya juga ingin membangun sekolah musik lagi di beberapa negara besar di dunia, seperti Amerika, Inggris, Cina, Jepang, India dan Australia. Pada tahap inilah saya baru akan benar-benar mempunyai kesempatan untuk menyatukan unsur-unsur musik dari seluruh dunia. Pernah terlintas juga di pikiran saya, untuk membuat sebuah festival musik yang mengundang siswa-siswi dari sekolah musik saya baik dari Indonesia maupun negara lain, lalu mereka akan diberikan kesempatan untuk membawakan sebuah persembahan musikal yang khas dari negara mereka masing-masing. Kemudian beberapa dari mereka akan ditunjuk sebagai perwakilan dari negaranya.
Seluruh perwakilan dari seluruh negara tersebut akan dikumpulkan dalam sebuah program, di mana mereka akan membuat sebuah persembahan musikal juga, tetapi kali ini dengan syarat mereka harus menggabungkan ke-khasan musik dari negara mereka masing-masing dan menjadikannya sebuah simfoni yang bertema “Melody of the World”, dan simfoni ini akan menunjukkan sebuah karakter yang baru dan menakjubkan dan benar-benar melambangkan sebuah kesatuan dari negara-negara dunia dalam bentuk musik. Dan tentunya juga dapat memotivasi pecinta-pecinta musik di seluruh dunia.
Emil Ditri Bintari - XF
0 comments:
Post a Comment