Tugas-2 : Membukukan Masa Silam - Sejarah yang Belum Selesai

Masa Balita
                Sejarah kehidupan saya dimulai pukul 6 pagi tanggal 12 April 1996, di sebuah ruang bersalin di Rumah Sakit Pelni. Saya lahir sebagai anak kedua dari Sri Larasati dan Ichwan Nuddin, setelah kakak laki-laki saya, Izhhar Fachruzihni memulai sejarahnya sendiri 3 tahun 6 bulan 10 hari sebelum itu. Sebenarnya, ketika saya baru akan lahir, para dokter belum ada yang datang dan cukup membuat ayah saya panik. Tetapi akhirnya salah satu dokter datang tepat waktu untuk membantu ibu saya melahirkan.
                Kemudian, saya diberikan nama Syadzwina Dwi Putri yang sudah disiapkan sebelum saya lahir. Nama Syadzwina diambil dari sebuah buku kumpulan nama bayi Islami. Arti nama Syadzwina adalah “wangi kesturi” yang kata ibu saya adalah bunga kesukaan Rasul. Sedangkan nama Dwi Putri diberikan oleh kenalan ayah saya.
                Tidak banyak yang saya ingat dari masa kanak-kana saya, Tetapi, saya masih ingat bahwa masa kanak-kanak saya sangat menyenangkan. Saat itu, saya tinggal di Komplek DKI Joglo. Bisa dibilang, daerah itu cukup jauh dari mana-mana. Saya kadang terlambat masuk sekolah karena itu. Tetapi, saya suka tinggal di sana, karena saya memiliki banyak teman sebaya. Hampir setiap hari saya berkumpul dengan teman-teman saya dan bermain bersama. Jarang ada teman sekolah saya yang datang bermain ke rumah saya karena rumah saya yang jauh, saya pun hampir tidak pernah mengunjungi rumah teman saya.
Saya masuk kelompok bermain dan taman kanak-kanak Al-Azhar 5 Kemandoran 3 setengah tahun setelah itu. Saat itu, saya belum berani ditinggal sendiri oleh orang tua saya, jadi orang tua saya cukup kesulitan meyakinkan saya masuk ke kelas. Tetapi saya sangat menikmati saat-saat saya di kelompok bermain. Saya kadang terlambat karena rumah saya yang jauh dari sekolah, tetapi saya menyukai hukumannya, yaitu belajar membaca.
                Karena kakak saya yang mengoleksi banyak buku komik, saya cepat tertarik dengan buku. Karena kakak saya jarang mau membacakan isi buku-buku komik itu, saya semakin penasaran. Orangtua saya akhirnya mengajari saya dengan membacakan papan penunjuk jalan atau reklame-reklame yang ada di jalan. Saya sudah cukup lancar membaca ketika saya di taman kanak-kanak, karena itu saya mengikuti lomba membaca yang diadakan taman kanak-kanak saya. Sayangnya, karena saya gugup saya tidak begitu lancar membacanya dan mendapatkan tempat di juara ke-3. Padahal, buku yang saya baca adalah buku kesukaan saya, “Buaya Berkaki Besar” yang sudah saya baca berkali-kali sebelumnya.
Di taman kanak-kanak, pelajaran yang harus saya ikuti adalah pelajaran membaca dan menulis, berhitung, kerajinan tangan, dan masih banyak lagi. Saya menyukai semua pelajaran, terutama kerajinan tangan dan menulis. Pernah satu kali, saya mengerjakan tugas menulis, tetapi saya mengerjakannya di buku teman saya. Akhirnya, saya harus mengulangnya lagi di buku saya sendiri, sementara teman saya tidak perlu mengerjakan tugas menulisnya.
Hal yang paling saya sukai dari TK ini adalah, setiap bulan kami mengadakan makan bersama. Makanan yang dimakan bersama-sama dibawakan oleh salah satu orangtua murid. Saya menyukainya karena saya bisa makan di luar kelas dan makanan yang dibawakan enak-enak. Sementara itu, hal yang paling tidak saya sukai di TK ini adalah, salah satu guru TK saya adalah guru yang lumayan galak. Dia sering mengancam murid yang berisik dengan mengatakan akan menutup mulutnya dengan lakban, dan dia memang pernah melakukannya beberapa kali.
Setiap tahun, Taman Kanak-Kanak Al-Azhar 5 Kemandoran mengadakan pentas kelulusan. Angkatan saya mengadakan pertunjukan drama berjudul “Keong Emas”. Karena saya mengikuti ekstrakulikuler menari, maka saya dan teman-teman ekstrakulikuler menari saya mendapat peran menari di pertengahan drama. Saya juga membacakan puisi berjudul “Guruku”. Meski sekarang saya selalu gugup jika saya harus tampil di depan banyak orang, saya tidak gugup sama sekali ketika saya membacakan puisi. Karena ini, sampai saat saya masuk SD, saya dikenal pandai membacakan puisi.
Masa SD
                Ketika saya berumur 6 setengah tahun, saya masuk SD Islam Al-Azhar 5 Kemandoran, yang berada tepat berseberangan dengan TK Islam Al-Azhar 5 Kemandoran. Pada saat saya masih di kelas 1 SD, saya berkenalan dengan banyak teman, salah satunya adalah teman terdekat saya waktu itu, Sari. Sayangnya, dia pindah sekolah ketika kami semua naik ke kelas 2. Di kelas saya terdapat sebuah perpustakaan kecil dengan beberapa buku. Saya senang menghabiskan waktu di perpustakaan kecil itu dan membaca berbagai macam buku. Tentu saja, sekolah saya memiliki perpustakaan, tetapi perpustakaan itu berada di lantai 3, dan kelas saya berada di lantai 1. Dulu, saya dan teman-teman kelas 1 saya percaya, bahwa di tangga dan di lantai atas berhantu, jadi jarang ada murid kelas 1 yang pergi ke lantai atas.
                Barulah saya berani ke lantai atas setelah saya masuk kelas 2. Kakak saya bersekolah di sekolah yang sama juga, dan saat itu dia berada di kelas 6. Saya sering melewati kelasnya jika saya pergi ke perpustakaan, dan dia kadang menyapa saya lewat jendela kelasnya. Karena murid kelas 2 pulang lebih cepat, saya kadang pergi ke perpustakaan dan berhenti sebentar untuk mendengarkan pelajaran kelas 6. Tentu saja saya tidak mengerti, tetapi saya tetap melakukannya setiap kali saya ke perpustakaan.
Sejak saya kelas 1 SD, saya mengikuti ekstrakulikuler menari dan tidak pernah berubah. Banyak kakak kelas saya yang memperhatikan itu, dan akhirnya saat saya kelas 4 SD saya diajak ikut lomba menari bersama kakak-kakak kelas saya. Kami hanya mendapat Juara Harapan 1, tetapi kami terus mengikuti lomba-lomba. Akhirnya, setahun setelahnya kamu mendapatkan Juara 1 untuk lomba yang sama. Sayangnya, di babak selanjutnya kami hanya mendapat Juara Harapan 1 lagi karena kami belum melakukan gladi resik dan bentuk panggungnya berbeda. Saya juga mengikuti olimpiade pelajaran IPS, padahal sebenarnya saya tidak begitu mahir di pelajaran tersebut. Saya kalah di babak pertama, namun saya menyukai saat-saat ketika saya dan teman saya mengikuti pelajaran tambahan IPS.  
Ketika saya berada di kelas 6 SD, saya mulai menambah kegiatan belajar saya dengan memanggil guru les. Karena, saya akan menghadapi Ujian Nasional dan tes masuk SMP. Saya mencoba tes masuk di 2 SMP, yaitu SMP Al-Azhar Pusat dan SMP Labschool Kebayoran, di mana mayoritas teman-teman saya memilih untuk masuk SMP tersebut. Saya mengalami hal yang sama di kedua tes, yaitu waktu hampir habis dan masih banyak soal yang belum dikerjakan. Saya akhirnya terburu-buru mengerjakan soal yang kelihatannya mudah, dan sisanya saya serahkan kepada nasib. Saya tidak mendapatkan peringkat tinggi atau penghargaan apa pun untuk nilai Ujian Nasional saya, tetapi saya tidak begitu menganggap nilai itu penting, dan setidaknya nilai saya cukup bisa dibanggakan.
Suatu hari di kelas 6, saya memasuki kelas di pagi hari dan saya melihat teman2 saya berkumpul di salah satu meja dan beberapa dari mereka menjerit-jerit. Ternyata, mereka sedang melihat daftar murid yang diterima di SMP Labschool Kebayoran. Pada awalnya saya kurang percaya nomor ujian saya ada di dalam daftar dan mengeceknya beberapa kali. Barulah setelah salah seorang teman dekat saya yang juga diterima menjerit-jerit dan memeluk saya, saya percaya dan ikut menjerit-jerit juga.
Masa SMP
                Saya diterima di 2 SMP, yaitu kelas bilingual SMP Al-Azhar Pusat dan SMP Labschool Kebayoran. Saya memilih masuk SMP Labschool Kebayoran, bersama 5 orang teman dari SD saya. Awalnya, saya ditawari mengikuti program akselerasi. Saya menerimanya dan mengikuti tes-tesnya. Sayangnya, saya gagal di tes terakhir. Pada saat acara Masa Orientasi Siswa, saya sangat gugup karena saya baru memasuki lingkungan yang benar-benar baru dan asing bagi saya. Saya terus berharap bahwa saya dapat menjalaninya dengan baik.
                Saya masih sangat pendiam dan malu bergaul saat saya di kelas 7. Saat itu, saya ada di kelas 7E dan saya hanya berani bergaul dan duduk bersama teman SD saya. Barulah lama-kelamaan saya bergaul dengan teman-teman yang lain. Saat itu saya masih belum terbiasa dengan pelajaran SMP, dan nilai-nilai saya mulai turun. Untungnya, nilai saya naik kembali di semester 2. Saya mengikuti ekstrakulikuler seni rupa selama saya berada di SMP Labschool Kebayoran. Saat saya baru masuk ekstrakulikuler tersebut, anggotanya hanya 5 orang. Tetapi, saya sangat menyukai ekstrakulikuler tersebut karena saya suka suasananya yang sepi, bebas, dan akrab. Tetapi sayangnya, saya hanya bisa melanjutkan ekstrakulikuler sampai semester 1 kelas 9.
                Masa kelas 8 adalah masa-masa paling menyenangkan menurut saya. Saya masuk ke kelas 8C. Saya bertemu dengan seorang teman yang memiliki kegemaran yang sama, dan sejak saat itu saya jadi lebih berani bergaul. Tidak lama setelah saya naik ke kelas 8, saya pindah ke rumah baru. Rumah baru saya adalah salah satu rumah yang berada di Kavling KPBD. Rumah baru saya ini lebih dekat dengan sekolah dan tempat kerja orangtua saya. Saat saya kelas 8 juga, kepala sekolah saya memberikan sebuah kalimat yang mengubah cara saya berdoa sekarang, yaitu “Jangan berdoa meminta kemudahan, tetapi minta diberi kesulitan dan dapat mengatasinya”.
                Hal yang paling berkesan selama saya berada di kelas 8 adalah ketika acara Bimensi, atau Bina Mental Siswa. Saya dan teman-teman satu angkatan saya, bersama beberapa murid dari SMP Babussalam dikirim selama 4 hari ke tim Polri di SPN Lido. Di sana, kami diberikan berbagai pelatihan mental, kepemimpinan, dan kerja sama. Saya, yang sebenarnya tidak begitu kuat fisik dan mudah lelah, hampir tidak kuat menjalaninya, tetapi pada akhirnya saya dapat melewatinya.
Namun, kegiatan yang paling tidak saya sukai adalah ketika Flying Fox. Saya takut pada ketinggian, dan terakhir kali saya melakukan kegiatan tersebut, terjadi kecelakaan kecil yang menyebabkan gigi depan saya patah. Cukup memalukan sebenarnya, karena saat memanjat menara tempat kami akan meluncur saya berhenti di tengah-tengah karena takut ketinggian dan saya hanya diam di sana, menggenggam tangga erat-erat, dengan kaki dan tangan gemetar, meminta pertolongan salah satu polisi untuk turun. Memang, ada 2 polisi yang akhirnya membantu saya, tetapi mereka malah membantu saya naik ke puncak menara. Sementara saya gemetar di pojok menara, mereka memasang alat-alat Flying Fox dan, tanpa persetujuan saya, mendorong saya ke lintasan Flying Fox.
                Saat saya masuk kelas 9, saya masuk ke kelas 9C. Lagi-lagi saya dihadapkan dengan Ujian Nasional. Saya juga harus memilih SMA yang akan saya masuki. Tidak seperti teman-teman saya yang lain, saya tidak mengikuti bimibingan belajar di luar sekolah. Saya memanggil guru les ke rumah, tetapi itu pun hanya untuk beberapa pertemuan saja. Seperti kata guru saya, saya memutuskan “kalau waktunya belajar, belajar yang maksimal. Kalau waktunya istirahat, istirahat yang maksimal”. Saya memutuskan untuk belajar semaksimal mungkin di sekolah, dan memanfaatkan waktu di rumah saya untuk istirahat.
Kemudian, saya memutuskan untuk menambah pengalaman saya dan mengikuti Lintas Budaya Jepang. Saya memang sangat tertarik dengan budaya Jepang dan ini adalah kesempatan pertama saya ke luar negeri. Jepang adalah negara yang rapi, dengan orang-orang yang ramah dan disiplin waktu. Saya sangat senang karena akhirnya saya dapat merasakan budaya Jepang secara langsung. Saya sangat menikmati setiap saat saya di Jepang, dan saya selalu ingin kembali lagi ke sana.
Akhirnya, semester 2 tiba dan hari-hari saya dipenuhi oleh pendalaman materi dan latihan-latihan soal Ujian Nasional. Tiba-tiba saja semua murid menjadi alim dan rajin solat Dhuha, termasuk saya. Bisa dibilang, saya cukup santai menghadapi Ujian Nasional, padahal sebenarnya saya sangat gugup saat Try Out. Saya akhirnya mendapat nilai Ujian Nasional yang sangat memuaskan, meskipun bukan nilai tertinggi.
                 Saya sering diingatkan oleh orangtua saya, bahwa saya lebih baik memilih dan mengikuti ujian masuk SMA sebelum UN, agar saya dapat fokus menghadapi UN. Saya langsung memilih SMA Labschool Kebayoran sebagai pilihan utama saya, dan saya sebenarnya tidak memiliki pilihan SMA lain, karena saya benar-benar ingin masuk SMA Labschool Kebayoran. Saya mengikuti tes jalur khusus dan saya diterima baik nilai-nilai akademis dan tes wawancara. Akhirnya, saya masuk ke  SMA Labschool Kebayoran.
               
Itulah sejarah hidup saya selama 15 tahun dari saya lahir hingga sekarang. Sejarah yang menurut saya sangat menyenangkan dan patut dikenang. Dan, sejarah ini masih akan terus berlanjut.












0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2010 Historical X For Labsky, All Rights Reserved. Design by DZignine